CHAPTER 4

42.6K 1.4K 18
                                    

Jangan lupa vote & komen yaa!

Tubuh kecil nan mungil itu terlihat meringkuk di salah satu sudut ruangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tubuh kecil nan mungil itu terlihat meringkuk di salah satu sudut ruangan. Dingin malam mampu membuat seluruh tubuhnya menggigil. Zeyra mengeratkan cardigan pink-nya, mencari kehangatan. Sisa air mata membekas pada kedua pipi tirusnya.

Menatap kosong ke arah lantai berwarna putih yang dipenuhi oleh bercak-bercak kemerahan. Baru pertama kali Zeyra berada di posisi saat ini. Dia terisak kecil, mengingat bahwa masih ada sang nenek di rumah yang sedang menunggunya untuk makan bersama.

“Nenek...”

“Zey ingin pulang....” Lirihnya.

Setelah beberapa menit suasana hening. Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan sepatu yang mendekat ke arahnya. Zeyra menegang, jantungnya berdebar kencang. Dia beringsut mundur ketakutan. Suara langkah kaki itu terhenti tepat di hadapan Zeyra.

Tubuh gadis itu gemetaran bukan main. Zeyra memejamkan mata ketika sebuah tangan menyentuh dagunya, memaksanya untuk mendongak.

“Buka matamu.”

Zeyra menggeleng-gelengkan kepala. Memilih untuk tetap menutup mata. Dia terlalu takut.

“Belum cukupkah hadiah yang kuberikan padamu?” Geogra menggeram rendah, mencengkeram dagu Zeyra.

Tubuh Zeyra menegang, lantas ia pun membuka mata dengan takut-takut. Pandangannya turun ke bawah, tak berani menatap laki-laki itu.

Seringai tipis tercetak di bibir Geogra. Cengkeram pada dagu Zeyra perlahan mengendur. Digantikan oleh jari telunjuknya yang menekan bagian bawah dagu Zeyra agar gadis itu menatapnya.

Geogra mencondongkan tubuhnya. Zeyra semakin mundur hingga punggungnya membentur tembok. Dari dekat, Geogra bisa menatap lebih jelas bagaimana ekspresi yang ditunjukkan oleh gadis itu. Oh, ini sangat menyenangkan, melihat mangsanya terlihat begitu ketakutan.

“Zeyra... lihat aku,” bisik laki-laki itu tepat pada telinganya. Geogra merasakan napas Zeyra yang putus-putus. Rambut gadis itu acak-acakan dengan keringat membasahi pelipisnya.

Zeyra menaikkan pandangan, menatap netra gelap yang kini tengah menatapnya dengan intens. Kelopak mata Zeyra bergetar, menumpahkan seluruh air mata.

“Tolong... lepaskan...” Napas Zeyra sedikit tersendat. Menyatukan kedua tangannya, memohon pada laki-laki itu.

“Harusnya kau senang, aku memberimu hadiah.”

“Ah, sepertinya hadiahku belum cukup? Kau ingin yang lebih spesial?” tanya Geogra. Zeyra buru-buru menggeleng. Dia menahan napas mendengar kata ‘Hadiah’ yang terlontar dari bibir laki-laki itu. Zeyra tahu, hadiah apa yang dimaksud Geogra. Kemungkinan besar, laki-laki itu akan menunjukkan sesuatu hal yang lebih buruk.

Geogra terkekeh, “Ini baru permulaan, Zeyra.” Seraya mengusap sudut bibir Zeyra. Geogra menelisik wajah gadis itu, dimulai dari mata, hidung dan bibir pucatnya yang mungil. Laki-laki itu semakin mendekatkan wajahnya. Entah setan apa yang merasuki dirinya. Geogra perlahan-lahan, memiringkan kepala.

GEOGRAWhere stories live. Discover now