16| Kerinduan Rahza

18.2K 1.1K 5
                                    

Rega dengan teliti fokus mengobati luka di tangan Diva, dia membalut perban baru ke tangan Diva, dengan berhati-hati.

Jefan dari tadi hanya terdiam, terlihat tatapan Jefan begitu kosong, dia masih memikirkan siapa Rio sebenarnya, bagaimana dia bisa tau semuanya.

"Siapa sih tu cowok, apa gue pernah ketemu dia, kenapa dia bisa tau semuanya, dan kenapa, dia bisa dekat sama Rahza" ujar Jefan dalam hati.

Tara yang melihat Jefan melamun, dia memukul kepala Jefan dari belakang, sampai Jefan tersadar.

Jefan menatap Tara dengan tatapan tajam, dia tak suka jika ada seseorang yang memukul kepalanya, "Tara! Lo berani mukul gue?!!"

Tara yang melihat Jefan marah, dia langsung ketakutan, "ma-maaf, ya habisnya, Lo ngelamun" Tara tak berani menatap mata jefan, dia menundukkan pandangannya.

"Mikirin apaan sih lo?!" Ujar Nicole dengan menghisap rokok di tangan kanan.

"Siapa lagi, kalau bukan Rahza" Tara yang ceplas-ceplos, dan memang itu nyatanya.

Karena Tara, memang melihat kejadian sebenarnya bersama Jefan.

Diva yang mendengar Tara berbicara seperti itu, tangan kirinya mengepal dengan kuat, terlihat sorot mata Diva yang ingin menghabisi Rahza.

"Lo suka sama Rahza?!" Tanya Tiger dengan hebohnya sendiri.

"Jef, lo gak bisa cari cewek lain, cewek murahan lo pilih, rendah banget sih selera lo" Bara memutar bola mata malas, dia tak suka jika Jefan akan berpacaran dengan Rahza.

Jefan yang mendengar hinaan itu, tangannya kini mengepal dengan kuat, sampai urat nadinya terlihat dengan jelas, Jefan langsung menarik kra baju Bara, tangannya sudah mengangkat di depan wajah Bara, hampir saja Bara di pukul dengan Jefan, tapi Jefan langsung memberhentikannya sendiri.

Sorot mata jefan terlihat begitu marah, tatapan tajamnya tak terhindar dari Bara, dia melepaskan tangannya dari kra baju Bara.

Jefan yang terbawa suasana, dia berjalan pergi menjauh dari mereka.

Mereka semua menatap ke arah Jefan, yang berjalan pergi meninggalkan mereka.

~~~

Rahza menatap mata kakaknya, yang fokus menyetir mobil, "Kak"

"Yes"

"Kenapa lo.. bisa tau nama mereka, gue gak pernah cerita sama lo"

Bibir Rio tersenyum tipis, tangan kiri Rio, mengelus-elus kepala Rahza dengan tangan kanan fokus menyetir, "Gue tau, semua rahasia lo baby"

Rahza yang mendengarnya, matanya membulat kaget, dia tak menyangka selama ini kakaknya tau rahasia terbesar Rahza, Rio melepaskan tangannya dari kepala Rahza, tangannya kembali fokus menyetir.

"Kok Lo bisa tau?!"

Rio kembali tersenyum tipis, "Lo gak perlu tau, gue dapat sumber kebenaran itu dari mana"

Rahza menghela nafas berat, dia tak menyangka, rahasia yang begitu besar dalam hidupnya, kini telah di ketahui oleh satu orang, yaitu kakaknya sendiri.

"Jadi, kakak tau apa maksud gue, datang ke sekolah mereka?!"

"Yes, of course. Walaupun lo tutup masalah lo rapat-rapat, semuanya akan terbongkar perlahan baby"

"Kak, gue gak mau, kalau lo sampai cerita ke semua orang, apalagi kalau Mommy and Dady tau, mereka pasti kecewa sama gue"

Rio mengelus-elus pundak Rahza dengan lembut, dia tau betul bagaimana perasaan Rahza saat ini, pasti akan sulit di posisinya sekarang.

"Gue gak akan bilang mereka, Lo tenang aja. Tapi.. dengan satu syarat" sesekali mata Rio melirik ke arah Rahza, dengan fokus menyetir.

"Syarat apa?!" Rahza di buat semakin bingung, dengan apa yang di katakan Rio.

"Jangan biarin mereka sedikitpun lukai lo, kalau mereka berani lukai lo, bales luka itu yang sama, seperti apa yang mereka beri ke lo, kalau lo langgar perintah itu, gue yang akan balas lebih besar ke mereka."

Rahza mengangguk, dia menyetujui persyaratan itu, "Oke, gue gak keberatan"

"Good baby" Rio menarik tangan Rahza, dia mengecup punggung tangan adik kecilnya, dengan menatap sesekali ke Rahza, "Jaga diri lo baik-baik"

~~~

Rahza asyik menonton film di laptop, dengan tidur tengkurap di atas bed miliknya, terlihat jam dinding menunjukkan pukul delapan malam.

Lagi asyik menonton, ponsel di sampingnya tiba-tiba berdering, dia melihat ada nomor tak dikenal, dengan tanpa nama, Rahza yang merasa tak kenal dengan nomor itu, dia menekan tombol merah untuk menolak panggilan.

Rahza kembali menonton film dengan serius, baru satu menit dia kembali menonton, ponselnya kembali berdering, ia melihat nomor yang sama seperti barusan.

Dia lagi-lagi menolak panggilan tersebut, Rahza langsung mengpause film itu, dia mengotak-atik ponselnya, ada notivikasi baru dari ponselnya, nomor yang barusan menelfon, dia kini malah mengirim WhatsApp ke Rahza.

Dia mengecek pesan WhatsApp tersebut, nomor tak dikenal, dengan tanpa profil.

Rahza yang melihat pesan barusan, dia hanya tersenyum meremehkan ancaman Diva, Rahza menutup kembali ponselnya, dengan menaruh ponsel di sampingnya kembali seperti tadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Rahza yang melihat pesan barusan, dia hanya tersenyum meremehkan ancaman Diva, Rahza menutup kembali ponselnya, dengan menaruh ponsel di sampingnya kembali seperti tadi.

Dia kembali menekan tombol play di laptopnya, Rahza masih saja melanjutkan menonton film favorit dia, apalagi, film yang paling favorit seperti superhero.

~~~

Rahza memang memiliki paras yang begitu cantik, walupun rambutnya yang acak-acakan, masih saja dia terlihat cantik.

Ia duduk di depan cermin, sambil menyisir rambut panjangnya.

Viana berdiri di depan pintu kamar putrinya, dia mengetok pintu dengan lembut, Rahza yang mendengar suara ketokan pintu dari dalam.

"Masuk aja! Gak di kunci!" Ujar Rahza dengan lantang.

Viana yang mendengar persetujuan dari Rahza, dia langsung membuka pintu kamar putrinya, dia melihat ada Rahza yang lagi kesulitan untuk menyisir rambutnya yang panjang.

Dia berjalan mendekat ke Rahza, Viana langsung mengambil sisir dari tangan Rahza, dia membantu menyisirkan rambutnya.

Rahza melihat Viana lewat depan cermin, "Mom, Dady kapan pulang sih?!"

Saat mendengarkan pertanyaan putrinya, mata Viana langsung terlihat seduh, ekspresi Viana juga terlihat sedih.

Semenjak Rahza datang ke Jakarta, dia tak pernah sedikitpun melihat kehadiran Revan, bahkan sudah satu bulan dia di Jakarta, tak melihat sosok dadynya berada di rumah, Rahza benar-benar rindu dengan sosok pria gagah-Revan.

Revan sudah dua bulan pergi Melbourne, untuk mengurus bisnisnya yang di sana, selama dua bulan itupun, Viana selalu sendirian di Jakarta, dia hanya bersama pembantu di rumahnya yang megah layaknya istana.

"Mommy juga kurang tau, mungkin.. Dady masih sibuk di Melbourne" Ujar Viana dengan menyisir rambut Rahza.

°°°

GO NEXT

sweet but fierce (REVISI)Where stories live. Discover now