13. Peringatan

1.3K 182 8
                                    

Siang itu seluruh member berkumpul di rumah sakit. Menunggu kabar maknae kedua mereka. Untuk nasib rekaman mv, direktur bilang hanya tinggal rekaman grup dan scene solo Mark saja. Tapi karena insiden yang dialami Mark, rekaman pun dihentikan dan diundur.

Manager Shin melangkah keluar ruangan yang ia masuki kedua kalinya dalam satu bulan ini. Begitu sampai di ruang tunggu, pria itu disambut tatapan tak sabar dari para anak didiknya.

"Mark baik-baik saja, hanya pingsan karena benturan keras di kepalanya. Sebentar lagi dia sadar kok."

Seketika seluruh member bernafas lega. Setidaknya luka yang dialami Mark tidak berat. Mereka menatap pintu ruang inap itu.

"Apa sudah boleh menjenguknya, hyung?" Tanya Johnny.

"Tentu."

Manager dan beberapa anak 127 pun memasuki ruangan itu. Sedangkan yang lain menunggu giliran di luar, demi kenyamanan sang pasien, kata dokter.

Sebuah perban tertempel di kepala kanan Mark. Matanya terpejam erat, entah kapan akan terbuka. Melihat keadaan anak itu, mereka merasa dejavu. Terkecuali Haechan, tentu saja karena ialah pelaku dari dejavu itu.

"Apa kepalanya terbentur nunchaku?" Tanya Jungwoo, terus menatap lamat si perban. Manager membalas dengan sebuah anggukan.

"Dari para saksi, salah satu stick dari nunchaku terlepas dan mengenai kepala Mark. Ada yang bilang karena Mark salah memakainya, ada juga yang bilang nunchakunya rusak."

Seketika Haechan mengingat orang yang diam-diam mengganti nunchaku saat itu.

"Hyung, sebelumnya lihat orang asing yang mencurigakan gak?" Sontak seluruh kepala di ruangan itu menengok ke arah Haechan. Kecuali Mark tentunya.

"Apa maksudmu, Chan?" Tanya Johnny, tak mengerti.

"Em, saat kita istirahat, aku melihat orang asing, entah kenapa tampak mencurigakan. Apa kalian melihatnya juga?"

"Benarkah? Aku tak melihat orang yang mencurigakan kok." Jungwoo membantah perkataan Haechan.

"Memang di mv kali ini banyak orang asing yang datang membantu, Chan. Tapi firasatmu bisa dipertimbangkan kembali, melihat situasi akhir-akhir ini lumayan kacau." Sahut manager.

"Iya, kita harus menjaga kesehatan dan keamanan diri, apalagi mendekati waktu comeback. Dalam bulan ini sudah dua member masuk rumah sakit." Taeyong memberi nasihat yang disetujui manager.

Kemudian mereka balik memandang Mark dengan tatapan sendu. Sudah dua member masuk ke rumah sakit? Kini mereka berharap agar tak ada lagi kejadian yang membuat member sakit.

Berbeda dengan Haechan. Ia merasa ada aneh, seakan telah melewatkan sesuatu yang penting. Seperti ada sesuatu di balik kejadian ini. Pemuda itu melamun lama sampai pundaknya ditepuk untuk bergantian menjenguk.

***

Matahari mulai turun di daerah barat, membuat langit berwarna jingga. Dua per tiga anak 127 telah pulang, melakukan kegiatannya sendiri. Jadwal solo maupun aktivitas sehari-hari.

Haechan masih berada di ruang inap Mark, seorang diri. Sebenarnya ada manager dan Johnny yang menemani, tapi dua orang itu entah kemana. Dengan tatapan kosong si pemuda tan terus membisu. Pikirannya melayang pada saat beberapa jam yang lalu.

Tiba-tiba jari Mark bergerak dan disusul kedua matanya. Membuat jiwa Haechan kembali dan beranjak untuk memanggil dokter. Tapi niatnya urung ketika Mark menahan tangannya dan menggeleng.

"A-air" ucap pemuda itu terbata.

Haechan pun mengambil segelas air dan memberikannya. Mark bergerak duduk, meneguk sedikit dan menyimpan gelas itu. Haechan masih terdiam, menunggu maksud pemuda pecinta semangka menahannya disana.

