D u a S a t u

8.8K 988 63
                                    

"Mamah, Deo berangkat ya!" Ujar Deo riang dan mencium pipi Agla, wanita itu tersenyum hangat dan mengusap rahang Deo yang masih berbekas luka kemarin.

"Hati-hati," ujar Agla dan melambaikan tangannya ke arah Deo yang sudah duduk di motornya.

"Iya, dadah Mamah."

Sudah seminggu Deo memulai aktifitasnya kembali setelah pulang dari Rumah sakit, tapi pemuda tampan itu baru masuk sekolah hari ini. Sepertinya sudah tidak tahan ingin bertemu dengan teman-temannya, atau ingin bertemu Jeje?

Lima belas menit kemudian, Deo sampai di parkiran dan menanggalkan helmnya. Menyugar rambutnya dan menengok ke kiri kanan, tumben parkiran sepi. Namun, baru saja turun dari motor tingginya ponsel yang berada di saku celananya bergetar, menandakan ada seseorang yang menelponnya.

"Iya hallo, Yah."

Rio rupanya.

"Oh, udah di transfer. Yaudah makasih Ayah ganteng," ujar Deo dan menutup teleponnya.

Deo berjalan menyusuri koridor sendirian, angin pagi menerbangkan anak rambutnya yang sudah di potong dari kemarin-kemarin. Ia sudah tau jika Jeje tidak masuk sekolah setelah kejadian ia dengannya kecelakaan itu. Kecelakaan yang disengaja oleh ibu Jeje.

Deo tidak mau lagi meminta bantuan pada Ayahnya untuk mencari Jeje, ia juga tau jika pekerjaan Rio bukan hanya mengurus keperluannya saja. Jadi, biarlah.

Jika jodoh, Jeje mungkin akan kembali padanya. Namun, kabar terbaru yang ia dapat dari teman sekelasnya jika Jeje kerja disebuah tempat.

Kerja? Apa itu alasan mengapa Jeje tidak sekolah lagi. Tapi Deo tidak yakin.

"Kak Deo, apa kabar?" Deo menoleh pada gadis mungil di hadapannya, ia tersenyum kecil dan menjabat tangan yang sedikit bergetar dihadapannya itu.

Ia lupa nama gadis ini.

"Baik, lo siapa?"

"Aku Denisa, panggil aja Denis." Deo menganggukkan kepalanya dan pamit pergi. Gadis itu nampak tersenyum senang sampai menutup mulutnya agar tawa riangnya tidak terlihat orang lain.

Saat ini, ia tidak mau kehilangan mood baiknya untuk sekolah. Lihat saja nanti malam, ia akan mencari Jeje lagi. Seperti malam-malam sebelumnya yang gagal atau berhasil untuk kali ini.

Alamat tempat kerja Jeje juga sudah digenggamannya, geram ia mengetahui hal itu.

"My honey bunny Deo, udah sembuh total kah?" Tanya Ridho saat Deo baru saja menduduki kursinya.

"Sedikit lemes sih, tapi oke."

"Eh, gimana Mama lo udah mau lahiran?" Tanya Dery dan Deo mengedikkan bahunya.

"Katanya sih, sekitar dua atau tiga mingguan lagi." Ucap Deo santai. Padahal cewek-cewek di kelasnya memekik senang dan meledeki Deo yang akan jadi Abang.

"Jadi Abang Deo dong," ujar Toha.

"Traktirlah nanti," ucap Dery menaikkan alisnya.

"Minta bapak guelah, kan dia yang bikin." Ucap Deo ambigu, membuat semua temannya melongo dengan ucapannya barusan. Sebenarnya bukan hal baru, tapi tetap saja.

"Oh iya, gue ada oleh-oleh." Ujar Dery.

"Oleh-oleh? Rita sugiarto?" Tanya Deo.

"Gak usah ngelawak deh garing, gue bawa kue nih oleh-oleh Bogor," ujar Dery lagi dan mengeluarkan dua box kue lapis talas ke hadapan temannya.

"Kok lu gak ngeluarin dari tadi sih, Der?" Tegor Ridho dan mencomot kue enak itu.

"Gue kan belum sarapan," ujar Ridho lagi.

ARDEO MAHENDRAWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu