T i g a P u l u h

7.1K 816 32
                                    

Semuanya dengan cepat berlalu, ujian akhir juga telah selesai. Deo semakin di buat bingung dengan alur hidupnya nanti, masa depannya bagaimana bahkan cita-citanya sejak TK sudah ia lupakan. Ia mendadak ragu.

Hari ini di sekolah, tepat dibagikannya pengumuman kelulusan. Sialan! Menambah rasa sedih saja.

Deo, Rido, Dery dan Toha. Duduk di depan kelas tepat berhadapan dengan lapangan. Awan sedikit mendung juga cuaca tidak terlalu panas, sendu tiba-tiba menghampiri suasana hati Deo, ditambah melihat Jeje tengah asik bermain basket.

Sejak putus mereka tidak pernah saling sapa, hanya beberapa kali kontak mata dan Jeje yang menghentikannya lebih dulu. Jika ditanya bagaimana perasaan Deo saat ini, jelas saja tidak bisa digambarkan.

Ia menginginkan Jeje tetap tinggal, tapi ia juga tidak bisa memaksakan kehendak. Deo terlalu banyak membohongi dirinya.

"BANGSAT! ELO YANG ANJING!" Rido mencolek tangan Deo mengkode agar cowok disampingnya ini melihat kejadian di lapangan sana, lagi-lagi Jeje ribut dengan seseorang.

"Gak usah sok cantik deh, Lo gak bakal bisa rebut Noval dari gue!" Kening Jeje mengerut kala mendengar ucapan cewek di depannya ini, siapa dia dan siapa Noval.

"Lo siapa dah?" Tanya Jeje sesantai mungkin, karena pada dasarnya Jeje tidak tau menahu dengan konflik yang dibicarakan cewek yang lebih pendek darinya itu.

"Lo Jesica kan? Jesica Nabila Rosadi???!"

"Lo salah orang, gua Jesica Dian!" Jawab Jeje dan gadis di depannya kelimpungan, sudah akhir-akhir masa SMA tetap saja melabrak orang. Akhirnya semua orang yang ada di lapangan menyoraki perempuan yang berani-beraninya menghentikan aksi Jeje yang sedang bermain basket bersama tim cowok kelasnya. Gadis yang ternyata bernama Herlina itu berlari menahan malu dengan tiga anteknya.

Saat semuanya kembali terkendali, Jeje bisa merasa Deo memperhatikan yang tengah duduk bersantai bersama ketiga temannya. Lalu, dua detik kemudian seorang gadis berwajah mungil menghampiri Deo dan duduk di sebelahnya.

Denisa. masih ingat?

Semenjak putus kenapa ia masih merasa sesak ya jika melihat Deo bersama gadis lain. Semenjak Deo mengantarnya pulang setelah dari rumah sakit, dari situlah semuanya seakan berakhir.

WhatsApp bahkan Instagram tidak pernah lagi jadi alat untuk berkomunikasi, di sekolah pun tidak pernah saling menyapa. Benar-benar asing meski beberapa kali dipertemukan dengan tidak sengaja, jantung keduanya masih menggila. Apalagi mengingat mereka pernah ciuman secara intens, Jeje tidak sanggup melupakan itu.

"Jeje awas!"

"Aw!" Jeje meringis kala bola basket yang temannya oper meleset dan mengenai kepalanya hingga ia terjatuh. Kepalanya mendadak pening dan teman-temannya yang mendekatinya terlihat berputar-putar ke angkasa.

Jeje jatuh pingsan.

Sementara di seberang lapangan, tepat saat Jeje terjatuh Deo sudah bangkit bersama Denisa menuju kantin. Ketiga temannya tidak ikut, jelas sekali dari mereka tidak ada yang menyukai gadis cantik berwajah mungil itu, ya walaupun cantik tetap saja tidak bisa menjadi tolak ukur suka atau tidaknya seseorang.

"Anjir Jeje pingsan!" Ujar Toha heboh dan Rido segera menepuk punggungnya. Lalu Dery pun sama, mengusap punggung Toha membuat cowok bernama asli Toni Haris itu heran.

"Kasih tau Deo lah!" Ujar Toha lagi dan hendak berdiri.

"Gak ada hubungannya," ucap Rido dan Toha duduk kembali, ekspresinya terlihat lesu.

"Mereka udah putus," tambah Dery.

"Mereka yang pacaran, kenapa gue yang gak rela ya mereka putus," ungkap Toha. Padahal Rido dan Dery pun sama.

ARDEO MAHENDRAWhere stories live. Discover now