T i g a E m p a t

6.9K 809 52
                                    

Kalo lanjut sampe kuliah sama nikah, kayaknya harus ada Ardeo 2

Emang ada yang mau stay?

____

"Spidolnya buat aku deh satu," Jeje merenggut saat Deo sengaja menahan satu spidol yang ia beli di koperasi saat baru saja datang ke sekolah, dan dengan tidak tau malunya Deo memintanya.

"Ceban," tawar Jeje.

"Mahal banget, biasanya goceng."

"Gak pernah beli spidol ya? Tahun berapa spidol gede gini harganya goceng?!" Deo terkekeh saat Jeje mengomel, karena tidak mau spidolnya berpindah tangan padanya.

"Sebagai gantinya ini aja," Jeje membuka tutup spidol bertinta hitam dan menuliskan namanya di seragam Deo, cowok di hadapannya itu tersenyum saat melihat tulisan tangan Jeje di seragamnya dan orang pertama yang mengotori baju sekolahnya ini.

Jesica Dian terpampang nyata disana.

Setelah di umumkannya semua siswa lulus, semua orang disana sudah asik menabur warna warni dari pilok bahkan colour yang di serburkan ke atas, namun dua sejoli itu belumlah ikut bergabung lantaran sibuk memperebutkan spidol yang Jeje punya.

"Kan ada satu lagi, Je."

"Giliran kamu," Jeje menyerahkan spidol yang ia pegang, Deo mengambilnya dan harus menuliskan namanya di sebelah mana, Jeje menunjuk bahu dengan telunjuknya dan Deo mengangguk.

"Di tete?"

Plak!

Jeje menampar pipi Deo secara refleks, bukannya marah Deo terkekeh santai dan mencoretkan namanya di seragam putih milik Jeje, setelahnya Jeje mengambil cepat spidol tinta hitam di tangan Deo dan hendak pergi meninggalkannya.

"Mau kemana?"

"Gabung sama temen kelas, kamu juga kan?" Deo mengangguk dan Jeje melangkah pergi darinya, namun Deo justru menyusul langkah Jeje dan menghalangi jalannya, cewek dengan rambut sebahu ini mengerut heran sampai Deo memeluknya erat seakan tidak ada hari esok, Jeje membalas pelukannya.

"Konvoy sama aku kan?" Tanya Deo memastikan, Jeje menggelengkan kepalanya. Ia membawa motor, lagi pula Jeje sudah ada teman yang ikut nebeng dengannya.

"Aku bawa motor," jawab Jeje dan lagi-lagi Deo mengangguk mengiyakan.

"Yaudah hati-hati," ujar Deo dan Jeje tersenyum kecil.

Jeje menjauhinya dan bergabung dengan teman sekelasnya, begitu pula dengannya yang langsung di serbu teman-teman karena seragamnya belum kotor dengan warna-warna pilok, tanda tangan sana sini lalu beberapa ikut berswafoto.

Deo, Rido, Dery dan Toha. Saling merangkul dan tersenyum ke arah kamera, disana bendahara kelas bernama Widia memotret mereka dengan ponsel Deo, beberapa kali mengambil gambar dan mengembalikan lagi ke pemiliknya.

"Kapan lagi punya bendahara kelas bawel," ujar Deo mengambil ponselnya, memasukkannya kembali ke saku celana. Widia menampar bahu Koko Deo membuat keempatnya tertawa.

"De, sukses ya. Walaupun katanya masih ragu sama jalan yang Lo ambil, kita-kita cuma bisa dukung Lo dari belakang," Deo menonjok dada Dery dan menyugar rambutnya, tersenyum penuh makna.

ARDEO MAHENDRAWhere stories live. Discover now