CHAPTER 12

32.5K 1.2K 4
                                    

Di ruang tengah terlihat kedua manusia tengah duduk saling berhadapan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di ruang tengah terlihat kedua manusia tengah duduk saling berhadapan.

Pria dengan raut muka tegas dan rahang yang sedikit dipenuhi bulu itu menghunuskan tatapan tajam. Kedua tangannya terlipat di depan dada.

Walaupun sudah beristri dan memiliki dua anak, tetapi pria itu masih tetap terlihat tampan dan berwibawa. Pria itu mengenakan kemeja hitam, kancing teratasnya ia biarkan terbuka. Lengan baju yang digulung sampai sikut menampilkan kedua lengannya yang berotot.

Di hadapan pria itu terdapat laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolah. Netra gelapnya menatap sosok pria itu tak kalah tajam. Dia sama sekali tidak gentar membalas tatapan sang ayah.

Seorang pelayan menghampiri mereka sembari membawa nampan, lalu menyajikan dua cangkir kopi beserta camilan. Kentara sekali bahwa pelayan itu sedang dilanda gugup. Bahkan tangannya gemetaran. Kedatangannya sama sekali tak membuat kedua orang itu mengalihkan pandangan. Pelayan itu seketika bergidik berada di tengah suasana yang mencekam. Setelah kepergian pelayan pun, mereka berdua masih tetap terdiam.

"Mengapa Dad kemari?" Geogra membuka pembicaraan setelah sedari tadi keheningan menyelimuti ruangan itu.

Pertanyaan yang dilontarkan sang anak sontak membuat alis pria itu terangkat. "Memangnya butuh alasan untuk mengunjungi anakku sendiri?"

Geogra mengernyit heran. "Tidak biasanya."

Memang tidak biasanya sang ayah repot-repot mengunjunginya kemari. Geogra hapal betul, tanpa kemari pun, ayahnya pasti sudah tahu bagaimana kondisi anaknya sebab ayahnya itu menugaskan beberapa anak buahnya untuk mengawasi Geogra.

"Sepertinya kau sangat betah tinggal di sini," ucap Arkielga—Ayah Geogra. Mata pria itu menyorot tajam. Sudut bibirnya terangkat menatap sang anak. "Sampai lupa sama keluarga, hm?"

Ucapan ayahnya membuat Geogra tersentak. Laki-laki itu menyenderkan punggungnya di sofa. Melepas kancing teratas seragamnya karena merasa gerah. Dia terkekeh kecil. "Merindukanku?"

Setiap gerak-gerik putranya tak luput dari pandangan Arkielga. Pria itu berdecih. Benar-benar definisi anak kurang ajar. "Untuk apa merindukan anak tak tahu diri sepertimu. Jika bukan karena ibumu, aku tak sudi kemari."

Saat Arkielga menyebut ibunya, Geogra menegakkan tubuh. "Mommy?"

Raut muka lelaki itu berubah, terlihat khawatir. "Apa ia baik-baik saja?" tanyanya.

"Menurutmu?"

Geogra menghela napas pelan. Dia merasa bersalah karena mengabaikan telepon dari ibunya. Pasti ibunya tengah khawatir tak mendapat kabar darinya.

"Aku tidak sempat menghubungi Mom lagi, aku sibuk." Geogra meraih secangkir kopi. Menyeruput kopi tersebut dengan perlahan.

Seketika rahang Arkielga mengetat. Pria itu terlihat tidak suka mendengar jawaban anaknya yang kelewat santai.
Arkielga melepas dasi yang sudah sedikit longgar itu. Dia merubah posisi duduknya, meletakkan tangan di atas paha seraya menopang dagu. "Sibuk membuat ulah, huh?"

GEOGRAWhere stories live. Discover now