16. Terungkap

1.5K 179 27
                                    

Sore hari. Dimana orang berkeliaran pulang dari tempat kerja maupun sekolah. Dengan tubuh lelah sehabis bergerak seharian, berharap cepat sampai ke rumah. Berbeda dengan anak 127 yang akan pergi berlatih atau bisa dibilang bekerja.

Tapi belum saja berangkat. Ada kejadian yang menarik perhatian mereka. Sang leader sudah berusaha sebisa mungkin untuk menutupinya, merasa sia-sia. Karena delapan orang itu sudah berkerumun di dekat tong sampah.

Ada yang mematung, kaget. Beberapa bergumam, tak percaya. Dan sisanya undur diri akibat tidak bisa menatap terlalu lama. Dan Haechan termasuk salah satunya. Ia beringsut mundur hingga tak sadar sudah di trotoar depan.

Pemuda itu memalingkan wajah begitu merasa ada seseorang menatapnya. Dan yang ia dapatkan hanya siluet di belokan, menghilang dengan cepat. Karena rasa penasaran dan nekat yang tinggi, Haechan pergi untuk memastikan. Tak ada member yang sadar akan perginya anak itu.

Begitu Haechan sampai di perempatan, ia menoleh ke kiri. Sontak sebuah tangan menarik lengannya kencang. Karena gerakan tiba-tiba itu, Haechan kaget dan oleng mengikuti arah tarikan.

Saat dirinya sadar, ia telah dipeluk seseorang. Haechan merasa bajunya basah. Pemuda itu menunduk agar bisa melihat siapa yang memeluknya dan menangis.

Ketika berhasil mengidentifikasi, ia mendorong orang itu dan bersiap kabur. Tapi gagal karena tangannya di genggam erat. Orang yang memeluk tadi adalah salah satu sasaeng yang selalu berdiam di depan dorm. Tentu para member hafal siapa aja sasaeng mereka untuk menghindarinya.

Kini Haechan berusaha melepas genggaman yang entah kenapa sulit, padahal pelakunya seorang perempuan. Lalu ia berhenti, begitu melihat si sasaeng terisak dan memohon padanya.

"Haechan oppa, bantu aku.. hiks"

"Huft, lepaskan ini dulu baru katakan ada apa?" Sasaeng itu pun melepas genggamannya dan mulai bercerita.

"A-aku.. akhir-akhir ini selalu diikuti dan dihubungi seseorang. Ia mengatakan bahwa dirinya menyukaiku. Saat aku bertemu dengannya, ternyata dia adalah orang aneh yang selalu berkeliaran dan meminta-minta di perumahanku. Aku takuutt.."

Mendengar ceritanya, Haechan merasa iba. Karena ia pun mengalami hal tersebut, walau dalam konteks yang berbeda.

"Kenapa kau tidak lapor ke polisi?" Tanya pemuda itu melembut.

"Aku tidak mau, takut.." si sasaeng menggeleng kuat, sambil sesekali menyeka air matanya.

"Hey, seharusnya kau melapor polisi, tuntut dia. Lalu mintalah pertolongan orang terdekatmu. Bukan hanya di pendam sendiri."

Haechan merasa aneh dengan kata-katanya. Karena pada kenyataannya ia juga melakukan hal yang sama. Tapi kalau bukan karena ancaman nyata itu, dia pasti langsung melaporkan sasaeng yang menerornya saat ini.

Kembali ke si cewek. Setelah mendengar saran Haechan, ia terus terdiam dan akhirnya mengangguk kecil.

"Terima kasih, Haechan oppa. Emm.. boleh minta no telepon oppa gak?"

Alis pemuda tan itu menukik. Kenapa sekarang cewek ini melunjak?

"Tidak, ada aturan tertulis di agensi untuk tak memberi no telepon pada sembarang orang terlebih fans."

"Yaudah oppa diam-diam kontakan sama aku aja. Ya?" Bukannya mematuhi, cewek itu memohon pada Haechan. Membuatnya kelimpungan.

"Kenapa kau selalu di depan dorm?" Akhirnya Haechan memilih untuk mengalihkan topik, biarkan si cewek melupakan permintaannya tadi.

"Aku ingin bertemu kalian, melihat keadaan kalian, menyapa, memoto, berpegangan, lalu bersama terus sampai menikah." Seru cewek itu dengan mata berbinar. Dan Haechan hanya tersenyum cringe.

Sasaeng || HaechanWhere stories live. Discover now