T i g a T i g a

6.7K 760 11
                                    

Udah siap?

Tahan nafas ya jomblo! Ahaha sama.

Happy Reading!

_____

"Deo malu banget tau," ujar Jeje berusaha menyembunyikan wajahnya agar tidak terlihat, ternyata Deo membawanya ke UKS, ah ruangan ini lagi. Deo mendudukkan Jeje di atas ranjang brangkar dan memijit kaki Jeje pelan dan dengan hati-hati.

"Masih sakit?"

"Udah nggak," jawab Jeje cuek lagi, kakinya bertumpu di paha Deo, cowok itu memeriksa pergelangan kaki Jeje lagi.

"Beneran?"

"Iya," jawab Jeje singkat, Deo menaruh pelan kaki Jeje yang semula bertumpu di pahanya ke brangkar bersprei putih itu, Deo duduk mendekat dan menangkup sebelah pipi Jeje dengan lembut.

"Kenapa lagi? Judes banget!"

"Lagian aku bilang malu banget kamu diem aja, itu apa kalo bukan nyuekin?!"

"Ya ampun, itu doang?" Jeje mengangguk samar dan Deo terkekeh geli.

"Udah awas ah!" Jeje mendorong dada Deo dan mengambil sepatunya dengan susah payah. Deo menyelipkan rambut Jeje yang sekarang ini sering sekali di gerai, menyelipkannya ke belakang telinga.

"Mau kemana?" Tanya Deo lagi. Jeje berusaha berdiri meski kakinya masih terasa sakit jika di gerakan, tapi ia tidak selebay itu untuk mengakui jika susah untuk berjalan.

"Nyari Danial," ujar Jeje dan Deo menggenggam tangan Jeje dan memeluk pinggang Jeje lalu menariknya secara bersamaan. Jeje terjatuh dipangkuan Deo.

Tidak, maksudnya duduk diantara kedua pahanya.

"Nanti ada yang liat," ujar Jeje menyingkirkan tangan Deo yang melilit pinggangnya, jelas saja ia tidak mau kejadian saat di atap sekolah terjadi lagi dan berakhir di ruangan BK.

"Aku kangen," ujar Deo dan mencium bahu juga pipi Jeje, meremas jari-jari Jeje dengan gemas.

"Kamu kangen aku nggak?" Tanya Deo dan Jeje menoleh, Deo mencuri kecupan di bibirnya.

"Kangen sih," jawab Jeje, Deo menyingkirkan rambut Jeje ke satu sisi, menempelkan pipinya ke pipi Jeje dan menikmati sentuhan yang ia buat sendiri.

"Hidung kamu udah gak kenapa-kenapa?" Tanya Deo mengusap dan memencet hidung Jeje dengan gemas, Jeje menggelengkan kepalanya dan menepuk sebelah pipi Deo.

"Gak apa."

"Kamu insomnia kronis sampe gak tidur tiga hari. Kamu stres kenapa sih?" Tanya Deo lagi dan memeluk Jeje dengan erat, kaki perempuan itu menggantung bebas di bawah brangkar karena kakinya memang tidak sepanjang Deo. Jeje menyandarkan punggungnya di dada lebar Deo, bersantai.

"Kalo aku bilang susah lupain kamu, percaya gak?" Deo melepaskan kedua tangannya dari pinggang Jeje, menopang berat bedannya dengan menaruh tangannya ke belakang. Jeje sampai harus menyerong menatap wajah Deo yang duduk di belakangnya.

"Gak percaya juga gak papa sih," ujar Jeje lagi dan hendak berdiri, namun tangan Deo lebih gesit menariknya kembali membuat Jeje terlihat seperti menindih Deo, ya walaupun Deo tidak sepenuhnya tertidur di brangkar.

ARDEO MAHENDRAWhere stories live. Discover now