D u a B e l a s

9.1K 1.1K 36
                                    

Sepagi ini seorang remaja bernama Ardeo Mahendra sudah siap pergi. Lengkap dengan tas semi carrier juga motor KLX 250 yang tengah ia panaskan mesinnya di depan rumah. Deo melewati meja makan begitu saja sampai suara Rio mengintrupsi dirinya agar mendekat.

"Kenapa, Yah?"

"Duduk dulu!' Ujarnya kemudian. Sesuai perintah, anak itu pun duduk di sebelah Ayahnya, beberapa kali mengetukkan sepatu bootsnya ke lantai. Kenapa Ayahnya diam saja?

"Deo udah duduk."

"Jangan ngosongin perut cuma karena ada Ayah disini, makan!" Sesuai apa perintah Ayahnya. Deo mengambil nasi goreng yang tersedia di meja makan. Sepi melanda mereka berdua, sementara Agla tidak diketahui keberadaannya.

"Selamat ulang tahun," ujar Rio kemudian dan menaruh kotak kecil depan Deo. Cowok remaja itu diam masih menatap kotak didepannya, lalu mengalihkan pandangannya lagi ke Ayahnya, Rio.

"Kemaren ngeprank?"

Rio berdecak sebelum menjawab. " Kemaren kelepasan sampe marah, minta maaf ya."

"Terus ini apa?" Tanya Deo lagi.

"Kamu ulang tahun tiga hari yang lalu kan, Ayah lupa."

"Iya Deo maklum, faktor usia. Lagian ini mewah banget, Yah. Terlalu berlebihan."

"Yaudah kasih ke Ridho," ujar Rio enteng. Tentu saja respon Deo melotot tidak terima, jam mahal masa dikasih orang.

"Jangan dong, Yah!"

"Mangkanya gak usah banyak bacot, terlalu mahal, terlalu berlebihan. Tinggal make doang apa susahnya."

"Yaudah iya, makasih."

Deo menghabiskan makannya dan segera berangkat. Di depan rumah, Agla sesekali tersenyum kecil melihat pertengkaran kecil antara suami dan anaknya itu.

Rio sudah didalam mobilnya bersiap pergi ke kantor, sementara Deo sudah duduk anteng diatas motor KLX-nya. Rio yang membuka kaca senantiasa mengomeli Deo yang memasang tampang kesal.

"Hati-hati bawa anak orang, izin ke orang tuanya dulu!" Ujar Rio lagi dan Deo berdecak kecil. Sudah berapa kali ayahnya bicara dengan kalimat yang sama.

Sementara Agla hanya menggelengkan kepalanya dan menepuk kap mobil Rubicon yang terparkir apik digarasinya.

"Udah si berangkat sana, bos kok ngaret!" Cibirnya.

"Cium dulu!"

Bukannya menuruti ucapan Rio, Agla mendelik kesal dan menendang udara agar Rio cepat pergi. Sementara sang suami mendesah kecewa dan memasang kacamata hitamnya.

"Yaudah, aku gak pulang hari ini."

"Yaudah sono, gak peduli." Balas Agla dan Rio menjulurkan lidahnya sebelum menutup kaca mobilnya dan pergi meninggalkan rumah.

Mentang-mentang bos, datang ke kantor seenaknya. Itulah Rio.

Deo yang masih ada disana hanya memutar bola matanya, malas ikut campur dengan drama Mama dan Ayahnya sepagi ini. Wanita yang tengah berbadan dua itu berjalan mendekat ke arah Deo, sementara yang ditatap masih sibuk dengan helm full facenya.

"Udah baikan?" Tanya Agla. Wanita yang memakai tanktop juga celana joger putih tulang itu sembari membenarkan tatanan rambut Deo yang sedikit berantakan.

Sepertinya anaknya itu belum mau mencukur rambutnya.

"Udah, Ma. Tadi Deo dikasih ini," lapor Deo dan menunjukan jam tangan yang sudah ia pakai pada ibunya.

"Bagus. Cocok warnanya sama kamu, De."

"Mah," panggil Deo yang masih saja duduk di atas motornya. Sementara Agla berdiri disampingnya.

"Kenapa?"

"Deo, gak apa kan ngajak Jeje?"

"Yang penting, ibu Jeje ngizinin."

"Harus banget nih, Deo izin ke ibunya?"

"Ya haruslah, De. Kamu ini gimana sih, ngajak anak orang keluar jauh masa gak izin ibunya."

"Yaudah deh, minta do'anya ya Mah."

"Ngomong apa si? Kok minta do'a."

"Sekalian ngelamar ajalah, biar gak usah bolak-balik," ujar Deo bercanda yang sayangnya tidak lucu membuat Agla menendang ban motor anaknya asal.

"Inget, masih SMA."

"Iya Mamah gak usah nendang motor segala, motor mahal nih."

"Yaudah gih berangkat!" Ujar Agla lagi. Wanita dengan rambut dicepol itu berjalan menuju gerbang, sementara Deo sudah menjalankan motornya pelan.

"Mamah mau ngapain?" Tanya Deo sesaat setelah berada diluar gerbang rumahnya.

"Mau nutup nih pager lah," ujar Agla.

Karena satpam yang biasa menjaga sedang cuti menghadiri anaknya yang wisuda mengharuskan Agla turun tangan. Bukan itu masalahnya, Agla itu tengah hamil dan tanpa menunggu lama Deo turun dari motornya dan ia yang menutup gerbang.

"Mama jangan cape-cape!" Ucap Deo.

"Nutup pager doang, lebay amat."

"Aku mimpi apa sih punya Mama bar-bar banget," ucap Deo pelan namun masih terdengar begitu jelas ditelinga Agla.

"Ketauan Daddy disentil tuh, keluar rumah tanktopan doang." Lanjut Deo.

"Mentang-mentang bapak satpam yang Deo lupa namanya gak ada," lanjut Deo membuat Agla bertolak pinggang kesal.

Pura-pura sih, sudah lama juga ia tidak bercanda dengan anaknya itu. Gerbang putih sebagai pembatas mereka sepertinya sama sekali tidak mengganggu acara perdebatan mereka kali ini.

"Uang bulanan mau di potong?"

"Ih jangan dong, Mah!"

"Yaudah sana berangkat, hati-hati!"

"Mau kemana sih emang, Mama penasaran." Lanjut Agla dan Deo menggelengkan kepalanya lucu.

"Orang tua gak usah tau," ujar Deo dan menyalakan mesin motornya.

"Dasar si-"

"...sayang," ujar Agla hampir saja mengumpat.

"Dah Mamah, Assalamualaikum."

"Iya, Dah. Kok, salam?"













Ada yang masih nunggu gak sih? Oh iya, tadi aku jajan cireng wkwk.

ARDEO MAHENDRAWhere stories live. Discover now