20. Kambuh

2.1K 188 20
                                    

Tiga hari sebelum keberangkatan menuju China.

Kedekatan Haechan dan detektif Dadang semakin erat. Melalui saling bertukar pesan pemuda itu menjadi asisten dadakan, membantu sang bos mencari dan memberi informasi. Bahkan ia tak segan mengirim apa saja yang dilakukan si sasaeng, tidak ada yang namanya rahasia lagi.

Haechan pun bisa bernapas lega. Rasa tak enak dan bersalah akan menyembunyikan sesuatu menguak begitu saja. Kini ia berharap dengan membantu detektif, sasaeng itu akan mudah ditemukan. Melihat dari betapa gigih orang ini dalam kasus pertamanya.

Walau agak sedih saat mereka mencari tau keberadaan sasaeng itu dari nomor yang dikasih Haechan. Detektif bilang, tiba-tiba nomor itu tidak aktif sehingga susah buat polisi atau hacker mencari keberadaannya.

"Haechan! Ayo makan malam!"

Yang dipanggil langsung mematikan ponselnya dan beranjak mendatangi ruang makan. Semua penghuni dorm terkecuali sang leader sudah berkumpul dengan tambahan dua orang.

"Eoh? Yuta hyung dan Jaehyun hyung ngapain disini?" tanya Haechan sambil menatap kedua orang itu.

"Biasa~ ingin minum-minum bersama" sahut Johnny.

"Lah, kan baru kemarin malam kita minum"

"Ey~ kemarin itu kurang, kita belum puas ya?" Yuta menatap yang lain, butuh persetujuan. Dan dibalas anggukan. Haechan hanya bisa tersenyum datar, dasar para pria pecinta alkohol.

Karena ruang makan dan dapur dalam satu ruangan, Haechan bisa melihat Doyoung sedang sibuk memotong bawang. Kali ini jadwal Doyoung untuk memasak. Dengan tenang Haechan terus memperhatikan bagaimana pria itu mengiris bawang. Pisau besar tak akan memengaruhi traumanya.

Tiba-tiba Taeyong muncul di balik pintu dan berjalan perlahan menuju Doyoung. Mengerti apa yang akan dilakukan si leader, semua yang berada di meja makan menutup mulut dan berpura-pura sibuk dengan bermain ponsel.

"DOORR!!!"

Suara teriakan Taeyong membuat Doyoung tersentak kaget hingga hampir melompat. Seluruh orang yang disana sudah akan tertawa mendengar pekikan Doyoung. Tapi urung begitu suara pekikan berubah menjadi ringisan sakit.

Cairan kental berwarna merah pekat menetes dari tangan Doyoung. Sebuah sayatan terlihat di lengannya akibat pisau yang dipegang. Tak begitu panjang dan dalam tapi mampu membuat darah mengalir keluar.

Sontak semua orang panik, mencari P3K, mencari tisu, atau terus menanyai keadaan Doyoung padahal sudah terlihat jelas bagaimana keadaannya. Menyisakan sosok termuda yang masih termangu di atas kursi. Menatap setiap tetesan darah yang terus menimbulkan pikiran buruk.

Bagaimana sayatan dan tetesan itu terasa di pahanya. Bagaimana tetesan darah itu mengalir di kepala Mark. Bagaimana darah itu membentuk tulisan di atas kertas dalam kamarnya. Bagaimana cairan kental amis itu muncul di tubuh Taeyong jika ia tidak mendorong sang leader. Bagaimana cairan yang sekarang dibencinya itu keluar dari tubuh orang tersayang, satu persatu, tepat di hadapannya.

Seluruh pikiran tersebut membuat napas Haechan memberat diikuti tangan yang bergetar hebat karena rasa takut yang menguasai. Dan menghasilkan gejolak tak enak dari perutnya.

Dengan tergesa, pemuda tan itu berlari menuju kamar mandi terdekat. Mengeluarkan semua yang ada dalam perut hingga hanya cairan bening. Sadar atas apa yang terjadi pada Haechan, rasa panik penghuni sana langsung terbagi dua. Jaehyun pun menghampiri Haechan dan memijat tengkuknya. Sedangkan yang lain tetap ditempat sambil mengobati Doyoung, panik dalam hati.

Tak lama, Haechan sudah kembali ke meja makan dengan wajah sendu. Perut dan tenggorokannya terasa sakit. Setelah diberi segelas air dan perban sudah terpasang rapi di tangan Doyoung. Manager menatap Haechan serius.

Sasaeng || HaechanWhere stories live. Discover now