E m p a t

16.5K 1.7K 63
                                    

"Bapak!"

"Gak usah teriak bisa gak sih de?" Rio mendudukkan dirinya di sofa, menyambar kantung plastik berisi kinderjoy juga coklat silverqueen dari tangan Deo.

Sebenarnya Deo kesal karna bapaknya itu menyuruhnya untuk membeli camilan coklat secara tiba-tiba dan menyuruhnya segera pulang.

Kesal karna Jeje lagi-lagi menolaknya juga kesal pada Rio yang seenaknya. Siang di hari minggu seperti ini ia sudah terdampar di rumah kedua orang tuanya.

"Daddy di panggil gak nyaut-nyaut,"

"Tadi Bapak sekarang Daddy, anak siapa sih kamu?"

"Ayah aja gak tau apalagi Deo,"

Deo tersenyum saat melihat Agla baru saja keluar dari dapur sembari membawa piring sate juga gelas bening entah berisi apa. Wanita itu mendudukkan dirinya di karpet bulu ruang tengah.

"Sate dari mana mom?"

"Beli di depan,"

"Enak mah? Mau!" Rio yang membuka kemasan coklatnya melirik Deo yang memperhatikan piring berisi sate ayam dengan sambel kacang itu.

"Alergi inget!" Deo memberenggut kala ia baru menyadari hal itu. Alergi kacang membuat dirinya harus pantang untuk tidak memakan makanan yang terbuat dari kacang tanah itu. Seperti sate, ketoprak, dan masih banyak lagi.

Agla yang melihat anaknya itu mengacak rambut Deo pelan dan tersenyum kecil.

"Udah makan belum?" Deo menggelengkan kepalanya, bersandar di bahu Agla dengan nyaman.

"Kentang kukus ada mah?"

"Ada, udah ke dapur sana!" Deo bangkit dari sana dan berjalan menuju dapur.

Sementara Rio yang duduk bersila dan menikmati kinderjoy nya tampak cuek dengan keberadaan Agla yang duduk di karpet bulu itu.

"Sayang,"

"Kenapa mas?" Wanita itu menoleh menatap Rio. Namun yang di dapat pria itu tidak lagi membuka suaranya.

"Gak, manggil doang."

"Sialan!"

"Apa yang sialan mah?" Deo datang dengan rambut yang sudah ia cepol itu. Membawa piring berisi kentang kukus juga telur dadar sosis.

Duduk di dekat Agla kembali dan menikmati makanannya.

"Rambut gak kena potong guru de?"

"Nggak, cuma hampir doang." Deo menjawab dan sesekali menyuapkan makanannya.

"Gimana sekolahnya?" Tanya Agla selanjutnya. Wanita itu sesekali mengusap bahu juga pipi anaknya itu.

"Gitu-gitu aja, bosenin." Deo sepertinya tidak tertarik dengan obrolan ini. Apalagi siklus hidupnya yang memang begitu-begitu saja alias datar.

"Mesantren aja kali ya,"

"Ngaco kamu de!" Deo terkekeh pelan mendengar dengusan yang baru saja keluar dari mulut Ayahnya itu.

"Jamu apa itu mah?" Deo melirik Agla yang tengah meminum segelas jamu yang ia bawa dalam gelas bening itu, menaruh sebagian jamu itu yang belum ia habiskan itu.

"Kunyit asem, mau?"

"Cowok boleh minum?" Agla mengangguk mengiyakan. Polos sekali anaknya itu, ia jadi gemas sendiri.

"Jamu datang bulan Deo," saut Rio. Deo menoleh lagi pada Rio dan memperhatikan gelas berisi jamu itu.

"Mamah lagi datang bulan?"

"Mana ada cewek hamil datang bulan," ucap Rio lagi.

"Mama hamil?" Agla mengangguk pelan, sedikit ragu dengan tanggapan Deo selanjutnya.

"Yah mah, Deo udah mau lulus sekolah. Udah betah jadi anak tunggal kenapa hamil lagi sih?!"

Deo berdecak dan membenturkan kepalanya ke meja. Melirik gelas jamu itu dan meminumnya tanpa sadar.

"Jangan gitu de! Adek kamu loh ini," Deo mengangguk sekenanya. Mencecap bibirnya berkali-kali karna rasa asing yang baru saja memasuki rongga tenggorokannya.

"Rasanya aneh tapi enak! Asem-asem gitu,"

Deo meneguk kembali jamu bernama kunyit asam itu. Sejenak melupakan pasal calon adiknya itu, ia bahkan tidak bisa membayangkan berapa tahun jarak mereka nanti.

"Lah malah doyan," ujar Rio.

"Semoga cewek deh," ujar Deo seraya mengusap perut Agla yang masih rata itu. Wanita itu tersenyum lega karna Deo tidak menolak jabang bayinya itu.

"Kenapa cewek?" Tanya Agla.

"Sesuai harapan mama dong, biar di kasih nama Rinjani." Agla terkekeh mendengarnya dan mengacak rambut panjang Deo. Cepolan rambut anaknya itu bahkan sudah acak-acakkan.

"Dad," panggil Deo.

Rio yang baru saja datang dari dapur seraya membawa kaleng susu itu duduk dekat Deo, berakhir dengan pemuda remaja itu berada di posisi tengah.

Di apit kedua orang tuanya.

"Ini kapan bikinnya?" Tanya Deo sambil mengusap kembali perut Agla yang hanya berbalut kaos putih itu.

"Kepo kamu!" Damprat Rio membuat Deo terkekeh keras.

Sementara Agla yang sedari tadi memainkan rambut Deo hanya tersenyum kecil. Melihat interaksi anak dan suaminya yang terkesan ke kanakkan itu.

Sampai Rio yang kembali beranjak ke kamar dan tidur siang. Sementara Deo yang memilih rebahan di sofa. Agla membawa piring bekas itu ke dapur dan kembali ke ruang tengah seraya membawakan jus Alpukat untuk Deo.

"Nginep di rumah aja yah!" Ucap Agla dan duduk di sofa yang di tiduri anaknya itu. Deo yang merasakan pergerakan Agla segera menumpukkan kepalanya di paha mamanya itu.

"Males ah, Papa jail. Suka ngeledekkin!"

"Ngeledekkin gimana?" Tanya Agla yang mencubit kecil-kecil pipi Deo yang sepertinya semakin tembem itu.

"Cie tidurnya masih sendiri, cie cuma bisa meluk guling. Begitu," ujar Deo dan Agla tertawa. Anaknya itu memang pandai sekali menirukan gaya bicara Rio yang terkesan datar namun menjengkelkan itu.

"Terus habis ini mau kemana?"

"Mau ke loundry emaknya Rido mom, mau nyepik. Ada cewek di sana!"

"Cewek siapa?" Tanya Agla yang sekarang menekan-nekan pipi Deo dengan telunjuknya.

"Anak baru di sekolah, manis pokoknya."

"Oh iya mah---" ucap Deo lagi dan mendudukkan dirinya di sofa. Sementara wanita di depannya itu masih menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut anak tunggalnya yang tidak jadi itu.

"Kenapa de?"

Agla menunggu ucapan yang masih Deo tahan itu, tersenyum genit yang jelas di buat-buat itu dan Deo mulai berucap merengek.

"Pengen motor KLX 250 mah,"

"Ya mah yah pliss---"



_____

Tata sama mas Iyo muncul tuh. Hayo mau bilang apa? Kangen dong ya! Aku juga kangen sama mereka wkwk.

Si Deo Alergi kacang, aku alergi fuck boy haha.

ARDEO MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang