L i m a B e l a s

9K 1.2K 202
                                    

Minta vote sama komennya boleh? Aku nulis ini berjam-jam loh!

Deo menatap Jeje dalam, tersenyum kecil dan mencium bibir Jeje kembali. Perlahan, lembut dan penuh hati-hati. Gadis itu tidak tau apa yang ada di pikiran Deo sampai pemuda di depannya ini mencium bibirnya lagi.

"Lo tetep masih gadis dimata gue."

"Iya," saut Jeje setelah Deo melepaskan ciumannya. Kenapa ia cepat terbuai dengan perlakuan pria yang ada dihadapannya ini.

"Siapa?"

Jeje tau pertanyaan Deo merujuk kemana, sepertinya ia juga harus menceritakan kisah lalunya, Deo tampak mengusap punggung tangan Jeje menenangkan gad...cewek manis di depannya.

"Gad. Gad Samuel namanya, pacar gue dulu." jawab Jeje pelan. Ia malu.

Jeje malu jika harus menceritakan bagaimana ia melepaskan keperawanannya dengan pria tidak bertanggung jawab seperti Gad, pria yang sudah membuatnya hancur. Jeje tidak bisa menyalahkan pria itu sepenuhnya. Dirinya saja yang bodoh merelakan tubuhnya atas dasar nama cinta.

"Keren banget namanya," ujar Deo santai dan Jeje berdecak sembari menampar pahanya.

"Deo, gue udah lancang suka sama lo."

"Setelah rasa penasaran lo hilang, gue takut lo ngejauh."

Deo terdiam beberapa detik dan turun dari motornya. Mengadahkan sebelah tangan pada Jeje agar cewek itu menggapainya. Tanpa diperintah, Jeje menautkan jemarinya dan turun dari motor.

"Nggak ada yang perlu dikhawatirin. Gue kaget, tapi buat menjauh dari elo, gue gak bisa."

Keduanya berjalan menyusuri bibir pantai padahal senja sebentar lagi usai. Jeje tidak tau apakah Deo memang serius atau hanya bualan semata, yang jelas ia merasa dihargai, ia merasa hidup kembali.

"Jesica Dian, lo hebat udah lewatin semuanya sendiri."

"Gue hampir bunuh diri, Deo. Gue gak setegar itu," ungkap Jeje.

Keduanya diam bersamaan, hening dan hanya deburan ombak yang menyelimuti mereka. Deo tidak tau dan ada apa dengan dirinya. Ia tidak bisa membenci Jeje hanya karena satu hal yang baru saja cewek itu ungkap.

Deo melepaskan tautan tangannya dan berbalik menatap Jeje. Sayup senja mulai usai dan hal itu tidak membuat wajah menawan Deo ikut redup.

"Terus si Gad dimana?"

"Kok kayak ambigu sih, jadi sikat haha." Tawa Jeje.

"Aku nanya serius," gemas Deo.

"Gak tau, gak kepo juga sama urusan orang." Jawab Jeje dengan nada ketus. Sebenarnya ia tidak mau menceritakan ini, tapi sepertinya ia juga harus menceritakannya pada Deo.

Jeje tidak tau sejak kapan dinding benteng pertahanannya menolak pesona seorang Deo runtuh, yang jelas Jeje selalu terpesona saat Deo mengendarai motor tingginya.

Siapa coba yang bisa menolak pesona anak bapak Rio?

Bukan hanya itu, Jeje juga tidak pernah melihat Deo membonceng gadis. Atau, Jeje saja yang kegeeran dan merasa Deo memperlakukannya secara spesial.

Seperti diam-diam membelikan makan dan minum jika sudah istirahat. Mengantarkan camilan ke kelasnya karena ia jarang sekali ke kantin.

"Lebih ganteng mana gue sama Gad?"

"Gad gantengnya banget, kalo elo kan agak bego dikit." Jawab Jeje jujur.

Benar, kalau Gad Samuel ganteng dan muka cenderung garang. Tapi, jika dibandingkan dengan Ardeo Mahendra tetap saja pesona laki-laki mana pun akan kalah dengan bibit Rio satu ini.

"Itu mulut, lemes banget."

"Deo, gue lagi gak mau ngomongin dia."

Deo mengangguk paham dan merangkul bahu Jeje agar berjalan disampingnya. Membawa cewek disampingnya bersentuhan dengan air laut, berakhir dengan duduk dipasir lembut menikmati dinginnya malam.

"Cerita tentang masa lalu emang gak ada enaknya. Tapi, gue pengen tau seberapa sakitnya lo dulu, Je."

"Buat apa?" Tanya Jeje yang menumpukkan dagunya di lutut Deo yang menekuk. Sementara pria itu mengusap rambut Jeje lembut.

"Biar gue bales dengan kebahagiaan yang gak ada habisnya buat elo Jeje," gemas Deo dan mencubit sebelah pipi Jeje.

"Deo, makasi ya. Tapi, lo gak harus kayak gini."

"Kayak gini gimana maksud lo? Jangan ngomong aneh-aneh, gue gak bakal ngejauh. Gue juga gak bisa," tegas Deo membuat Jeje yang sedari tadi diam menganggukkan kepalanya manut.

"Tapi lo kan bisa dapetin cewek yang...,"

Cup.

Jeje terdiam kaku kala pemuda dihadapannya mengecup bibirnya singkat. Cepat, dan tidak terasa.

"Jangan ngomong lagi, oke?"

"Deo...plisss jangan baik kayak gini, gue cewek kotor!"

"Dibilangin jangan ngomong yang aneh-aneh," ujar Deo menyipitkan matanya. Jeje yang ada didepannya melipat bibirnya ke dalam dan menghembuskan nafasnya pasrah, matanya pun merah menahan tangis.

"Jadi kita jadian ya, Je?"

"Deo," sangkal Jeje tidak terima.

"Apa? Kita udah ciuman ya, masa gak official."

Lama sekali Jeje terdiam dan tidak lagi menanggapi ucapan Deo. Sementara pemuda itu, sudah berpindah posisi duduk menjadi dibelakang Jeje. Mengukung gadisnya diantara kedua pahanya.

Gadisnya? Biarkan Deo menyebut Jeje seperti itu.

"Deo," panggil Jeje.

"Hm?"

"Ih bangsat! Kok duduknya gini sih?!" Sentak Jeje kala menyadari Deo tepat berada dibelakangnya. Tidak menempel, hanya saja tidak nyaman jika ada orang yang lihat.

"Udah sih, diem!" Ujar Deo dan merangkul leher Jeje agar menyender di dadanya.

Bayangkan saja, cewek itu hanya menggunakan tanktop.

"Gue mau nunjukin sesuatu," ujar Jeje membuat Deo mengerutkan keningnya tidak paham. Apalagi saat cewek yang tengah menyender didadanya mengangkat tanktop hitamnya ke atas sedikit.

"Apa?" Tanya Deo masih tidak mengerti. Sesaat, pemuda yang masih enggan memotong rambutnya ini terkesiap saat luka bekas jahitan diperut Jeje terlihat begitu jelas.

"Je, lo serius?" Tanya Deo lagi sembari mengusap bekas jahitan caesar di perut Jeje. Bukannya sedih, kenapa Deo terlihat begitu binar?

"Anak Gad," ujar Jeje dan Deo menggelengkan kepalanya tidak terima.

"Sekarang anak gue," ucap Deo dan mengecup bibir Jeje lagi. Kemudian, mengecup dahi Jeje dengan lembut. Sementara Jeje sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Ajak gue ketemu sama dia."










Kayaknya part ini boring.

📌Wajib isi!

•Tim sad or happy ending?
•Seneng kan lo ada kiss-kissnya?

Mau ngeluh dikit boleh gak?

Bolak-balik Jakut-Jakpus, cape tau. Mana jomblo, liatnya yang uwu-uwu mulu dijalan.

Liat cowok bawa KLX, pengen banget dibonceng.

Banyak jajanan, and dompet gak mendukung.

See you, besok mau update lagi gak?

ARDEO MAHENDRAWhere stories live. Discover now