26. Akhirnya semua tau

1.3K 193 20
                                    

"HAECHAN!!"

Suara panggilan manager masih terdengar jelas. Dengan sekuat tenaga, Haechan berusaha bangkit, menahan sakit di perut. Ditambah ia masih merasa pusing dan nafasnya tersendat. Tapi pemuda itu memaksa untuk jalan, agar manager tidak khawatir terlalu lama.

Begitu sampai ujung gang. Haechan terdiam sejenak, menetralkan nafas dan berupaya terlihat baik-baik saja.

"Ya ampun Haechan, kamu darimana aja?" Manager langsung menghampiri pemuda itu.

"Hehe, tadi mampir minimarket dulu, hyung. Beli minum" dalih Haechan.

Manager menatap curiga dan terus memindai penampilan anak asuh di depannya. Dan terhenti tepat di leher yang merah dan sedikit lecet.

"Lehermu kenapa?"

Reflek Haechan memegang lehernya bingung. Ah bodoh, ia kan memakai kaos dan bekas cekikan orang tadi pasti terlihat.

"Ooh ini, tadi pas minum agak tersedak. Terus aku nekan leher sendiri, biar reda. Tapi aku gak sadar kalau kekencangan. Hyung tak usah khawatir."Haechan kembali berdalih.

"Terus minumannya mana?" tanya manager lagi.

"Iihh hyung, aku kan tersedak. Otomatis minumannya jatuh, jadi dibuang. Udahlah ayo masuk." Haechan langsung mendahului manager memasuki rumah sakit. Memang urusan mencari alasan, Haechanlah jagoannya.

Manager masih menatap curiga. Kenapa leher Haechan bisa sampai merah lecet gitu. Mana sekarang pemuda ini memegang perutnya sambil meringis. Dikira gak kedengeran kali ya.

"Masih sakit perut?"

"Iya hehe." Jujur Haechan. Tak bohong, perutnya emang sakit banget. Masa ditonjok pas lagi kosong, untung dia gak muntah.

"Mau dibeliin obat?" tawar manager.

Haechan mengangguk sambil memasuki lift yang kosong.

"Oh, kamu harusnya makan dulu. Kan kosong tu perut. Hyung ke kantin rumah sakit ya." Sebelum manager pergi, pemuda itu segera mencekal lengannya.

"Nanti aja hyung, aku mual." Manager pun mengangguk dan ikut masuk lift. Diam-diam Haechan mencibir, kalau saja pria tadi gak mukul perutnya. Pasti sekarang ia sudah asyik makan.

Sekarang Haechan telah sampai di kamar rawat inapnya dan minum obat pemberian dokter. Manager sibuk dengan hp dan Haechan hanya diam melamun.

Jika sedang melamun, tentu Haechan akan memikirkan kejadian yang menimpanya. Menebak-nebak dan berakhir overthinking. Sekarang pun ia sedang mengingat ucapan pria tadi.

Tutup mulut setelah kejadian itu.. Jangan-jangan maksud 'kejadian itu' adalah saat dimana dia diculik sasaeng? Berarti ia diancam pria tadi untuk tutup mulut. Apa pria itu suruhan sasaeng?

Lalu menolak perintah? Apa maksudnya perintah si sasaeng? Kenapa pria tadi menyuruh untuk menolak perintahnya? Bukannya dia suruhan si sasaeng?

Ah bodolah. Haechan bingung. Tadi pria itu ngomong dia menyambutnya. Tapi Haechan kan gak menyambut sasaeng. Terus merebutnya? Ngapain ia rebut-rebut sasaeng? Apa maksudnya merebut dari orangtua? keluarga? pacar? Tapi pria itu bilang 'anak tuanku' berarti dia suruhan orangtua si sasaeng?

Argh! Pokoknya Haechan pusing memikirkan semua itu. Hampir aja dia berteriak frustasi sebelum mendengar manager memanggilnya.

"Kenapa hyung?" pemuda itu menoleh ke arah manager.

"Apa keadaanmu sudah pulih? Kira-kira bisa gak ikut konser besok?"

Haechan langsung mengangguk. Toh ia tak sakit parah. Cuma otaknya yang sakit dipaksa mikir teori-teori sasaeng.

Sasaeng || HaechanWhere stories live. Discover now