14| Ancaman

18.4K 1.2K 8
                                    

Baru mereka berjalan lima langkah, Rahza melepaskan cengkraman tangan dari Jefan, jelas hal itu membuat Rahza mudah melepaskan, karena cengkraman Jefan tak begitu kuat.

"Gue udah peringatin lo, jangan pernah lo sentuh gue sedikitpun!! atau lo terima akibatnya!!"

"Lo mau lukai tangan gue?! Silahkan" Dengan santai, Jefan mengulurkan tangannya untuk memberikan ke Rahza.

Mereka semua terdiam, melihat kejadian itu, Rega yang merasa itu semua ulahnya, dia tak akan membiarkan Jefan menjadi korban selanjutnya.

Rega berlari ke arah Jefan, dia berdiri di depan tubuh Jefan, untuk melindungi sahabat kecilnya.

Jefan yang melihat Rega melindunginya, dia menarik tubuh Rega untuk mundur, tapi sayangnya, Rega masih berdiri dengan kokoh.

"Kalau lo mau lukai Jefan, lo salah besar Rahza, karena mereka gak salah"

"Ouh.. jadi, lo mau tangan lo, gue buat kayak adik kesayangan lo?" Rahza melipat kedua tangan di depan dada, "Tapi.. sayangnya, gue lebih tertarik membuat mereka berdua terluka, dari pada diri lo" Rahza tersenyum miring.

"Lo terlalu baik Rega, lo gak layak untuk melindungi mereka. Mereka udah melakukan hal yang salah, sampai membuat orang lain menjadi korban keegoisan mereka, tapi lo, lebih memilih orang yang bersalah, walaupun lo tau, mana yang salah dan benar." Rahza melangkahkan kakinya, berjalan pergi menjauh dari mereka semua, sahabat Rahza mengikuti kemana Rahza pergi dari belakang.

Perkataan Rahza membuat Rega menjadi merasa bimbang, dengan dirinya sendiri, dia menjadi bingung dengan jati dirinya, Rega merasa, dirinya telah menjadi orang jahat, yang sudah tak memiliki perasaan.

Tatapan Rega seketika menjadi kosong, semua orang yang menyaksikan, bubar perlahan, Diva masih meringis kesakitan, Rega langsung tersadar, ketika mendengar suara rintihan kesakitan dari adik kecilnya.

"Diva" ujar Rega, matanya membulat kaget, melihat darah terus mengalir ke lantai.

Goresan yang di buat Rahza, membuat luka yang dalam, sampai darah di tangan Diva terus mengalir.

Rega mengambil sapu tangan dari saku celana kanan, dia mengikatkan sapu tangan itu ke telapak tangan kiri Diva, agar pendarahan berhenti.

"Ayo ke rumah sakit" Rega merangkul pundak Diva, untuk mengantarkan adiknya ke rumah sakit, "Tara, siapin mobil gue!" Lanjut Rega.

Tara yang mendengar perintah Rega, dia bergegas dengan cepat, menuju parkiran, untuk menyiapkan mobil Rega.

"Kak sakit..." Air mata Diva masih terus menetes di pipinya, dia tak kuat merasakan sakit yang begitu luar biasa.

"Tenang ya" Rega mengelus-elus pundak Diva, untuk menyalurkan kekuatan, agar adik kecilnya dapan menahan rasa sakit.

~~~

Mobil mewah milik Rahza, berhenti di depan coffee shop, Rahza turun dari mobil, dengan ikuti keempat sahabatnya.

Rahza menutup pintu mobil, dia berjalan memasuki coffee shop, dengan di ikuti sahabat Rahza.

Yela melihat sekeliling cafe, sambil mencari tempat kosong untuk mereka, "Eh, ada tempat kosong, jom kesana" yela menarik tangan Reta menuju tempat yang di maksud Yela.

Suana di cafe dengan atap terbuka—outdoor—begitu ramai, dengan suasana langit yang indah, matahari hampir tenggelam, mereka duduk di sana.

Reta, Rahza, duduk berhadapan dengan Alana, Ayana, dan Yela.

Yela mengangkat tangannya, untuk memanggil pelayan wanita, yang lagi mencatat pesanan orang, pelayang itu yang melihat Yela, dia langsung menghampiri Yela dan yang lain.

sweet but fierce (REVISI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora