CHAPTER 44

25.5K 1.2K 101
                                    

Video

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Video.

Foto.

Ditatap kembali layar ponsel yang sengaja diperlihatkan di depan mata Zeyra. Kedua mata gadis itu bergetar. Dia tidak salah lihat. Dalam foto itu, ada sosok lelaki yang beberapa saat lalu menyatakan cinta padanya. Ya, sosok itu adalah Geogra. Dia terlihat tengah memejamkan mata sembari bersandar di bahu Camela. Tanpa sadar, kedua tangan gadis itu mengepal. Hatinya seakan runtuh saat ini. Dadanya terasa sesak. Seperti ada sebuah benda tak kasat mata yang menikamnya.

"Apa sekarang kau baru percaya?" Camela memandang Zeyra dengan sudut bibir terangkat. Tangannya terulur, menarik dagu gadis itu, membuatnya mendongak. "Aku, teman Geogra sejak kecil. Aku yang lebih dulu mengenal laki-laki itu. Karena kami telah bersama sedari kecil. Dibandingkan denganmu, orang baru. Kau tidak ada apa-apanya."

"Menyerahlah, Zeyra. Tidak usah bermimpi. Karena sebenarnya Geogra tidak pernah mencintaimu. Satu-satunya gadis yang berada di hatinya hanya aku."

"Acara pertunanganku dengan Geogra akan segera dilakukan. Akan lebih baik jika kau menghilang saja dari dunia agar tidak mengganggu hubungan kami. Tetapi jika kau mati, itu akan sangat lebih baik. Buat apa kau hidup, Zeyra? Tidak ada gunanya."

Zeyra tidak mendengarkan ucapan Camela. Dia bahkan menepis lengan gadis itu dari wajahnya. Seakan tidak peduli. Padahal ia menyembunyikan rasa sakitnya. Zeyra hanya tidak mau menangis dan terlihat lemah di hadapan Camela.

"Sudah?" tanya Zeyra. Camela mengernyit tak mengerti. Dia menatap tangannya yang ditepis dengan kesal. Apa-apaan ini? Mengapa Zeyra tidak memberikan respons apapun?

"Jika sudah, silakan keluar."

Camela menarik lengan Zeyra dengan kasar. Gerakan yang sangat tiba-tiba itu membuat Zeyra berdiri dari tempat tidur. Dia yang masih merasa lemas itu sedikit oleng.

Alis Camela menukik tajam. Dia mencengkeram dagu Zeyra tanpa perasaan. Matanya melotot seperti siap membunuh gadis itu detik ini juga. "Bukan aku yang keluar tapi kau! Dasar tidak tahu diri! Lihat saja, aku akan memberi pelajaran pada gadis kumuh sepertimu."

***

Suara pecahan kaca yang terdengar keras dari dalam kamar milik Geogra. Para pelayan memekik terkejut. Fani saling pandang bersama Bu Inah. Lantas tanpa bisa dicegah, semuanya berlarian menuju asal suara.

Sesampainya di kamar Geogra. Alangkah terkejutnya mereka semua melihat pemandangan di hadapannya. Camela duduk bersimpuh di lantai. Penampilannya terlihat acak-acakan. Pecahan kaca berserakan di sekitarnya. Begitu pula dengan noda darah. Lalu pandangan mereka tertuju ke arah Zeyra yang terdiam. Dia berdiri mematung, menatap Camela yang menangis.

"Zeyra, apa yang terjadi?" tanya Bu Inah, memasang ekspresi khawatir. Pelayan tua itu hendak mendekat menuju Zeyra. Tetapi suara seseorang menghentikannya.

GEOGRAWhere stories live. Discover now