"Yang lain dimana?"

"Udah balik ke dorm, kalau manager dan Johnny hyung gak tau kemana." Jelas Haechan, Mark mengangguk paham.

Suasana dalam ruangan itu kembali hening.

"Hyung.." Haechan tak tahan lagi, ia ingin bertanya hal yang terus berputar di otaknya. Mark menjawab dengan deheman.

"Apa saat rekaman hyung melihat atau mendapat sesuatu yang janggal?"

Mendengar pertanyaan pemuda tan itu, Mark menaikkan sebelah alisnya. Sebelum ia sadar dan berkata.
"Sebenarnya nunchaku yang kupakai ketika rekaman solo terasa lebih berat. Tapi itu bukan hal besar, kan?"

Mark terkekeh lalu menunduk dengan pandangan sendu.

"Maafkan aku, pasti rekaman jadi ditunda padahal jadwal sudah padat."

"Ini bukan salah hyung kok, kejadian tadi murni kecelakaan. Aku panggilkan dokter ya, hyung." Haechan pun undur diri, Mark hanya mengangguk lemas.

Pemuda tan itu keluar dan menyenderkan tubuhnya ke dinding. Ia pergi karena rasa bersalah yang makin kuat pada seluruh member apalagi Mark. Sekarang jelas sudah bahwa orang yang mengganti nunchaku itu berniat buruk. Kalau saja, ia sadar dan menghentikannya. Sekarang, Haechan ingin sekali memberitahu manager, tapi dalam hati terdalam menahannya. Seakan jika ia memberitahu akan ada hal buruk terjadi.

"Haechan? Apa yang kau lakukan?"

Lamunan pemuda itu buyar, sontak ia menoleh dan mendapati manager yang menatapnya heran.

"Ah hyung, aku mau memanggil dokter. Mark hyung sudah sadar."

Wajah manager langsung berubah senang.
"Benarkah? Biar hyung yang memanggilnya."

Baru saja manager berbalik, mendadak lengannya di genggam Haechan.
"Hyung, aku ingin balik ke dorm ya?"

Manager terdiam, kemudian mengangguk. Ia tak perlu khawatir, kan ada sopir agensi yang dapat dipercaya.

Haechan sampai di kamarnya saat matahari telah hilang. Pemuda itu langsung membaringkan tubuh lelahnya ke atas kasur. Rasa bersalahnya masih menempel, membuat dadanya terasa sesak.

Akhirnya ia berniat ke kamar mandi untuk mencuci muka. Tapi belum saja memasukinya, Haechan mencium bau anyir walau samar. Mengandalkan penciuman, ia mencari asal bau tersebut. Sampai pamuda itu berhenti di meja komputernya. Dari sana, bau itu semakin kuat.

Dengan keberanian yang tak seberapa, Haechan menarik laci keyboard. Matanya membelalak dan bergetar. Sontak ia melangkah mundur dan terduduk di kasur Johnny akibat kaget dan panik menjadi satu.

Terlihat selembar kertas dengan tulisan bertinta darah yang sedikit basah. Disebelahnya terdapat sepotong kaki hewan, dari bentuk dan ukurannya bisa dipastikan itu tangan seekor anjing. Darah dari kaki membasahi meja walau sudah mengering.

Haechan menutup mulut, dan menahan nafas. Jantungnya berdetak berkali lipat seolah akan keluar dari tempatnya. Tak sadar anggota tubuh pemuda itu bergetar, menandakan betapa kagetnya ia.

Merasa sang perut bergejolak, dengan setengah berlari Haechan memasuki kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya. Meninggalkan kedua benda itu sebelum membaca tulisannya.

"Peringatan 1!
Member 127 : Mark
Baca pesanku dan kerjakan perintahnya. Jika masih memilih abai dan melaporkan ini tunggu saja peringatan selanjutnya"

TBC





Hii emaak takut! 😨
Tbl tbl takut banget loohh

Hehe ada yang nungguin? Keknya nggak deh, kan gak upnya cuma seminggu.

Kukasih double up nih, pas itu kan ada yang mau. Mana ucapan terimakasihnya 😌

Sasaeng || HaechanWhere stories live. Discover now