D u a T u j u h

6.7K 817 24
                                    

Jangan sampe ada yang komen it's fucking penthouse

_____


"Kan apa Ayah bilang, cakep!"

"Iya deh," Fery tertawa mendengar Jeje mendengus kesal, karena beberapa kali Ayahnya itu membicarakan bagaimana potongan rambut yang pakai kali ini. Fery merangkul bahu Jeje sembari keluar dari mobil.

"Hari pertama nganterin kamu, langsung masuk ruangan BK." Jeje terkekeh mendengar ucapan Fery.

"Maaf," gumam Jeje dan berjalan memasuki ruangan BK, perihal kemarin berkelahi dengan Aleta.

"Lakuin semua yang bikin kamu seneng, Jes. Ayah gak larang."

Jeje sepertinya harus siap menahan malu, mendadak ia jadi pusat perhatian kala melewati koridor yang menghubungkan ruangan BK tepat di ujung dekat kantor. Salah ia membawa Fery dengan seragam kerjanya.

"Aku tunggu di luar ya," izin Jeje dan Fery mengangguk. Memasuki ruangan yang ternyata sudah ada orang tua Aleta. Fery dipersilahkan duduk, tepat berhadapan dengan sang kepala sekolah, Fery yang meminta agar kepala sekolah juga turut hadir menjadi saksi karena perbuatan Aleta sudah dibatas wajar.

"Sepertinya langsung saja, saya ingin jika Aleta di DO dari sekolah ini." Ibu Aleta tentu saja tidak terima, ia melotot tajam, Aleta bahkan menggelengkan kepalanya menentang apa yang dikatakan Ayah dari Jesica Dian itu.

"Seharusnya anak bapak yang di DO, cewek gak perawan kayak dia gak pantes sekolah disini."

"Percaya diri sekali kamu, kamu masih sempit?" Aleta terdiam seketika mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut om-om ganteng di hadapannya ini, om-om yang sialnya ayah dari perempuan yang ia benci.

"Kamu bisa saya tuntut atas pencemaran nama baik anak saya, memangnya dia ada salah apa sama kamu?"

"Bapak jangan main tuduh anak saya seperti itu, suami saya bisa...,"

"Suami ibu siapa memangnya?"

"Budiono Atmaja S.H."

"Budiono Atmaja, sekretariat jenderal yang menggelapkan dana sebesar 5 M," ujar Fery dan menunjukan artikel yang terpampang jelas dilayar ponselnya.

"Jangan fitnah kamu!" Ibu dari Aleta menunjuk wajah Fery karena geram, sementara yang ditunjuk dengan santai terkekeh dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku, ia sudah berjanji tidak akan membiarkan Jeje hidup tertindas lagi. Ia akan membuat anaknya bahagia.

"Aleta, ayo pulang!"

"Kamu lebih baik pindah sekolah!" Ibu Aleta tampak marah dan menarik tangan anaknya itu keluar dari ruangan dimana ia dipermalukan oleh seorang pilot sombong, Fery tampak tersenyum pada dua guru yang memasang wajah tidak enak.

"Jadi pak Fery ini ayah kandung dari Jesica?" Fery mengangguk sekenanya, mungkin guru disini heran karena tidak pernah melihat keberadaan sosok orang tua dari Jeje.

"Jesica anak saya satu-satunya, saya titip dia di sekolah ini. Saya mohon, jangan sampai kejadian ini terulang kembali."

"Saya tau ini aib, Jesi memang sudah tidak gadis lagi. Saya mohon sekali lagi agar tidak mengeluarkan Jesi dari sekolah, dia punya impian pak, jalan dia masih panjang." Setelah mengeluarkan segala kekhawatiran dan rasa takut jika Jeje dikeluarkan akhirnya Fery bernafas lega dan pamit undur diri.

"Saya juga minta agar Aleta tidak usah di keluarkan dari sekolah, tapi dia harus janji agar tidak ganggu Jesi lagi."

Fery mendapati Jeje tengah duduk sembari mengayunkan kedua kakinya sembari menatap lapangan yang luas. Matanya sedikit mengerut karena cahaya matahari yang silau di matanya.

ARDEO MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang