D e l a p a n

15.5K 1.5K 70
                                    

Baca ulang part 7 ya hehe.

______



"Bola bekel yang gue beli kemaren kemana anjir?"

"Ada, tenang aja sih." Dery mengeluarkan dompet karet bebek warna kuning itu, Toha tersenyum sumringah saat mainan yang ia beli masih utuh.

Bukan apa, sudah berapa kali ia membeli bola dan anak-anaknya itu. Tapi semuanya berakhir rusak, luarnya cotak-cotak dan paling parah bolanya hilang atau di sembunyikan teman cewek sekelasnya.

"Kita ke kelas nih?" Deo mengedikkan bahunya, menutup loker setelah menyimpan kemeja putihnya.

Empat sekawan itu sepertinya memiliki jadwal olahraga pagi ini, terlihat dari pakaian yang sudah mereka ganti.

"Langsung ke lapangan aja lah," ujar Rido.

"Kantin dulu lah," ujar Dery kemudian.

"Kantin yok di gas!" Ujar Deo.

"Beli jajan makan di lapangan itu yang bener," ujar Toha dan di angguki ketiganya.

Keempatnya berjalan beriringan hingga sampai di sana ternyata lumayan banyak orang. Maklum, bel masuk belum terdengar hingga menjadi kan kantin sebagai tempat favorit sebelum masuk ke kelas.

"Mau beli apa nih?" Tanya Toha.

"Males ah, yang nanya elo bukan Deo." Ujar Rido diangguki Dery yang terkekeh.

"Lah, apa bedanya?" Tanya Deo.

"Kalo lo yang nanya kan pasti di bayarin," Jawab Dery.

"Temen gebleg!" Umpat Deo dan membuka lemari pendingin. Mereka turut berdiri di depan warung yang ada di kantin sekolahnya itu, Deo mengambil satu kaleng susu steril dan langsung membuka penutupnya.

"Bapak Rio kan sultan," ucap Rido.

"Yang sultan kan bapak gue, kalo gue kan miskin."

"Ngelak terus, ngomong aja gak ada duit." Ujar Dery dan Deo tertawa keras.

"Jangan lebih dari tiga puluh rebu," ujar Deo kemudian, ketiga teman penguras uang jajannya itu pun tersenyum penuh kemenangan dan  Rido menepuk bahu Deo.

"Rezeki kan gak boleh ditolak, gomawo Deo."

"Iye bacot!" Deo yang berdiri di depan pendingin seraya menikmati susu kalengnya mendelikkan matanya tajam. Sampai Deo tidak sadar ada seseorang yang berdiri di depannya.

"Boleh minggir sebentar gak?" Deo sempat terjingkat dan tersedak saat melihat Jeje yang memperhatikan dengan wajah datarnya.

Jadi malu ia tersedak susu seperti ini, Rido yang melihat itu segera melemparkan kemasan tisu baru pada cowok rambut gondrong itu.

Deo mengelap bibirnya dengan tisu tadi menatap Jeje yang membuka lemari pendingin dan mengambil sekaleng soda.

"Sorry," ujar gadis itu kemudian. Deo mengangguk sekenanya dan Jeje membayar belanjaannya itu.

"Biar gue aja yang bayar," ucap Deo dan Jeje masih menatap cowok itu dengan alisnya yang terangkat ke atas.

"Gak usah, gue masih punya uang."

"Biarin, gue aja yang bayar yah!" Jeje tidak membalas lagi. Gadis itu menganggukkan kepalanya dan Deo tersenyum lebar.

Deo semakin menjadi dan mengambil plastik putih yang selalu tersedia di warung itu, mengambil cemilan banyak sekali membuat ketiga temannya itu menggelengkan kepalanya heran.

ARDEO MAHENDRAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن