CHAPTER 43

29.2K 1.2K 43
                                    

"Ada apa?" Geogra bertanya pada Giselle ketika ia menemukan sang adik yang baru saja keluar dari kamar Zeyra dengan ekspresi muram

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Ada apa?" Geogra bertanya pada Giselle ketika ia menemukan sang adik yang baru saja keluar dari kamar Zeyra dengan ekspresi muram. "Apa dia masih tidak mau makan?" tanyanya begitu melihat nampan berisi makanan yang masih terlihat utuh di tangan Giselle.

Giselle mendongak, tatapannya tertuju pada Geogra lalu beralih pada seorang wanita berjas putih di samping kakaknya. Giselle mengangguk pelan. "Iya. Kak Zey tetap tidak mau makan walaupun ini makanan kesukaannya. Sudah Giselle bujuk, tetapi tetap saja."

"Hm, biar kami masuk dulu." Giselle mempersilakan keduanya masuk ke dalam kamar Zeyra. Seharusnya Zeyra beristirahat di kamar Geogra, akan tetapi gadis itu bersikukuh untuk tetap berdiam diri di kamarnya sendiri.

Saat ketiganya memasuki ruang kamar Zeyra. Mereka bisa melihat sosok gadis yang tengah meringkuk di ranjang kecil dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

Geogra melangkah mendekat, ia duduk tepat di samping ranjang. Laki-laki yang sudah siap untuk pergi ke kantor dengan memakai jas itu mengulurkan tangan, mengusap kepala gadisnya dengan pelan. Telapak tangannya terasa hangat setelah menyentuh kening Zeyra. Gadis itu jatuh sakit dan mengalami demam setelah semalaman tak berhenti menangis.

"Zeyra, bangunlah. Biarkan dokter memeriksamu. Tidak apa-apa. Ada aku di sini," ujar Geogra. Sebisa mungkin ia melembutkan nada suaranya agar Zeyra tidak merasa ketakutan.

Gerakan pelan dibalik selimut membuat Geogra menghela napas pelan. Dia membuka selimut yang menutupi kepala Zeyra. Laki-laki itu menggeram rendah melihat kondisi gadisnya. Wajah Zeyra memerah disertai bibir pucat. Begitu pula dengan rambut panjangnya yang berantakan.

Geogra merapikan rambut Zeyra, menyisirnya menggunakan jemari laki-laki itu. Ditatap lama wajah sang kekasih. Dia bergumam sembari tersenyum tipis. Walaupun sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja, tetapi gadisnya masih tetap terlihat cantik.

Zeyra menahan lengan Geogra ketika lelaki itu hendak membantunya bangun. "Zey tidak mau diperiksa," cicitnya.

"Kenapa, hm?"

Gadis itu terdiam sembari memainkan jari-jari Geogra. Dia menggelengkan kepala, tanda bahwa dirinya tidak mau.

"Kau harus diperiksa, aku tidak menerima penolakan," kata Geogra, tegas. Perkataannya membuat Zeyra cemberut. Gadis itu terpaksa menurut dan bangkit dari tidurnya dibantu oleh Geogra.

Dengan segera, dokter mendekat dan mulai memeriksa Zeyra. Tak butuh waktu yang lama, dokter tersebut telah selesai lantas memberitahu kondisi Zeyra saat ini beserta memberikan resep obat untuknya.

"Baik, kalau begitu saya permisi, Tuan Muda."

Geogra mengangguk pelan. Dokter tersebut keluar dari ruangan ditemani oleh pelayan.

"Kak, sepertinya Giselle akan pulang sekarang. Giselle ingin melihat kondisi Mom. Bolehkan?"

"Hm," jawab Geogra tanpa mengalihkan pandangan dari Zeyra. Laki-laki itu sibuk mengusap-usap pipi gadisnya. Tak lupa disertai dengan sebuah kecupan. Giselle mencebik melihat pemandangan tersebut. Dia menghampiri mereka berdua.

GEOGRADove le storie prendono vita. Scoprilo ora