CHAPTER 18

33K 1.4K 28
                                    

“Gra, gadis itu memang menghilang,” ujar Naden

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Gra, gadis itu memang menghilang,” ujar Naden. Pemuda itu tengah berada di mansion Geogra setelah laki-laki itu menghubunginya untuk datang.

“Aku sudah mendatangi alamat itu, tetapi rumahnya kosong. Aku tidak melihat penghuninya. Lalu saat aku bertanya pada orang di sekitar tempat itu, mereka bilang dia sudah pindah entah kemana. Tapi anehnya, gadis itu masih terdaftar sebagai murid Zergant School,” jelas Naden. Dia mencari informasi tentang hilangnya Zeyra atas perintah Geogra.

“Dan yang lebih aneh, semua guru di sekolah tidak ada yang tahu di mana keberadaan gadis itu.”

Naden pikir Geogra yang menyembunyikan Zeyra atau mungkin telah melakukan sesuatu yang buruk pada gadis itu. Tapi ternyata Geogra sendiri pun tidak tahu keberadaan Zeyra yang sudah menghilang sejak tiga hari yang lalu.

Mendengar ucapan Naden barusan, Geogra menghembuskan napas kasar. Dia tiba-tiba berdiri, “Ikut aku.”

Dan di sinilah sekarang mereka berada. Naden mengerutkan kening, menatap bangunan sederhana di depannya. Tepatnya di depan tempat tinggal Zeyra. “Untuk apa kita ke sini? Kan, sudah aku—Hei, kau mau ke mana?”

Geogra melangkahkan kaki menuju belakang rumah tersebut. Di sana terdapat jendela kamar Zeyra. Dirinya pernah menerobos masuk ke dalam sana. Geogra membuka jendela yang ternyata tidak dikunci.

Naden yang sedari tadi mengikuti lelaki itu membulatkan mata. “Kau mau apa?!” Dia melirik ke sana kemari, takut jika ada yang melihat aksi Geogra dan dikira maling.

“Diam!” Suara Geogra terdengar tajam. Setelah jendela terbuka lebar, Geogra langsung melompat masuk. Naden yang tidak mau ditinggal sendiri, ikut masuk. Tak lupa ia menutup jendela.

Netra gelap Geogra meneliti setiap sudut ruangan yang tak terlalu luas itu. Tempat ini sangat sepi, sunyi, dan minimnya pencahayaan.

“Apa benar ini tempat tinggal gadis itu?” tanya Naden, ia mengerut jijik.

Benar kata Naden, tempat ini sudah kosong. Barang-barang yang tersisa hanyalah ranjang, lemari yang isinya kosong, meja kayu yang sudah mau roboh.

Mereka menelusuri rumah itu berharap mendapat sebuah petunjuk. Tetapi nihil, mereka tidak menemukan apapun.

Sudut bibir Geogra terangkat, “Tikus kecil, beraninya kau kabur tanpa izin dariku.”

Suara dering ponsel mengalihkan perhatian Geogra. Ia merogoh saku celana, menekan tombol hijau saat seseorang menghubunginya. Alis Geogra menukik tajam, raut wajahnya tiba-tiba berubah. Rahang mengetat ketika seseorang di seberang sana mengatakan sesuatu. Tangan laki-laki itu terkepal kuat.

GEOGRAWhere stories live. Discover now