T i g a D u a

6.8K 802 46
                                    

"Emang pas pacaran sama Deo gak sayang-sayangan?!" Deo dan ketiga temannya menoleh saat sang wakil ketua OSIS yang bernama Danial itu menyebutkan namanya, Jeje juga ada disana dan mengumpat keras.

"DANIAL BANGSAT!" Deo terkekeh mendengarnya, apa Danial tidak kena mental saat Jeje mengumpat. Waketos kok tidak ada harga dirinya, astaga.

"Der, mau!" Deo mengalihkan pandangannya kembali saat Toha meminta sesuatu pada Dery. Coklat cunky bar yang sempat Dara kasih untuknya, belinya kebanyakan katanya dan dibawa ke sekolah. Padahal Dara sengaja membawanya untuk Dery.

"Minta mulu Lo!" Ejek Deo dan Toha mencebikkan bibirnya, sementara Rido masih asik melihat-lihat sekitar. Seperti ada sesuatu yang Rido cari, tapi apa.

"Nyariin apa sih, Do?" Tanya Deo dan Rido mengedikkan bahunya cuek. Saat asik bercanda satu sama lain, seseorang menghampiri mereka, Deo sama sekali tidak mengenali wajahnya tapi bisa dipastikan dia adik kelas.

"Kenapa, dek?"

"Jangan panggil adek kak!" Deo mengernyit heran, kan ia tidak tau namanya lantas harus panggil apa.

"Lah," ujar Rido heran.

"Meleyot saya," jawab gadis itu lagi dan keempat remaja yang berdiri disana terkekeh geli.

"Terus ada apa?" Tanya Deo ramah dan gadis kecil itu mengeluarkan ponselnya. Meminta nomor kah?

"Minta foto kak!"

"Buat?" Tanya Deo tidak mengerti, seumur-umur ia tidak pernah di minta foto bareng seperti ini.

"Aku ngefans sama kalian, sama kak Deo apalagi! Boleh minta foto ya!" Ujar gadis yang ternyata bernama Dania itu, Toha segera mengusap dadanya bangga dan membersihkan ujung bibir bekas makan cokelat tadi.

"Kita udah mau lulus, kenapa baru bilang!" Ujar Toha dan Dery mengangguk setuju.

"Malu mau bilangnya," jawab Dania dan Rido mengangguk. Deo benar-benar tidak paham, ngefans dari sudut mananya sih? Mereka kan bukan siswa famous apalagi kalangan siswa yang aktif di organisasi.

Nah kan, Deo bahkan tidak sadar jika teman seangkatan mau pun adik kelasnya banyak yang suka padanya, bukan lagi tampan Deo juga rendah hati. Otaknya juga cerdas, siapa coba yang tidak suka.

"Yaudah ayo foto! Gue udah ganteng, udah cocok jadi crush adek kelas," ujar Toha lagi dan Dery akting muntah, sementara Deo dan Rido tampak bingung.

Begini jika nasib tidak pernah jadi mayoritas. Jadi pusat perhatian saja Deo jarang, dibawa ke ruang BK apalagi. Terakhir masuk ke sana karena kasus ciuman bersama Jeje di atap gedung sekolah, ia jadi malu. Apalagi ayahnya sering meledek ia tidak pernah terlibat tawuran, padahal ia laki-laki tulen kok.

"Beneran boleh foto nih?" Tanya Dania menyakinkan dan ketiga dari empat orang itu mengangguk.

"GUYS AYO BOLEH, CEPETAN ANJIR!" Ternyata kaget Deo tidak sampai disitu, kenapa jadi ramai seperti ini.

Gerombolan adik-adik kelasnya menyerbu lapangan sembari berteriak kegirangan, ternyata Dania jadi tumbal teman-temannya untuk meminta izin agar bisa berfoto dengan keempat kawanan itu, Rido menoleh pada Deo, begitu pun sebaliknya.

"Kenapa jadi gini sih?" Tanya Deo dan Rido mengangkat bahunya tidak paham.

Deo diseret ke lapangan hingga posisinya di tengah, keributan itu berlanjut saat semua orang ingin foto berdekatan dengan Deo, tapi sayang posisinya sudah di sisi Dania, sementara sisi kiri Deo sudah ada Rido. Deo tidak ingin Rido jauh darinya, titik.

Biarkan Dery dan Toha jadi pengendali kali ini.

"BOOMERANG DONG BOOMERANG!" teriak salah satu dari mereka, Deo tidak peduli siapa namanya yang jelas suaranya keras sekali membuat temannya yang lain menepuk bahunya.

ARDEO MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang