E n a m B e l a s

8.8K 1.1K 72
                                    

21+








Seminggu sudah sejak liburan dan skorsing yang Deo terima dari pihak sekolah sudah berlalu. Tapi, Deo tidak kembali ke rumahnya. Pemuda itu tiba-tiba mengasingkan diri di Apartemen dan menambah bolos sekolah. Menghabiskan waktu sendirinya dengan mengurung diri disana.

Ia juga belum bertemu Jeje kembali setelah menghabiskan waktu dengan cewek itu dan berakhir di pantai. Menceritakan masa lalu ceweknya dan berakhir Deo mengajaknya berpacaran.

Terhitung sudah 14 hari ia belum bertemu dengan Jeje. Bahkan, kedua orang tuanya. Sampai-sampai Ayahnya menelpon pun, Deo biarkan.

Hari ini, Deo memutuskan untuk keluar dari kandangnya. Jangan lupa, Deo juga sudah memotong rambut panjangnya. Entah apa yang ada di pikiran cowok itu hingga memotong rambutnya.

Deo seperti mempunyai hidup baru.

Entah kenapa juga hari ini Dei membawa mobil ibunya. Pinjam katanya, sedang malas ia bawa motor. Rubicon putih yang hebatnya dikendarai remaja SMA.

Dengan santai, Deo memasuki kawasan sekolah. Melewati lorong dengan cuek, padahal beberapa gadis menatapnya dengan jelas. Namun, Deo tidak menggubris hal itu. Ia tetap berjalan dan menuju kantin.

Disana ada Ridho, Dery, juga Toha.

"Dua minggu loh. Kemana aja, De?" Tanya Ridho. Sementara Deo menjatuhkan kepalanya di meja kantin.

"Lah, ngapa nih bocah." Heran Toha.

"Kalian liat Jeje gak?" Tanya Deo kemudian dan membuka ponselnya.

"Nggak tuh, dia kan jarang ke kantin." Jawab Dery.

Deo menganggukkan kepalanya paham. Seolah baru menyadari ketiga temannya dibuat melongo dengan rambut Deo yang berubah.

"Sejak kapan bre?" Tanya Dery.

"Kemaren sor...," jawaban Deo menggantung saat ia melihat ke pintu kantin. Disana ada Jeje yang memutar arah kala melihat dirinya duduk dikantin.

Deo menitipkan tasnya pada ketiga temannya dan mengejar Jeje. Ia tidak tau apa yang ada dipikiran cewek itu sesaat setelah melihat dirinya duduk dikantin. Tatapnya beda, Deo tidak tau Jeje kenapa.

"Je...,"

"Jeje," panggil Deo untuk yang kedua kalinya. Pemuda itu menarik tangan Jeje sampai akhirnya langkah cewek itu pun terhenti.

Plak!

Butuh beberapa detik untuk Deo mencerna apa yang terjadi barusan. Jeje menamparnya, meski perih menjalar di pipi sebelah kirinya. Deo tersenyum lembut menatap gadisnya.

"Kenapa?"

"Lo ngilang dan masih bisa nanya, hah?!"

"Kangen?" Tanya Deo lagi dan menggapai sebelah tangan Jeje untuk ia genggam.

"Nggak!" Sentak Jeje dan menepis tangan pria di depannya. Deo tidak tau letak kesalahannya dimana, ia merasa tidak mengabari dan bertemu dengan gadis ini, itu saja.

"Kenapa? Coba ngomong, aku gak tau kalo kamu gak ngomong," ucap Deo pelan.

Jeje diam menatap Deo lama, melangkah kecil dan memeluk leher Deo. Deo yang merasa Jeje sedang tidak baik-baik saja mengusap punggungnya lembut, lalu memeluknya erat.

"Kenapa sih? Jangan buat penasaran!"

Jeje melepaskan pelukannya dan menatap Deo datar. Kemudian, cewek itu menyingkap kerah kemeja putih dan terpampang jelas guratan merah disana.

ARDEO MAHENDRAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant