Bagian 11. Another Move On

342 30 6
                                    

Lega. Sangaaaaaaaaaaaat lega. Setelah perpisahan tuk ke dua kalinya, aku menangis namun aku tersenyum. Aku tersenyum bahagia lepas Tiara. Bukan berarti aku akan lupakan Tiara.

Tidak, sebisa mungkin aku dak ingin lupakan Tiara. Aku hanya lepas Tiara kejar mimpinya tuk tewujud. Biar Takdir yang bicara selanjutnya. Hahahaha. Itu ajaran dari kakak cantik, usaha tuk ikhlas dengan harap ada hadiah kedepannya dari Dia yang Esa. Aamiin.

~(._.)~

Hal gila terlintas di kepalaku setelah beberapa hari lega berpisah dari Tiara. Aku dak gitu faham, pikiran tu tiba saja datang setelah ingat sebuah pernyataan.
"Takdir dak akan berubah jika kita dak usaha ubahnya".

Sebenarnya aku dak gitu yakin sih, hanya ja permainan skenario asa tu kembali bermain di kepala. Kemungkinan-kemungkinan dari rekaya asa yang bermain di kepalaku ni tidaklah begitu ku harapkan namun rekayasa asa itu benar mendominasi jiwaku.

Satu hal yang ganggu isi kepalaku, Takdir. Aku percaya ja bila takdir mampu di rubah. Entahlah, aku yakin takdir bisa dirubah, kerananya ide gila bersemayam dikepala. Memori yang ada di kepala bercampur dengan skenario asa.

Jujur, berkali-kali aku coba lawannya dan lupakan permainan asa yang terus mendominasi jalan fikirku namun dengan alasan iseng aku bertanya pada kakak cantik tentang hal yang ganggu fikiranku.

Sore hari, luangku kembali ku manfaatkan tuk datang bermain ke rumah kakak cantik. Aku senang kali main dengan kakak cantik. Jika dak main sekali ja, rasanya dak afdhol. Hehe.

Hal yang aneh yang ku tangkap setibaku di rumah kakak cantik. Kakak cantik sedang tidur kata abang ganteng yang tumbenan berada di rumah. Biasanya kerja dan Sam sedang main sama sodaranya abang ganteng. Lagian, tumbenan kakak cantik tiduran di sore.

"Uit! Ada yang bisa dibantu?"

"Kakak cantik kenapa bang tumbenan bobo sore?"

"Lehat dia. Kecapean. Da apa?"

"Mo nanya sesuatu ama kakak cantik tapi kakak cantik bobo!"

"Ngomong sama gua ja. Mana tau gua bisa bantu?"

Hmm aku jarang ngobrol sama abang ganteng sih. Ni aja baru kali ni aku hadapan sama abang ganteng, biasanya cuma 'say hi' trus chatan doang. Ide bagus dak ya nanya ni orang, tapi abang ganteng rada somplak loh.

Aish. Kepalaku menggila. Nanya dak ya, satu sisi aku butuh kejelasan, sisi lain aku takut. Aaaaaaa gila aku. Bodo ah.

"Itu bang, gua mau tanya, menurut lo, takdir bisa di ubah dak?"

Hal yang unik emang, kalo ama abang ganteng, aku malah nyaman pake 'lo-gua', ya.....walau awalnya sih abang ganteng yang mulai. Hehe berasa ngomong ama temen sebaya aku.

"Telgantung pengeltian lo ama Takdil! Gua mau tanya, menulut lo takdil itu apa?"

Aaaa satu hal yang lucu lagi, abang ganteng cadel. Sudahkah aku beritahunya? Hehehe Lucu dengar dia ngomong, kek ngomong sama anak kecil. Gemesin.

"Gua pengen tau dulu dali lo, menulut lo takdil tu apa?"

Ragu sebenar apa yang ingin ku sampaikan tentang takdir tapi jadilah, aku jelaskan takdir dari persepsi aku bahwasanya takdir adalah suratan tentu yang di tetapkan semenjak ruh masukkan dalam raga.

EGO -> Kakak Cantik (Revisi Done)Where stories live. Discover now