Penguntit!?

3.9K 90 3
                                    

Semoga suka dan terhibur....

Jangan lupa VOTE DAN KOMENTAR!! DITUNGGU DARI KALIAN YAA....

harap maklum typos bertebaran!!!

"Malam tadi Lo kemana aja keluar? Gak bilang-bilang ke kita kalau Meera sempat nginap di kamar Lo juga?" Adhery seakan meminta penjelasan mengenai sempat perihal keributan mereka pagi tadi dia berniat ingin meluruskan permasalahan Rivanca dan temannya itu agar cepat terselesaikan. Mereka saat ini berada di markas gedung sebelah sambil cowok berkacamata itu membaca sebentar buku tebalnya melirik sekilas ke arah Rivanca yang baru saja bersandar di sofanya.

"Gue jagain nyokap gue sakit. Kalau gue gak datang cepat dia malah mau bunuh diri biar gue dipenjara selamanya kata dia,," dengus Rivanca kasar berusaha menetralkan pikirannya yang sedikit kacau mengingat malam tadi.

Mengingat bunda Rivanca hidup seorang diri membuat cowok itu tak bisa menolaknya jika Vena sering menghubunginya dengan alasan selalu sakit. Lalu bagaimana dengan ayahnya Rivanca? Kedua orang tua laki-laki itu sudah bercerai sejak Rivanca masih kecil. Dan Adhery teman masa kecilnya sedari dulu sampai sekarang mereka tumbuh dewasa bersama sebagai saksi hidupnya.

Kalau saja Rivanca tidak bodoh meniru Adhery saat masih kecil. Bisa dipastikan kedua orang tua Rivanca akan tetap bisa bersama. Tapi sayang kesalahan Rivanca cukup fatal mungkin hingga membuat kedua orangtuanya salah paham. Padahal yang lebih bermasalah adalah kedua orang tua Adhery.

Saat kecil duduk dibangku sekolah dasar dulu. Rivanca selalu satu bangku dengan Adhery. Sampai suatu saat guru pelajaran bahasa Indonesia mereka mengadakan tugas latihan untuk membuat cerita yang menyenangkan. Rivanca saat itu tak bisa menggunakan otaknya selain berkelahi dan suka merebut mainan hak milik anak lain. Adhery yang merasa sok pinter pun mulai mengarang membuat cerita khayalan yang sering dia tonton di televisi atau tak sengaja pernah mengupingnya entah dari mana terlintas di otak kecilnya itu.

"Ibu suka selingkuh. Ayah sering main sama pembantu.... Dan aku selalu sendirian ditemanin boneka jalang-kung....." begitulah kira-kira yang tertulis di kertas selebaran milik Adhery diam-diam Rivanca salin juga agar cepat selesai dan dia bebas untuk pulang ke rumah. Hingga kedua orang tua Rivanca pun akhirnya ribut besar saling menyalahkan karena kepolosan anak mereka sendiri begitu tahu hasil cerita Rivanca begitu aneh dan membagongkan diserahkan oleh gurunya pada kedua orang tua. Tentu saja ayah Rivanca kena serangan kejutan dan bundanya menangis histeris membayangkan semua hal itu terjadi di mimpinya. Sedangkan Rivanca hanya terkekeh bingung saat melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat.

Lalu Adhery, entahlah bagaimana bisa, hanya Rivanca yang bernasib sial saat itu. Kalau mengingat itu dulu Rivanca tak tahu lagi harus berbuat apa selain meringis malu. Ia masih kekanak-kanakan dan tak terlalu mengerti bersikap seperti apa selain meangguk mengiyakan dan lebih parahnya membenarkan semua kesalahan itu. Ia pikir hanya bercanda.

Sejak saat itulah Rivanca selalu sendirian tanpa kedua orangtuanya yang saling berpisah. Hingga Rivanca membesar pun ia baru menyadarinya. Tapi itu tak sepenuhnya salah Rivanca memang keputusan mereka berdua yang masing masing tak lagi merasa cocok untuk terus bersama.

"Sorry malam tadi gue harus buru-buru,," ucap Rivanca pelan pada teman-temannya merasa tak enak saat berkumpul tak begitu lama padahal lagi di rumahnya sendiri tiba-tiba dia harus pergi meninggalkan acara mereka.

"Baru tahu sih gue. Meera ikut nginap juga di kamar Lo?"

"Iya dia nemuin ponsel gue." dehem Rivanca kecil.

"Gila malem-malem ketemunya dimana tuh kok bisa?" Enggar tak habis pikir. Tapi, tiba-tiba jadi senyum-senyum sendiri saat mengingat Meera. Dia sempat singgah ke kostan gadis itu sebentar begitu mengantarkannya pulang. Enggar masih mengantuk terpaksa dia juga numpang untuk lanjut tidur di tempat tinggal gadis itu sebentar. Enggar tak bisa melupakannya sejenak. Ia sempat memeluk tubuh Meera dan mengelus perut gadis itu ketika Meera kesakitan. Sejak pulang dari apartemen Rivanca gadis itu jadi terbangun terus memegangi perutnya, untungnya Enggar penuh perhatian meski tangan Enggar tak bisa diam lebih masuk ke dalam bajunya.

Bad The GengWhere stories live. Discover now