CHAPTER 25

35.3K 1.4K 35
                                    

“Zeyra, kau baik-baik saja?” Rashelyna menghampiri Zeyra, ia berjongkok lalu memegang pundak gadis itu dengan lembut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Zeyra, kau baik-baik saja?” Rashelyna menghampiri Zeyra, ia berjongkok lalu memegang pundak gadis itu dengan lembut. Tatapan beserta raut mukanya terlihat sangat khawatir. “Mengapa kau bisa terjatuh ke kolam?”

Camela menggigit bibir, cemas. Ia bergerak tak nyaman di tempatnya, takut jika Zeyra akan membuka mulut, buru-buru ia melangkah.

“T-tadi Zeyra terpeleset, Tante,” ujar Camela. Geogra mengerutkan kening, menatap tajam gadis itu membuat Camela gelagapan. “Kami tadi hanya mengobrol sebentar, berjalan-jalan di sekitar mansion. Lalu Zeyra tidak sengaja j-jatuh,” lanjutnya.

“Apa itu benar?” tanya Rashelyna.

Sebelum Zeyra menjawab, Giselle memekik. “Kak Zey, pipimu merah!”

Dengan refleks, Zeyra memegang kedua pipinya yang masih terasa panas. Teringat akan sesuatu, tangan Zeyra menarik jas milik Geogra, menutupi bagian kakinya yang terluka.

“Astaga, itu pasti karena kau menggaruk pipimu terlalu keras, kan? Kau tadi mengeluh kalau pipimu gatal!” celetuk Camela, menutup mulutnya, pura-pura terkejut.

Zeyra menghela napas pelan. Dia tahu bahwa Camela sedang panik. Gadis itu memilih mengangguk, membenarkan ucapan Camela. Katakan bahwa ia bodoh, akan tetapi jika ia mengatakan yang sejujurnya, apakah mereka akan percaya pada ucapannya?

Ditambah saat kejadian, tidak ada satu orang pun di sana, hanya ada Zeyra dan Camela. Namun, satu hal yang Zeyra pikirkan. Geogra, laki-laki itu tiba-tiba saja datang dan menolongnya. Apakah Geogra melihat perbuatan Camela?

Berbagai macam pertanyaan hadir di dalam benak Zeyra. Tanpa sadar, tangan Zeyra terangkat menyentuh bibir mungilnya. Pipinya memerah mengingat saat Geogra memberikan napas buatan untuknya.

Mengapa Geogra melakukan itu? Mengapa Geogra menolongnya Bukankah laki-laki itu membencinya dan senang jika Zeyra sengsara?

Sosok pria dengan tangan melipat di depan dada, memperhatikan kedua gadis itu dengan tatapan datar. Ia menarik lengan istrinya pelan. "Sayang, jangan terlalu lama berjongkok."

"Bawa Zeyra masuk ke dalam, Geogra," titah Arkielga, nada suaranya terdengar tegas. Bahkan Camela yang berada di sampingnya merasa merinding. Ia menundukkan kepala sembari mengepalkan tangan melihat Geogra mengangkat tubuh Zeyra ke dalam gendongannya.

"Zeyra, segera ganti pakaianmu ya, Sayang. Mom tidak ingin kau sakit. Kau harus istirahat." Rashelyna mengusap kening Zeyra. Gadis itu tersenyum sembari mengangguk.

"Aku ikut!" ujar Giselle, hendak mengikuti langkah Geogra tetapi terhenti.

"Tidak perlu," sanggah Geogra, melirik singkat.

Giselle yang mendengar itu memanyunkan bibir tak terima. Dia menghentakkan kaki kesal, membalikkan tubuh dan menghampiri Rashelyna.

"Kau temani ibumu, Giselle. Dad masih ada urusan. Aku akan segera kembali." Arkielga mengusap puncak kepala Giselle lalu mengecup pipi Rashelyna. Kemudian beranjak dari sana dengan langkah lebar.

GEOGRAWhere stories live. Discover now