Bagian 12. Coming out!??

391 29 7
                                    

"Perkara Ai mau coming out, boleh Zara bahas?"

Aku deg deg-an cui. Bukan maksud. Hanya saja, pemikiran itu sudah ada dalam kepalaku semenjak lama. Mengganggu? Sangat. Kerananya, minta sedikit masukan dari Kakak Cantik agar brasa tenang.

Bukan maksud sakiti, tapi mungkin keadaan si Kakak Cantik yang kurang baik buat emosi Kakak Cantik tidak baik. Meskipun gitu, Kakak Cantik yang marah masih berikan masukan-masukan berarti.

Sebenarnya dak bermaksud bahas ini dengan Kakak Cantik kala aku sendiri tau resiko yang akan aku hadapi baik ruginya dari keluarga dan sosial serta lainnya. Namun fikir itu keluar begitu saja.

"Kalo menurut Zara dak usah coming out. Maaf kalo kamu mungkin dak setuju sama Zara. Tapi perkara orientasi dan hati itu berbeda!"

Sebenarnya bukan marah. Sebagai orang tua, tentu Kakak cantik faham bagaimana rasa yang akan orang tuaku rasakan dan Kakak Cantik dak ingin aku lakukan itu pada orang tuaku.

Perihal coming out, aku tiada niat untuk lakukan sebenarnya. Itu hanyalah pilihan paling terakhir diantara semua kemungkinan yang ada dan akan ada. Jengah sebenar yang aku rasa akan rekayasa asa fikiranku kerana aku terlalu stress dengan pembicaraan antar keluarga tentang pernikahan dan jodoh.

Bukan maksud, namun nyata aku belum siap untuk berkeluarga. Menjalin ikatan dengan komitmen dan saling percaya. Pacaran saja aku lum pernah (kecuali ama Tia ) bagaimana aku bisa belajar perihal percaya dan berbagi.

Hubunganku dengan Tiarapun tidak lebih hanya 1 minggu meski nyata aku faham akan apa yang dirasa namun apa, kami bahkan tidak memiliki waktu cukup untuk kenal lebih satu dengan lain. Kami hanya memahami tentang rasa yang ada. Kami hanya memahami tentang macam cinta dan mencinta.

Apakah hubunganku dengan Tiara sudah termasuk pengalaman? Ya dan tidak. Membingungkan memang namun itu yang terjadi. Lalu, bagaimana dengan pernikahan yang nyata janji itu langsung berhadapan dengan yang Kuasa? Sediakah aku?

Pernikahan bukan macam permainan. Pernikahan adalah semacam kontrak kerja seperti diperusahaan ataupun instansi, yang berbeda hanya saja, semua kontrak itu langsung berhubungan dengan Tuhan yang Esa bukan dengan perantara. Pahala dan dosanya langsung turun dan di beri oleh Nya.

Kembali ke Kakak Cantik, alih-alih membicarakan cerita orang lain, Kakak Cantik menceritakan perihal pernikahannya yang bahkan jauh dari kata baik. Pernikahan kakak cantik yang di dasari dari keegoisan Kakak Cantik dan Abang Ganteng membuat mereka tidak diterima baik oleh keluarga besar hingga ancaman sosial yang menanti mereka.

Aku tidak kuat. Kebiasaan ku mencitra beragam cerita menjadi nyata dalam kepala buatku bayangkan keadaan yang dialami Kakak Cantik. Aku bisa merasakan susah dan sedihnya mereka berjuang tanpa dukungan keluarga. Setiap kata yang keluar dari ucapan Kakak Cantik seketika menjadi nyata dalam imaji.

Butuh waktu lama bagi keluarga besar Kakak Cantik menerima keputusan Kakak Cantik berkeluarga dan perjuangan itu sangatlah tidak mudah. Citraan demi citraan, rekaan demi rekaan berputar seperti kaset rusak di kepalaku. Sesak. Sangat sesak. Sesak kali. Ingin aku menghentikannya.

"Ah udahlah, berhenti sampe disitu aja. Zara harap apa yang Zara maksud sampai pada Ai. Zara minta maaf sama Ai. Zara dak maksud menggurui, tapi Zara kepingin jangan sampai Ai melakukan kesalahan yang sama!"

"Kan gini lebih enak....dimarahi Kakak Cantik daripada lakuin hal bodoh atau harus dihantuin perasaan ingin coming out sejak ortu bahas nikahan!"

"Sini peluk!"

Dengan takut, sedih dan entahlah, aku mendekati Kakak Cantik dan memeluknya erat. Namun, ini berbeda. Aku dak dapat gambarkannya namun ini bukan canduku.

EGO -> Kakak Cantik (Revisi Done)Where stories live. Discover now