Bagian 3. Share

1.8K 120 30
                                    

Memang bukan aku yang memulai, Kakak Cantik yang berusaha membantuku tuk dekat dengannya, namun paling tidak itu membantu mempermudah niatanku mengenal Kakak Cantik. Hehehe.

Di waktu luangku, aku banyak menghabiskan waktuku untuk menulis. Yup, setahun belakangan ini, aku begitu fokus untuk menulis. Aku juga suka menggambar, tapi moodku sangat tidak baik tuk itu. Yup, aku orang yang moody.

Jujur, jika ditanya apa kegemaranku sebenar, aku akan jawab aku dak tau. Hari ini aku suka menulis, hari yang lalu aku suka mengambar, aku dak tau apa yang akan kusuka kedepannya. Aku dak pernah suka jikalau hanya suka pada satu hal saja. Sekarang A besok bisa B, besoknya lagi bisa C. Plin plan? Mungkin.

~(._.)~

Suatu sore, aku memiliki cukup banyak waktu luang. Aku memutuskan untuk bermain ke tempat kakak cantik. Cukup dengan semua persiapan, dengan semangat aku mengajak kakiku tuk melangkah menuju kediaman Kakak Cantik.

Knock knock

Kebiasaan burukku, aku selalu mengetuk pintu dengan melantunkan bunyi ketukan itu sendiri. Bukan hanya mengetuk pintu, bahkan saat aktivitas lainnya pun, aku akan melakukannya. Umumnya aku melakukannya kerana tiada sadar. Aku memang orang yang aneh. Hahaha.

Pintu kayu dominasi warna putih itu perlahan terbuka dan tampaklah Kakak Cantik dengan pakaian santainya. Pernahkah aku mengatakan kalau Kakak Cantik menyukai memakai rok? Yup, Kakak Cantik suka pakai rok. Aku dak tau alasannya, Kakak Cantik hanya bilang kalau dia menyukainya. Tanpa babibu, aku segera masuk ke dalam rumahnya tentu setelah dia mengizinkannya.

Abang Ganteng sama si kecil Sam sedang tidak ada di rumah. Kakak Cantik bilang, mereka sedang bermain dengan sodara Abang Ganteng jadilah hanya ada aku dengan si Kakak Cantik. Hehe. Kalo Kakak Cantik, dia lebih memilih di rumah kerana Kakak Cantik ingin menyelesaikan tulisannya. Yup, Kakak Cantik juga hobi menulis. Aku belum baca, tapi kata Kakak Cantik, ceritanya gendre fantasi. Menarik.

Dak banyak sebenar yang aku lakukan dengan Kakak Cantik, hanya bermalasan sambil sesekali membahas hal yang membuatku penasaran. Seperti saat ini, Kakak Cantik sibuk duduk di sofa santai dengan keyboard dan tab. Aku tidur malas-malasan bersandar pada sofa yang diduduki Kakak Cantik.

"Kakak Cantik!"

"Hm?"

"Sejak Kakak Cantik dan aku jumpa di taman itu...aku penasaran!"

"Penasaran apa?"

"Waktu Kakak Cantik baca tulisanku, kenapa Kakak Cantik bisa ngarti tulisan tu? Padahal, aku nulis dengan kata dasar yang dak beraturan!"

"Hmmm, gimana ya?"

"Apa?"

"Ai tau, saat Zara membaca tulisan Ai, Ai berada di ambang batas penentuan tentang siapa Ai!"

"Huh?"

Satu hal kebiasaan si Kakak Cantik, selalu memanggil dirinya dengan nama. Lucu jadinya. Hehe.

Dan, jawaban pertanyaanku, aku tidak mengerti sama sekali. Sangat tidak ku fahami.

"Dari yang sudah-sudah, biasanya yang sampai diambang kebingungan itu tanpa adanya 'pemandu', maka mereka akan 'tersesat'!"

Speechless. Butuh waktu lama bagiku tuk pahami maksud Kakak Cantik. Satu hal yang ku tangkap, Kakak Cantik berbicara soal mental atau psyhology. Dak tau kenapa pemikiran itu yang ku dapati.

EGO -> Kakak Cantik (Revisi Done)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang