CHAPTER 42

28.2K 1.3K 39
                                    

Tepat di pinggir makam tempat peristirahatan terakhir Sura, Zeyra terduduk di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tepat di pinggir makam tempat peristirahatan terakhir Sura, Zeyra terduduk di sana. Pandangannya kosong, menatap batu nisan bertuliskan nama sang nenek yang telah pergi meninggalkannya. Dalam hati, Zeyra masih tidak percaya dan belum bisa menerima kenyataan bahwa neneknya telah tiada. Binar di kedua matanya meredup seolah tidak ada lagi sebuah harapan di sana.

Dadanya terasa sangat sesak akan tetapi tidak ada air mata begitupun suara isak tangis yang terdengar. Ia terus memandang makam itu dengan sayu. Kelopak mata yang membengkak, pipi memerah, bibir pucat yang bergetar. Menandakan betapa hancurnya gadis malang itu.

Beberapa memori indah bersama wanita kesayangannya bermunculan dalam benak Zeyra. Wajah keriput seseorang yang menampilkan raut muka marah, sedih, bahagia memenuhi isi kepalanya. Seorang wanita tua yang mengisi kekosongan dalam hidupnya.

Kalimat pujian yang selalu diucapkan oleh Sura pada cucunya. Sebuah usapan, pelukan dan kasih sayang hangat seorang nenek. Zeyra tidak bisa membayangkan, hari ini dirinya telah kehilangan itu semua.

Keluarga Zergant beserta kerabat lainnya turut hadir di pemakaman Sura. Geogra berdiri di samping kedua orang tuanya dengan pandangan yang tak lepas dari Zeyra. Ada rasa tak nyaman saat melihat Zeyra seperti itu. Gadis itu menangis tiada henti mendapat kabar buruk tentang neneknya. Zeyra sedang tidak baik-baik saja. Geogra tahu itu. Tetapi dirinya merasa bodoh karena tidak bisa melakukan apa-apa selain berusaha menenangkan kekasihnya.

Sentuhan lembut di lengannya membuat Geogra tersentak. Ia menoleh mendapati Rashelyna yang tengah tersenyum kecil.

"Geo, Mom ingin meminta satu hal padamu. Apakah boleh?"

Arkielga mengerutkan kening mendengar ucapan istrinya, ia melirik sekilas.

"Tentu saja. Katakan padaku, Mom," balas Geogra.

Wanita itu menghela napas pelan, pandangannya beralih pada sosok gadis kecil di depannya. Rashelyna tahu bagaimana perasaan Zeyra saat ini. Mengingat hanya Sura, sang nenek satu-satunya di hidup Zeyra. Gadis itu pasti sangat sedih, hancur dan putus asa.

"Selama Zeyra bersamamu, tolong jaga dia. Mom sudah menganggap Zeyra seperti putri Mom sendiri," ucapnya lirih.

Geogra mengangguk cepat. "Tentu saja. Apapun akan aku lakukan untukmu." Sebelum Rashelyna mengatakan itu, Geogra sudah pasti akan menjaga gadisnya.

Suara erangan tiba-tiba terdengar dari Rashelyna. Wanita itu mengerutkan kening sembari mengusap perutnya. Arkielga segera menarik sang istri mendekat.

"Ada apa? Kau terlihat kesakitan."

"Perutku, Kiel. Sakit..." rintihnya. Dia meremas ujung baju Arkielga.

"Mom, kau baik-baik saja?" tanya Geogra.

"Mom!" pekik Giselle. Gadis itu segera menghampiri Rashelyna. "Mom kenapa?"

GEOGRAWhere stories live. Discover now