6| Sisi lain Raja Iblis

21.8K 1.4K 24
                                    

Rahza berlari di atas rooftop untuk berlari dari kejaran para murid yang menggila. Dengan cepat dia mengunci pintu agar mereka sulit untuk menangkapnya. Kedua tangannya ia tumpu di atas lutut dengan tubuh yang sedikit membungkuk. Nafasnya terengah-engah, akibat lari dengan jarak yang cukup jauh. Beruntungnya dia bisa menghindar dari kejaran mereka semua.

Setelah nafasnya Kembali teratur. Dia kembali menegakan tubuhnya berdiri dengan tegap. Langkahnya perlahan berjalan menuju tepi rooftop. Angin-angin sepoi membuat rambutnya beterbangan. Rahza akhirnya dapat menghirup udara segar di atas rooftop tanpa mereka semua.

"Arghhhhh" Rahza berteriak kencang sembari melepaskan kekesalannya dengan Jefan.

"ANJING LO! BERANINYA KEROYOKAN DOANG!" Rahza berteriak ke dua kalinya lebih kencang.

Rahza dari tadi gak menyadari ada Jefan di dekat pintu rooftop. Dia duduk di pojok sambil menghisap rokok. Dengan wajah santainya dia melihat ke arah Rahza tanpa merasa bersalah sedikitpun ke padanya.

"Udah teriaknya?!" Tanya Jefan tanpa merasa bersalah.

Dia terkejut mendengar suara orang lain yang berada di sana juga. Ia langsung membalikkan badannya untuk melihat siapa yang berbicara padanya. Dia melihat Jefan laki-laki yang paling dia benci sampai membuat tubuhnya penuh luka. Kedua tangan Rahza mengepal kuat saat matanya bertemu dengan

Jefan membuang putung rokok lalu mematikan asap rokok dengan menginjaknya. Jefan berjalan menghampiri Rahza dengan langkah lebar. Setelah dirasa dekat, langkahnya yang tadi cepat kini ia lambatkan. Gadis itu yang sudah di penuhi kebencian membuatnya semakin terbakar emosi melihat wajah Jefan yang terlihat begitu santai. Baru juga jaraknya hanya tiga langkah lagi. Dengan cepat dia langsung menendang dada jefan dengan tenaga yang cukup kuat. Tendangan gadis itu membuat tubuhnya langsung tersungkur.

Rasa nyeri di dada menjalar di tubuhnya. Hanya karena tendangan seorang cewek. Jefan meringis pelan. Dengan sisa tenaga dan angkuhnya, dia kembali berdiri untuk menghadap ke hadapan Rahza. Sesantai itukah dia? Apa dia gak mau minta maaf?

Tubuhnya berdiri dengan tegap dan gagah. Sorot mata tajam mengarah ke arahnya. Dengan angkuh dia menaikan dagunya. Dia berjalan beberapa langkah untuk mendekat di tubuh gadis itu. "Ini semua masih permulaan. Bukan akhir dari permainan ini"

Jefan terlihat meremehkan mentalnya. Dia berfikir kalau Rahza sama kayak siswa lain jika setelah mengalami pembulian pasti mereka akan keluar dari sekolah itu sekarang juga. Tapi dugaan Jefan tak sesuai dengan ekspetasinya. Bukannya wajah ketakutan yang terpampang di wajahnya, tapi justru senyuman psikopat yang berdarah dingin. Dengan santainya Rahza tersenyum miring mendengar ancaman Jefan, "Gue tunggu, permainan selanjutnya"

Saat Rahza akan berjalan meninggalkan Jefan di rooftop. Dengan cepat Jefan menarik pergelangan tangan Rahza. Jefan dengan kasarnya dia menarik tangannya untuk membawa Rahza pergi dari sana.

Jefan mengajaknya untuk menuju ke ruangan dimana titik kumpul anggota inti dragontrail berkumpul. Pintu yang ada di depan mereka baru saja terbuka. Ketika Rahza melihat seisi ruangan itu dia begitu tercengang. Melihat keindahan desain interior dengan konsep industrial di ruangan markas dragontrail. Furniture terlihat begitu minimalis dengan material kayu dan besi. Material dinding juga terlihat sederhana. Terdapat beberapa pajangan foto anggota mereka. bahkan tak terlihat menyeramkan, tapi memberi kesan nyaman.

"Duduk!" Jefan menyuruh Rahza duduk di sofa cokelat yang selalu di duduki anak Dragontrail.

Rahza melipat kedua tangannya di depan dada, sembari memalingkan wajahnya."Gak mau!" Dengan sombong dia menolak perintah cowok itu.

"Duduk!"

"Apaan sih. Udah gue bilang enggak ya enggak! don't push it" Rahza begitu malas harus meladeni perintah cowok itu. Baru juga pantatnya beranjak dari tempat duduk. Jefan langsung mendorong tubuh Rahza untuk duduk.

sweet but fierce (REVISI)Where stories live. Discover now