T u j u h

15.1K 1.5K 102
                                    

Deo baru saja keluar dari kamarnya, cowok berseragam putih-abu itu bersiul senang hingga tidak sengaja kakinya terantuk undakan tangga di luar rumah.

"Gak usah tereak bisa gak, De? Astaga!" Deo berdecak mendengar suara ayahnya. Rio baru saja keluar dari rumah, menenteng kunci mobilnya dan bersiap pergi ke kantor.

"Papa mau kemana dulu bawa bunga?"

"Ke pemakaman,"

"Papa berangkat, kamu cepet berangkat sekolah sana!" Ucap Rio lagi.

"Iya pah, bawel amat jadi bapak." Rio mengacak rambut panjang anak sulungnya itu mencium pipi Deo, anak itu berdecak jijik dan mengusap pipinya yang sedikit basah.

"Papa berangkat yah!" Deo menganggukkan kepalanya dan berbalik arah. Memasuki rumahnya dan berteriak memanggil mamanya yang ternyata habis mandi itu.

"MAMAH, MANDINYA UDAH NCAN?!" Berteman lama dengan Dery ternyata berpengaruh dengan gaya bahasa Deo, cowok itu berteriak hingga Agla berjalan cepat menghampiri anaknya itu.

"Apa?"

"Papa kamu udah berangkat?" Lanjut Agla.

"Udah, barusan. Mama mandinya lama si,"

"Masih punya uang jajan?"

"Masih ma," jawab Deo dan mengambil sneakers convers hitamnya. Agla turut mengikuti langkah Deo yang berjalan keluar rumah, cowok itu mengeluarkan motor matic beat merahnya.

"Motor dua kamu itu kenapa, De?"

"Ada mah, bosen aja."

"Papa ke pemakaman siapa betewe?" Lanjut Deo yang sudah duduk di motor beatnya. Mengikat rambut panjangnya ke atas dan menalikan sepatunya.

"Mama Amel, lagi ultah. Nenek kamu lah."

"Yaudah deh, Deo berangkat. Dah mah!" Agla tersenyum saat Deo pergi dengan motornya.

Sementara Deo asik bersiul di atas motornya, jarang sekali ia membawa motor matic ke sekolah. Cowok itu mengambil ponselnya saat merasa getaran menandakan dering telepon.

"Apaan bangsat?"

"Jemput gue di sajaKKopi," Deo mendengus kesal mendengar ucapan Rido di sebrang sana.

Sedang apa cowok itu di cafe mamanya?

"Ngapain lo di cafè nyokap gue nyet?!"

"Nyepik, ada barista baru cakep ngab." Deo menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Rido. Cowok tanpa helm itu pun menggas motornya menuju SajaKKopi.

Waktu terus berlalu, kehamilan Agla yang semakin besar juga Deo masih mengharapkan gadis bernama Jesica Dian. Sampai sekarang.

Deo melemparlan kunci motornya ke arah Rido yang masih duduk di salah satu kursi dekat jendela. Berdecak kesal karna kunci motor itu mengenai hidungnya dan menatap Deo yang berjalan santai ke arah dapur sana.

Anak pemilik cafe mah bebas.

"Mbak, mau waffle satu!" Cowok rambut yang diikat itu terkekeh kecil melihat chef cantik yang sudah bekerja sejak cafe ini buka.

"Tanpa gula?" Deo menganggukkan kepalanya dan berdiri di sana, melihat kelihaian sang chef berusia kepala tiga itu memasak.

"Haturnuhun," ucap Deo menerima waffle yang masih mengepulkan asap itu. Cowok itu berlalu dari sana, seperti biasa ia di sambut hangat karyawan yang kebanyakan seumuran dengannya.

Deo membalas sapaan mereka dengan senyuman kecil, hingga cowok itu duduk di hadapan Rido yang tengah meneguk kopi hitamnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Deo membalas sapaan mereka dengan senyuman kecil, hingga cowok itu duduk di hadapan Rido yang tengah meneguk kopi hitamnya.

"Yuk lah berangkat!"

"Gue baru duduk bego!" Ujar Deo kesal melihat Rido bangkit dari duduknya, menyampingkan tasnya ke bahu sebelah kanan.

