22. Fansign pertama

1.8K 199 23
                                    

Suara teriakan histeris terdengar hingga atmosfer gedung itu. Sembilan orang pria telah datang, berjejer di atas panggung. Membuat para fans tak sabar menemui mereka satu persatu.

Hari ini adalah hari pertama NCT 127 melakukan fansign offline di China. Keantusiasan dan ketidaksabaran menguar diantara nctzen. Tembakan kamera tersebar dari tiap sudut, seakan tak bisa melewatkan momen-momen langka ini.

Tidak hanya yang ikut fansign, banyak nctzen China yang ikut melihat dan berteriak senang. Baik berada di lantai satu hingga lantai tiga. Semua berkumpul membuat ruangan besar itu terlihat sesak.

Setelah menyapa para penggemar, mereka pun mengambil tempat duduk dan memulai acara fansign. Akibat teriakan antusias yang menggema, member 127 butuh upaya lebih untuk mendengar perkataan fan yang dilayaninya. Bahkan pembawa acara dan bodyguard kewalahan membuat mereka tidak berisik.

Karena fansign kali ini berada di negara orang, agensi menyuruh beberapa translator membantu mereka berbincang. Meski ada beberapa fans yang bisa bahasa Korea, tetap saja kehadiran translator itu penting.

"Lee Haechan pabo-ya? (bodoh)" tanya pemuda tan itu, memastikan.

"Iya."

"Benar, bodoh, aku emang bodoh" ujar Haechan, menyetujui ucapan fans atau sasaeng? Entahlah, tapi apa yang dikatakan orang itu memang betul. Buktinya selama ini dia menutupi kebenaran dan membuat para member kesulitan. Benar-benar definisi dari bodoh.

Waktu cepat berlalu, dan kini sudah lebih dari setengah fans yang dilayani. Tak sedikit nctzen memberi idolnya hadiah, yang tentu diterima dengan senang hati.

Urutan pada fansign ini berawal dari Johnny lalu Haechan, Mark, Jaehyun, Taeyong, Yuta, Jungwoo, Doyoung dan berakhir di Taeil.

Setelah kepergian penggemar tadi menuju Mark, Haechan menunduk, melihat isi ponsel sambil menunggu fan yang masih dilayani Johnny. Saat merasa si fan sudah selesai, pemuda itu mematikan ponselnya sebelum mendongak.

"Annyeong Haechanie~"

Deg!

Suara ini..

"Kau ingat aku, gak?"

Seketika niat mendongak untuk bertatapan dengan fan diurungkan. Suara teriakan di sekitar mendadak hilang dan berpusat pada suara itu. Memori yang sudah Haechan kubur dalam-dalam, langsung muncul begitu saja. Seolah tak peduli betapa keras dirinya menghilangkan memori itu.

"Hei, aku berbicara denganmu, Haechan" ujar orang itu lagi.

Dengan perlahan dan sedikit bergetar, Haechan mencoba menatap wajah orang di depannya. Seorang perempuan beserta rambut hitam menjuntai hingga punggung, tersenyum senang yang dimata Haechan terlihat seram.

"Ah i-iya, mana albumnya?" Pemuda tan itu menjulurkan tangan, berniat langsung menandatangani album itu agar orang ini segera pergi.

"Jawab dulu, kau ingat aku atau tidak?"

"I-ingat.." jawab Haechan terbata-bata.

Si wanita tersenyum puas, memberikan album lalu menatap lamat pemuda berkulit tan di hadapannya. Haechan yang ditatap merasa sangat tidak nyaman sekaligus takut.

"Beri aku tmi, Haechanie" pintanya.

"Euhh.. aku tidak kepikiran." Sungguh ia benar-benar tidak terpikirkan apapun. Rasanya sang otak mendadak kosong melompong, hanya terisi kejadian buruk yang terus berulang.

"Cih, masa tak punya tmi. Ya sudah, ayo selfi berdua pakai ponselmu."

"M-maaf, tidak bisa, staf melarang pengambilan foto." Haechan membungkuk sedikit, tanda permintaan maaf.

Sasaeng || HaechanWhere stories live. Discover now