CHAPTER 26

33.9K 1.3K 76
                                    

Zeyra yang baru saja menutup pintu dan keluar dari ruang baca langsung disambut oleh Fani

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Zeyra yang baru saja menutup pintu dan keluar dari ruang baca langsung disambut oleh Fani. Pelayan itu menarik lengan Zeyra sedikit menjauh dari sana.

"Zey, kau bicara apa dengan Tuan Besar? Mengapa beliau memanggilmu?" bisik Fani, ia melirik ke sana kemari.

"Tidak apa-apa. Hanya membahas soal insiden Zey yang terjatuh ke kolam renang," jelas Zeyra. Mereka berdua melangkah menuju kamar khusus para pelayan.

"Benarkah hanya itu?" tanya Fani memastikan. Zeyra mengangguk mengiyakan.

"Tapi kau benar baik-baik saja, kan? Ah, luka di pipimu? Kakimu bagaimana?"

Kening Zeyra mengerut. "Dari mana Kakak tahu kaki Zey terluka?" tanyanya, heran. Pasalnya hanya Geogra dan Bu Inah yang mengetahuinya. Sebisa mungkin Zeyra menutupi luka di kakinya.

Gadis itu pun sudah membicarakan hal itu pada Bu Inah agar tidak memberi tahu pada siapa pun. Tapi pada Geogra? Entahlah. Apakah Fani tahu dari Bu Inah atau laki-laki itu?

Fani menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Ah, i-itu aku melihatmu berjalan pincang, makanya aku bertanya padamu, Zey. Jadi benar, kan? Kakimu terluka?"

"Iya, Kak. Tapi tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil," ujar Zeyra.

"Apanya yang luka kecil? Coba sini aku lihat!" Fani hendak membuka rok Zeyra tetapi dicegah oleh gadis itu.

"Kak, Zey sudah baik-baik saja. Lukanya sudah diobati Bu Inah. Jadi Kakak tidak perlu khawatir. Kalau begitu Zey izin masuk kamar dulu ya?"

"A-ah, begitu ya. Syukurlah kalau begitu. Baiklah, kau boleh istirahat," ucap Fani.

Fani mengantarkan Zeyra menuju kamar gadis itu. Zeyra membuka pintu lalu melangkah masuk. Ia tersenyum sembari melambaikan tangan sebelum menutup pintu.

Setelah Zeyra sepenuhnya hilang dalam pandangan Fani. Pelayan itu menghela napas kasar. Ia menatap pintu kamar Zeyra dengan ekspresi sulit diartikan.

"Maafkan aku, Zey," ucapnya, kemudian berbalik dan melangkah pergi dari sana.

***

"Sayang, kemarilah." Viesa melambaikan tangan ke arah putrinya, Camela.

Gadis itu melangkah dengan ragu-ragu, menghampiri kedua keluarga yang tengah berkumpul di ruang tengah.

Setelah acara selesai, mereka tidak langsung pulang. Melainkan berbincang terlebih dahulu. Camela menundukkan kepala, ia duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya.

Di hadapannya terdapat Tuan dan Nyonya Zergant beserta putra dan putrinya. Giselle sudah sedari tadi ingin pergi beranjak, ia malas jika harus berhadapan dengan gadis itu. Lebih baik pergi menemui Zeyra.

GEOGRAOnde as histórias ganham vida. Descobre agora