D u a P u l u h

9.2K 1K 58
                                    

Gad berdiri menatap kepergian kedua pasangan itu dengan sorot mata yang tidak terdeskripsikan. Sementara dua orang yang sudah meninggalkan pemakaman sempat terdiam beberapa menit. Deo masih bingung dengan situasi ini, sementara Jeje masih mengkhawatirkan jika Gad melakukan sesuatu.

"Je," panggil Deo.

"Iya," sautnya kemudian.

"Nggak kenapa-napa kan?" Tanya Deo memastikan dan Jeje menggelengkan kepalanya.

"Bagus deh, jangan sedih ya," peringat Deo dan Jeje hanya tersenyum kecil.

"Deo, gue mau bilang sesuatu."

"Apa?"

"Gue sayang sama elo," ungkap Jeje dan Deo tersenyum lembut lalu menganggukan kepalanya.

"Nggak cinta?" Tanya Deo dan Jeje menepuk bahunya.

"Nggak tau," bohongnya. Padahal, jauh dari lubuk hatinya ia sangat mencintai Deo. Tanpa alasan.

"Padahal gue cintaaaaaa banget sama...,"

"DEO!"

Brak! Sretttttt

Jeje menutup matanya kala tabrakan yang terjadi antara motor Deo juga mobil box tidak terhindarkan. Bagaimana tidak, mobil itu dengan sengaja mengadu bantengkannya dengan motor Deo.

"Bangsat!" Umpat Jeje dan segera bangkit meski sikut juga pelipisnya tergores.

Namun, sadar akan posisinya yang mendadak jauh dengan Deo, Jeje menyapukan pandangannya meski sempat pandangannya yang mendadak buram. Pusing juga melandanya.

Ternyata, sang pujaan hati terlempar jauh dengan helm yang sudah tidak di kepalanya. Kakinya juga tertindih body motor membuat Jeje menutup mulutnya sembari menahan tangis.

"Hiks...Deo, bangun!" Tangis Jeje meledak saat melihat dengan jelas wajah Deo yang berlumur dengan darah. Namun, belum sempat menyentuh wajah Deo tangannya sudah tertarik ke belakang.

"JESICA! PULANG LO!" Jeje menatap Rinda tajam dengan matanya yang merah. Bisa-bisanya saat seperti ini ia bertemu dengan ibunya.

"JESIC...,"

"GUE GAK PUNYA RUMAH, GUE GAK PUNYA IBU, BELUM PUAS LO BIKIN HIDUP GUE BERANTAKAN?" Teriak Jeje dengan penuh emosional.

Rinda tertawa remeh dan menyuruh dua orang anak buahnya untuk membawa Jeje dengan paksa. Bertemu dengan ibunya adalah masalah.

"Ikut ibu ya sayang, pacar kamu kan udah mati." Ucap Rinda pelan dengan bola mata yang sesekali melirik Deo yang sedari tadi tidak sadarkan diri.

"GUE GAK MAU IKUT SAMA LO, IBU SIALAN!"

Plak!

Jeje terdiam dengan nafasnya yang tidak beraturan, ibunya menamparnya? Itu sudah biasanya, dikurung seminggu dalam gudang tanpa makan pun ia pernah.

Ceritakan pada Jesica bagaimana mendapat kasih sayang seorang ibu yang sesungguhnya.

Entah itu hanya sekedar uang jajan ditambah jika ada les sekolah atau menonton tv sembari memijiti jemari tangan jika sedang mengeluh perihal tugas. Ceritakan!

"Lo lahir dirahim gue Jesica," ujar Rinda tajam.

"Kalo gue lahir di rahim lo, dimana bapak gue? DIMANA?!" Teriak Jeje lagi dan Rinda menampar pipi anaknya hingga pingsan.

Jeje benci dirinya yang begitu lemah. Sedangkan, Deo masih terbaring lemah disana.






_________

Beberapa hari kemudian.

Deo sempat menarik bibirnya tersenyum kala melihat Agla datang dengan senyum hangat yang selalu ia berikan. Mengapa ibunya terlihat begitu cantik dengan balutan dress kemeja berwarna pastel yang membungkus tubuhnya.

"Mamah," panggil Deo dan Agla mengecup pipi juga keningnya.

"Apa kabar?" Tanya Agla dan Deo menggelengkan kepalanya.

"Jeje mana?"

Agla terdiam beberapa menit hingga akhirnya pintu ruangan tempat Deo di rawat terbuka. Menampilkan sosok Rio dengan balutan kerjanya. Wajahnya tampak menggeram, tidak lama setelah melihat Deo sadar dari komanya.

Rindu sekali ia dengan pangeran kecilnya yang tertidur selama sepuluh hari.

"Hai anak Ayah, apa kabar?"

"Apaan sih, jijik." Ungkap Deo dan Rio tertawa pelan sembari membuka jas mahalnya.

"Deo baik dan sekarang laper." Ucapnya lagi dan dengan sigap Agla menyuapinya dengan pelan dan hati-hati.

"Mah, kapan lahiran sih?" Tanya Deo mengusap perut Agla yang semakin hari makin membengkak.

"Dalam waktu dekat, udah gak sabar ya?" Deo menganggukan kepalanya sembari menerima suapan bubur dari Mamahnya.

"Iya lama, Dede cepat keluar dong!" Ujar Deo dan Agla tertawa karenanya. Sementara Rio memalingkan wajahnya sembari berdecak.

"Jeje mana, Yah?" Tanya Deo pada Ayahnya. Rio sempat terdiam beberapa detik sampai akhirnya mengedikkan bahunya tanda tak tau.

"Ayah udah cari dia, kayaknya dia pergi ke luar."

"LN?"

"LK," ujar Rio dan Deo berdecak kesal. Bagaimana bisa ia mempunyai ayah serupa Rio Mahendra.

"Wilayah Jakarta nggak ada Jesica, Deo. Percaya sama Ayah."

"Bohong! Deo cuma berharap sama Ayah, temuin dia," ujar Deo dan Rio hanya bisa terdiam dan tidak bisa menjawab. Ia bisa menuruti segala hal yang Deo ingin, tapi tidak dengan mendatangkan pujaan hati anaknya.

Rio tidak bohong perihal ia tidak bisa menemukan Jeje.

Bahkan, ia mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari sosok perempuan itu. Tapi, sampai sekarang belum ada hasilnya.

"Sembuh dulu, nanti cari sendiri!" Ucap Agla mengusap dahi Deo.

"Mamah," panggil Deo lemah.

"Kenapa?"

"Deo sayang sama Jeje, Deo gak mau sampe dia ngilang."









__________


Hatiku hancur lebur. Mari bersad denganku.

Lanjut tidak? Tidak! Hmm Lemah.

ARDEO MAHENDRAWhere stories live. Discover now