"Gue yang nyetir, ayo lah." Deo berdecak dan mengikuti langkah cowok yang baru saja memotong rambutnya itu. Rido menatap motor cowok gondrong itu, tidak biasanya membawa motor matic yang tidak pantas untuk kaki jenjang yang Deo miliki.

Rido juga sih, sama-sama tinggi hingga sedikit aneh jika mereka berdua menyetir motor matic yang rendah itu.

Deo yang sudah duduk di boncengan Rido sesekali memakan waffle-nya dengan tenang, hingga kedua orang yang berada di atas motor beat merah itu di hadang seseorang.

"Ngapain lo di pinggir jalan, mau jadi gigolo?"

"Itu mulut pengen gue tarik pake beko," Dery berdecak saat mendengar ucapan Deo yang memang tidak pernah di saring. Dery yang tadi berdiri di pinggir jalan sembari melihat ponselnya menyibukkan dirinya sendiri itu melangkah mendekat.

"Majuan, De!"

"Eh anjir, mau numpang?" Tanya Rido yang duduknya kini memepet sekali ke depan, Dery yang terkekeh tanpa dosa itu akhirnya duduk di belakang Deo.

"Berasa jablay," gumam Deo dan memakan waffle suapan terakhirnya. Cowok yang duduk di tengah itu memeluk Rido asal membuat cowok itu risih dan menggerakan pinggangnya geli.

"Gue turunin di sini lo ya, De!"

"Dih lo yang numpang ke gue," mendapat jawaban seperti itu akhirnya Rido mengalah. Hingga ketiga orang yang berada di atas motor yang sama itu akhirnya sampai di parkiran sekolah.

"Namanya nak muda, maunya seneng-seneng tapi mau yang murah---"

Toha terbahak melihat ketiga temannya yang duduk memepet itu. Mau bagaimana lagi, Dery yang malas mengeluarkan motor dan berakhir di antar ojek ke cafe juga Dery yang motor Ninjanya sedang sakit.

"Mati lo nyet!" Dery mengacungkan jari tengahnya melihat Toha mengarahkan kamera ke arah mereka bertiga, sementara Deo dan Rido yang memang biasa saja dengan senang hati tersenyum genit dan memeletkan lidahnya ke arah Toha.

"Malah narsis, turunin gue jing!" Dery menepuk kepala kedua temannya itu dengan foto kopian yang sedari tadi ia pegang. Turun dari motor matic Deo dan mengindari kamera ponsel Toha yang mengarah padanya.

"Minta di turunin dah nyampe parkiran, dasar temen gebleg!" Ujar Rido dan mendapat lemparan kertas bekas waffle dari Deo.

"Kasian amat temanku ternistakan," ucap Toha dan menepuk bahu Dery. Cowok yang memakai kemeja flanel panjang itu menepuk kepala Toha dengan kertas foto kopian.

"Lo juga sat!"

"Coba liat video tadi," ujar Deo mengadahkan tangannya, meminta ponsel berlogo merk ponsel terkenal. Toha memberikannya, Rido yang masih duduk di motor beat itu dengan Deo melirik ponsel Toha itu.

"Ganteng juga gue," ujar Deo dan mendapat balasan berupa akting muntah dari ketiga temannya.

Sementara Dery pasrah saja melihat wajah tampannya tersebar di situs yang terkenal di kalangan berbagai usia itu. Toha yang menyapukkan pandangannya memicingkan mata saat ada gadis yang berjalan sendirian.

"De, Jeje tuh!"

Deo yang mendengar ucapan Toha itu melirik gadis  yang baru saja lewat itu.

"Biarin," ucap Deo kemudian.

Deo sepertinya hampir menyerah, Jeje sama sekali tidak meliriknya. Bahkan, jika berpapasan dimana pun gadis itu hanya akan cuek bebek. Chatnya tidak dibalas, teleponnya tidak diangkat berakhir dengan ia kena blokir gadis itu.

______

Tadinya emang mau fokus ke Rian dulu, tapi mendadak mood banget jadi update Deo deh.

Hehe, aku juga berasa jomplang banget jadi aku mengubah alur waktu di part ini. Jadi Deo masih SMA yah.

Thanks banget sama kakak yang udah ngasih tau hehe.

ARDEO MAHENDRAWhere stories live. Discover now