CHAPTER 1

69.2K 2.3K 23
                                    

Seorang laki-laki dengan wajah yang menampilkan ekspresi datar tengah duduk pada kursi yang sudah tak terpakai dengan tangan memegang sebuah rokok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seorang laki-laki dengan wajah yang menampilkan ekspresi datar tengah duduk pada kursi yang sudah tak terpakai dengan tangan memegang sebuah rokok. Ia menghisap rokok itu lalu dihembuskan ke udara. Dua kancing baju seragam atasnya dibiarkan terbuka karena merasa gerah.

Rambut yang awalnya rapi kini berantakan dengan keringat mengucur di sekitar pelipisnya. Bukannya melanjutkan pelajaran selanjutnya, lelaki itu memilih beranjak menuju rooftop tak berniat mengikuti pelajaran itu.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan seorang murid lelaki dengan wajah tampan dan berseri-seri, bajunya berantakan sama halnya seperti Geogra berjalan menghampiri lelaki itu. “Hei, Bro! Sendirian aja nih. Berbagi itu indah,” ucapnya sedikit menyindir.

Geogra yang tentu sudah peka apa yang diinginkan siswa itu langsung melempar satu batang rokok di sakunya.

Naden—satu-satunya teman Geogra. Ah, bukan. Lebih tepatnya orang kepercayaan Geogra. Hanya Naden, salah satu siswa yang sangat dekat dengan Geogra. Naden tidak pernah mengeluh menjadi orang suruhan Geogra asalkan ada bayarannya.

“Cari gadis itu.”

Naden menoleh. “Gadis yang menolongmu?”

Geogra berdecih, mengingat kejadian semalam. Tangannya mengepal, ia sangat marah saat menerima penghinaan bahwa dirinya kalah. Gadis itu malah menghilang entah ke mana. “Gadis sialan!”

“Kau mencari gadis itu untuk balas budi?” tanya Naden bingung.

Geogra memejamkan mata, menghela napas kasar. “Gadis bodoh itu harus menanggung akibatnya!” ucapnya dengan kaki menendang meja di depannya.

Naden mengernyit tak mengerti, mengapa Geogra terlihat sangat marah? Bukannya semalam gadis itulah yang telah menolongnya?

“Jangan bilang, dia yang telah membuatmu kalah??” tanya Naden tak percaya. “Apakah si bajingan itu, berbuat curang?!”

“Akan kubuat gadis itu menyesal telah berurusan denganku,” ucap Geogra dengan gigi bergemelatuk.

Naden mengangguk mengiyakan. “Tenang saja. Secepatnya akan kutemukan gadis itu,” katanya menepuk pundak Geogra. Dia sangat tahu betul bagaimana sikap Geogra. Pertama kali, Geogra dipermalukan dan diolok-olok di depan semua orang, dan lelaki itu hanya bisa terdiam. Walau bagaimana pun, dia telah kalah. Geogra mengakui kekalahannya.

“Kak Geo! Ternyata kakak di sini.”
Suara seseorang menginterupsi mereka berdua. Naden tersenyum cerah melihat ketiga siswi datang.

“Hi, Camela cantik,” sapa Naden. Gadis berambut pirang itu tak menanggapi sapaan Naden. Gadis itu malah terfokus pada lelaki di sampingnya. Camela berdiri di hadapan Geogra. Sedangkan Geogra bersikap cuek mengabaikan gadis itu sembari terus menghembuskan asap rokok hingga mengepul di udara.

GEOGRAWhere stories live. Discover now