Siasat buruknya?!

1.6K 60 14
                                    

Happy reading!!

Semoga suka dan terhibur....

Harap maklum typos bertebaran!!

.
.
.

Beberapa sudah Meera lalui dan ia baru mulai menyadari ada seseorang yang berani sampai mengikutinya ke tempat tinggal gadis itu berada. "Siapa ya? Kok aku ngerasa ada yang ngawasin sih?!" gumam Meera mulai takut dan meneguk pelan ludahnya sembari menoleh ke arah belakang sesekali saat dia berhenti mencoba untuk memastikannya. Sebentar lagi Meera akan memasuki halaman pekarangan kostan kecil yang sudah menjadi rumahnya untuk pulang selama hampir dua tahun dia tempati saat ini.

Meera tidak tahu pasti siapa sosok orang itu yang mengikutinya. Kalau itu Rivanca Meera bisa langsung mengetahuinya tanpa perlu harus khawatir meski Meera sangat terganggu. Namun kali ini rasanya sedikit berbeda saat dia sendirian.

"Dor!!" Rivanca tiba-tiba saja mengejutkan dari arah samping ketika Meera sudah hendak berbalik untuk kembali melangkahkan kakinya. Cowok itu sempat menekan sisi kepala Meera dengan jarinya seolah menodongkan seperti pistol pada gadis itu. Meera lalu menepisnya kesal. Membuat Rivanca seakan tertawa puas begitu melihat raut panik gadis itu masih terkejut karena dirinya.

"Ih kamu lagi sih?!" Meera melotot sedikit keras. Ia kira sudah berhasil lolos dari cowok itu ternyata Rivanca masih tetap selalu mengikutinya tanpa lelah pada jaraknya sangat jauh dari kediaman tempat tinggal lelaki itu. Seketika Meera melupakan rasa takutnya tadi begitu tahu Rivanca seakan mengerjainya.

"Lo cepat banget sih jalannya? Gue nyari Lo kemana-mana tahu kali aja ketinggalan sampai bolak balik ke tempat yang sama, eh taunya sudah sampai duluan disini" dengus Rivanca sebentar sedikit kesal kemudian terkekeh pelan. Meera berniat ingin mengabaikan Rivanca namun cowok itu tak akan membiarkannya begitu saja.

Semakin Meera sering menolak cowok itu, semakin juga Rivanca harus melembutkan tutur nada bicaranya pada gadis itu saat perkataan Meera cukup menyinggung perasaan Rivanca yang hampir setiap harinya selalu bersikap enggan dan sedikit menyebalkan. Namun cowok itu selalu berusaha untuk tetap melebarkan paksa senyumnya yang terasa kecut setiap kali harus berhadapan dengan sikap keras kepala Meera yang susah dikendalikan olehnya.

"Bukannya kamu mau pulang ya? Kok ke sini lagi? Emang mau nyari apaan sih, enggak ada!!" kata Meera setelah membuang napasnya sebentar sedikit malas menatap cowok itu yang tengah berdiri didepannya masih menahan senyumannya.

"Ini gue beliin makanan yang banyak buat Lo. Biar gak kurusan,," ujar Rivanca kemudian sembari menyodorkan kantong kresek besar pada gadis itu.

"Masa aku kurusan sih?" Meera seketika membulatkan matanya terkejut dengan perkataan jujur cowok itu. Lalu ia dengan cepat memeriksa dirinya sendiri seakan sambil melihat bentuk lengannya bahwa Meera tidak seperti yang cowok itu katakan mengenai fisiknya. Meski sedikit tersindir dan bingung. Rivanca meangguk kepalanya.

"Huh banyak banget kamu belinya juga untuk siapa aja sih? Kamu mau ngajak teman-temannya kamu juga sekalian kesini buat ngadain pesta gitu?" Mata gadis itu juga bergerak melirik ke arah kantong yang dipegang oleh cowok itu tadi seakan ingin menebak apa saja isinya dan mengira Rivanca akan mengudang orang lain untuk bermain ke tempatnya. Meera sedikit mengerut tak suka saat memikirkannya dengan apa yang akan dilakukan oleh Rivanca disini dengan bawaannya itu.

"Enggak lah! Cuma kita berdua kok,," jawab Rivanca cepat sambil menyengir kecil. Meera hanya mendengus pelan.

"Yaudah kamu masuk dulu,," kata Meera setelah menerima kantong plastik dari tangan Rivanca. Cowok itu balas tersenyum senang mengikuti Meera dari belakang untuk masuk ke dalam rumahnya juga. Percuma kalau Meera harus mengusirnya sekarang. Rivanca tak akan bergeming bahkan cowok itu bisa berdiri didepan pintu kostnya semalaman hanya untuk singgah sampai Meera mengizinkannya. Tentu saja Rivanca pun juga bisa menerobos masuk lewat jendela atau diam-diam menyusup tapi ia tidak ingin membuat Meera akan memarah dan membencinya seumur hidup.

Bad The GengWhere stories live. Discover now