CHAPTER 52

31.6K 1.6K 137
                                    

Sejak semalaman, Geogra sama sekali tak beranjak dari tempat duduknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sejak semalaman, Geogra sama sekali tak beranjak dari tempat duduknya. Dia senantiasa menemani Zeyra yang masih terbaring lemah dengan mata tertutup.

Tangan kekar Geogra menggenggam lembut tangan Zeyra. Lelaki itu mengabaikan bagian bawah matanya yang menghitam. Dia tidak akan pernah bisa tidur sebelum Zeyra sadar.

Geogra mendekat, menatap lekat wajah pucat gadisnya. Helaan napas terdengar. Dia mengusap puncak kepala Zeyra dengan sayang.

"Zeyra, cepatlah bangun. Aku merindukanmu," ujarnya. Geogra mengecup singkat kening Zeyra. Lantas menidurkan kepalanya di samping tubuh gadis itu. Ia tak berhenti menciumi jemari Zeyra. Raut muka Geogra terlihat sendu. Laki-laki itu tidak ingin kehilangan Zeyra.

Geogra sadar, betapa buruk perlakuannya pada Zeyra dulu. Dia bahkan tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Bukan hanya Camela, Geogra pun seharusnya mendapat hukuman. Saat Zeyra bangun nanti, Geogra siap menerima segala hukuman darinya. Asal Zeyra memaafkannya, Geogra akan melakukan apapun itu.

Disaat tengah asik melamun, suara dering ponsel terdengar. Geogra merogoh saku celana tanpa bergerak dari posisinya. Ia berdecak saat melihat nama sang adik tertera di layar ponsel.

Ketika telepon diangkat, Geogra menjauhkan ponsel dari wajahnya begitu suara cempreng langsung menyambutnya.

"Ada apa?" tanyanya malas.

"Kakak di mana? Mom mencarimu. Kata daddy kau berbuat keributan? Kak Naden masuk rumah sakit!" teriak Giselle dari seberang sana.

"Bagaimana kondisi mommy? Apa ia baik-baik saja?"

Benar, Geogra melupakan sesuatu. Dia baru teringat sang ibu. Setelah kejadian itu, Rashelyna jatuh pingsan.

"Ya, baik-baik saja."

"Syukurlah," ucap Geogra, menghela napas lega.

"Di mana Kakak? Lihatlah kasihan Kak Naden babak belur gara-gara Kakak!" pekiknya.

Geogra memutar bola mata, ia melirik Zeyra sekilas sebelum berdiri dan beranjak dari sana. Dia tidak mau Zeyra terganggu mendengar suara cempreng adiknya. Walaupun volume ponsel sudah ia kecilkan tetapi tetap saja terdengar.

"Dia pantas mendapatkannya," balas Geogra, dingin.

Terdengar gerutuan dari seberang sana namun Geogra memilih mengabaikannya.

"Kak, mom sudah tahu semuanya. Termasuk saat Kakak juga ikut andil melakukan perundungan terhadap Kak Zey."

Ucapan Giselle tentu saja membuat tubuh Geogra kaku. Ekspresinya terlihat tegang. Dia tidak tahu bahwa Rashelyna akan mengetahuinya lebih cepat dari yang ia kira. Kira-kira tahu dari mana ibunya itu?

Helaan napas terdengar. Giselle kembali mengeluarkan suara. "Tante Viesa yang memberitahu mom. Mereka nekat datang ke mansion."

GEOGRAWhere stories live. Discover now