35| MATI

13.3K 807 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mereka semua berhenti di depan markas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mereka semua berhenti di depan markas. Dengan cepat mereka melepas helm lalu menaruh di atas motor.

Jefan langsung berjalan menuju ke dalam markas, dan di ikuti seluruh anggota dragontrail. Betapa terkejutnya mereka, seluruh dalam markas hancur semua.

Banyak coretan dinding, gambar ejekan, kata-kata kasar. Seluruh meja di balik, foto yang terpajang pecah, sofa yang selalu buat nongkrong sobek semua.

"Gila, kok bisa kayak gini markas kita" Tara menggelengkan kepalanya heran.

"Resia, apa yang terjadi?!"

"Gue juga gak tau Jef, waktu gue sama anak-anak lain dateng, markas kondisi udah begini. Sebelumnya waktu kita ke sini, kondisi baik-baik aja. Tapi waktu kita balik, markas jadi berantakan. Gue juga gak tau ini ulah siapa"

"Apa.. orang misterius itu, ada hubungannya Jef?!" Ujar Tiger mengerutkan keningnya.

"Bisa jadi. Kita harus cari orang itu sekarang juga, sebelum mereka kabur begitu jauh. Gue yakin mereka masih di sekitar kita buat awasin"

Mereka semua mengangguk setuju.

"Kita bagi tiga kelompok. Resia, Lo sama 49 lainnya cari sebelah kiri. Ryan, Lo sama 49 anak lainnya cari sebelah kanan. Markas, biar gue sama sisa anggota lainnya, buat memperbaiki markas ini, sekaligus menjaga area sini"

"SIAP BOS!" ujar mereka secara bersamaan.

Mereka semua yang sudah terbagi beberapa orang, langsung menuruti perintah bos mereka. Suara mesin motor begitu nyaring, karena mereka harus segera mencari pelaku itu.

"Punya masalah apa sih tu orang, Sampek segininya" ujar Tara mengeluh. Cowok itu menyapu pecahan kaca di lantai.

"Gabut mungkin" balas Tiger, yang lagi sibuk memperbaiki meja di tempat semula.

"Gabut pala lo pe'a" dia menepuk pantat Tiger, dengan ujung sapu yang dia bawa.

Mata Tiger membulat kaget, dia langsung memegangi patatnya, "Eh, pelecehan lo tar. Gue laporin polisi tau rasa lu"

"Bodo amat" cowok itu melanjutkan menyapunya.

"Kayaknya, tu musuh punya masalah besar sama kita" ujar Nicole dengan merapikan benda pajangan yang terjatuh.

Mata mereka langsung menyorot ke arah Nicole. Cowok itu melihat semua orang di dalam markas, memandangi dengan tatapan tajam, kecuali Bara yang tenang.

"Ke-napa Lo semua lihatin gue gitu?" Nicole sedikit gugup, karena tatapan mereka begitu menyeramkan.

"Balas dendam" ujar Rega dengan wajah santainya.

Kini pandangan mereka beralih ke Rega semua, cowok itu hanya santai ketika di lihat oleh semua anak dragontrail. Nicole sendiri aja udah gugup setengah mati.

"Kalau dia mau bales dendam, emang.. mereka mau bales dendam ke siapa?!" Tanya Nicole.

Mata Tara gak sengaja melihat coretan di dinding putih, ukuran yang begitu besar. Tinta berwarna hitam, dengan tetesan darah yang mengalir di tulisan itu.

Dinding putih itu tertulis "Raja dan Ratu kalian harus mati sekarang juga!"

Mereka semua terkejut bukan main. Pesan yang membuat mereka menjadi kebingungan. Apalagi terlihat kata Ratu.

Ya, ratu yang mereka sebut dialah Diva. Ratu yang selalu mereka lindungi.

"Diva" ujar mereka bersamaan, mereka semua kini saling menatap satu sama lain.

"Kalau Raja, apa itu..." Tara memandangi Jefan yang berada di depannya.

Sorot mata mereka mengikuti arah Tara menatap.

"Apa.... mereka ngincar lo sama diva?" Lanjut Tara.

"Kenapa mereka ngincar gue?!" Jefan menaikan satu alisnya.

~~~

Diva yang baru saja membersihkan tubuhnya. Dia duduk di meja rias. Baju berwarna hitam, dengan gambar bunga matahari. Celana pendek jeans berwarna putih.

Ia baru saja bangun dari tidurnya. Kuncir di depannya, dia ambil. Lalu menguncir satu ekor kuda.

Saat membuka laci meja rias, dia melihat sebuah kotak kecil berwarna merah. Dia mengerutkan keningnya, bagaimana bisa ada kotak asing di laci sana.

Tombol di dekat lampu saklar kamar mandi. Dia tekan sampai berbunyi seperti bel. Tiga pelayan memasuki kamar Diva dengan cepat.

Pelayan itu berbaris rapi menghadap tuannya. Tak lupa menundukkan kepalanya sebagai salam hormat.

"Siapa yang berani memasuki kamar saya tanpa izin sedikitpun!!" tubuhnya berdiri beranjak dari kursi, kursi itu terdorong dengan kasar ke belakang.

"Maaf non, saya" salah satu pelayan rambut hitam, dengan di gulung di atas kepala, dan bando putih di atas kepala. Dia mengangkat satu tangan kanannya ke atas, dengan sedikit gugup.

Mereka memakai baju pelayan yang sama, hanya penampilan yang berbeda.

"Sudah berapa kali saya bilang. Jangan pernah memasuki kamar saya tanpa izin dari saya! Saya gak pernah izinin kalian masuk, tapi kenapa kalian malah melanggar perintah saya"

"Maaf non, saya memang salah" ujar pelayan itu sambil menundukkan kepalanya.

"Kalian tau kan, konsekuensinya!"

Mereka semua mengangguk pelan. Sambil menundukkan kepala, mereka gak berani menatap mata gadis itu.

"Maaf non, saya kemarin harus lancang masuk ke kamar non. Kemarin waktu selesai acara di hari ulang tahun non, ada pelayan yang memberikan kotak itu ke saya, katanya "tolong beri kotak ini ke non diva" dia juga bilang kalau hadiah itu dari "star"  Ujar pelayan itu panjang lebar.

Gadis itu yang mendengarnya terdiam. Dia bingung bagaimana seorang Bintang bisa memberikan hadiah.

"Yaudah, kalian boleh pergi" ujar Diva dengan nada sedikit gemetar.

Semua pelayan itu yang mendengarnya, langsung menuruti perintah majikannya.

Diva yang penasaran, dia membuka tali yang mengikat di kotak itu. Saat dia membukanya, dia melihat sebuah miniatur kecil berbentuk pisau, dan lumuran darah yang berbau menyengat.

Terdapat juga sebuah kertas kecil yang di gulung di dalam kotak. Ia langsung mengambil kertas itu. Lalu membukanya.

"Mau ku bantu untuk mati?"  Baca Diva dalam hati.

Muka Diva langsung berubah pucat, tubuhnya gemetar, dia takut sosok Bintang akan balas dendam ke dirinya.

Di pojok ruangan dekat pintu, dia melihat bayangan Bintang membawa pisau berlumuran darah. Dengan senyuman psikopat, seperti ingin menghabisi dirinya.

"MAMI!!!" Reflek dia berteriak sekeras mungkin karena ketakutannya. Teriakan itu membuat seluruh di dalam rumah menghampiri Diva.

Zian yang melihat kondisi putrinya sedikit khawatir. Ia langsung memeluk tubuh Diva untuk menenangkannya.

"Sayang kamu kenapa" ibu jarinya mengelus punggung putrinya untuk menenangkan.

"Diva takut mi..." Ujarnya bergetar.

"Kamu gak papa kok sayang, ada mami di sini, tenang ya"

Gadis itu mengangguk lemas. Dia seakan di hantui oleh kesalahan yang pernah ia lakukan.

°°°

GO NEXT

sweet but fierce (REVISI)Where stories live. Discover now