Ardeo Mahendra

55.9K 3.1K 203
                                    

Sapa Deo dulu ayok!

______

"Cium dulu!"

Cowok di balik selimut yang baru saja tidur dua jam yang lalu itu menggeliat kesal, karna kedatangan ayahnya tidur singkatnya harus terganggu.

Sepagi ini Ayahnya sudah merecoki tidurnya. Pemuda remaja itu berdecak kesal saat waktu tidur nya di ganggu seperti ini. Ardeo Mahendra, anak tunggal dan pewaris selanjutnya setelah Rio.

Anak itu masih bergelut dengan selimutnya, sementara Rio sang Ayah menyugar rambut anaknya itu.

"Ayo cium dulu!"

"Yah, Deo udah SMA!"

"Ya terus?"

Deo berdecak lagi dan mengecup pipi Ayahnya Rio tersenyum lebar dan mengusap rambut Deo, lagi.

"Jangan bangun siang-siang, papa mau pergi nih!"

"Iya sana!" Deo melemparkan bantal putihnya ke arah Rio. Membuat ayahnya itu terkekeh pelan.

Deo melanjutkan tidurnya setelah kedua orang itu meninggalkan Apartemennya. Pemuda yang memakai kaos putih itu berdecak dan mendudukan dirinya.

"Punya orang tua laknat ya gini, anaknya baru tidur dua jam yang lalu di bangunin kan bangsat!"

Akibat semalaman bermain game cowok itu sampai kebablasan hingga pagi tadi. Akhirnya Deo melangkahkan kakinya ke kamar mandi, menunutaskan urusannya di dalam sana dan kembali keluar dengan handuk yang melilit pinggangnya.

Sudah tiga bulan yang lalu Deo menempati Apartemen ini, dan sudah tiga bulan pula orang tuanya rutin mengunjunginya setiap minggu. Deo merasa hidup di pesantren mengingat hal itu.

Tapi tidak, bahkan seorang Deo ingin terbebas dari rumah orang tuanya. Rio sih tidak apa anaknya tinggal di luar, tapi Agla yang selalu khawatir jika anaknya berada di luar pengawasan dirinya.

Seperti keluar masuk kelab malam atau membawa wanita ke Apartemennya.

Ardeo Mahendra.

Pemuda remaja yang suka sekali dengan Alam. Naik gunung, panjat tebing bahkan olahraga ekstriem seperti budge jumping. Deo memakai sepatunya setelah seragam putih abu sudah melekat di tubuhnya, cowok itu berkaca sebentar dan mengambil tas abu gelapnya.

"Berangkat!" Deo menggeplak tanki bensin motornya lalu melaju ke jalanan.

Sudah dua hari sekolah masuk setelah pembelajaran tahun ajaran baru di mulai. Namun, seperti dugaan Deo di sekolah pasti semua guru dan organinasi siswa terfokus pada murid baru. Maka dari itu Deo belum memotong rambut panjangnya.

Sepanjang libur semester cowok itu tidak pernah sekali pun memotong rambutnya. Deo bahkan cuek bebek saja jika di perhatikan adik kelas bahkan teman seangkatannya.

Hingga sampailah Deo di parkiran sekolah, di sana sudah ada ketiga temannya yang asik duduk sambil mengobrol di atas motor.

"Tumben de,"

"Tumben apaan?" Deo menyahut saat temannya yang bernama Toha itu bergumam.

"Tumbenan datang sendiri?" Tanya Rido, cowok berkumis tipis itu.

"Di jalan gak ada yang nebeng tuh!" Lanjut Rido.

"Males ah, cewek Bina Bangsa gitu-gitu aja." Ucap Deo yang sekarang merogoh tasnya. Mengambil susu steril dalam kaleng yang ia masukan sebelum keluar dari Apartemen.

"Anjir gitu-gitu aja gimana maksud lo?!" Tanya sewot Dery. Teman Deo yang mulutnya paling mirip cewek, kesana-kesini nyambung bila ada gosip.

"Gak ada yang menarik," celetuk Deo lagi dan meneguk susunya.

"Si Aleta gak menarik de?" Tanya Rido dan Deo menggelengkan kepalanya.

Aleta, gadis sosialita yang kemana-mana bawa cermin di sakunya. Anak pemilik salon yang memiliki beberapa cabang di Jakarta.

"Emang tipe lo yang kayak gimana?"

"Ya biasa aja kayak---"

"Gila keren banget gila! Gila!"

Deo repleks menggeplak kepala Rido yang berdiri duduk di sebelahnya. Entah apa penyebabnya hingga Deo mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk parkiran, di sana ada gadis berjaket kain yang ia ikat di pinggang itu memasuki area itu dengan motor KLX 250 nya.

Keempat cowok itu tidak bisa memalingkan pandangannya kala gadis melewati mereka hingga gadis itu turun dari motor dan pergi setelah mencabut kunci motornya.

"Brisik bangsat!"

Cowok dengan tangan memegang susu steril dalam kaleng itu berdecak kesal dan turun dari motor yang ia duduki sedari tadi. Sepagi ini keempat cowok itu sudah berada di sekolah dengan pasukan lengkap, tumben sekali.

"Cewek tadi anak kelas mana yah?"

Deo berjalan di depan dengan di sebelahnya Dery, ketiga cowok yang mendengar pertanyaan Deo mengedikkan bahunya cuek.

"Kayaknya anak baru," ucap Dery dan Deo mengangguk sekenanya.

Sementara Deo dan Dery berjalan di depan. Kedua mahluk seperti Rido dan Toha berjalan di belakang. Toha atau Toni Haris. Dasar manusia laknat, nama bagus seperti itu di pleseti. Toni sih tidak apa, yang penting teman-temannya senang. Tapi bapaknya itu loh, yang sering marah karna nama anaknya di ganti-ganti.

"Rambut gak bakal di gunting, De?"

Deo mengedikkan bahunya cuek, rambut panjangnya yang terlihat hitam legam itu, rambut yang kini ia kuncir asal dan ia pasrah saja. Paling mendapat kucuran gratis dari guru.

Libur semester yang cowok itu habiskan memanglah sangat asik. Selain menyehatkan tubuhnya juga menuntaskan hobinya bermain di alam.

Ia merasa tidak asing dengan gadis yang baru saja datang itu.

Seperti pernah melihat tapi dimana?

______

Tbc?


ARDEO MAHENDRAWhere stories live. Discover now