60| Berita duka

11.1K 796 17
                                    

"Aku tinggal dulu ya" Lanjutnya, dengan menepuk pundak Yuda. Untuk menyalurkan kekuatan.

Langkah kaki Zian berhenti, di depan pintu kamar putranya.

"Sayang, ini mami. Mami boleh masuk?" Tanyanya dengan lembut. Dia mengetok kamar Rega, tapi tak kunjung ada jawaban dari dalam kamar. Tanpa menunggu jawaban, dia membuka pintu itu.

Betapa syoknya, dia melihat kondisi putranya, yang sangat memprihatikan. Kondisi tubuhnya yang terlihat kurus, rambut acak-acakan, pakaian yang lusuh.

Kamar Rega juga begitu berantakan, sangat berantakan. Zian langsung memeluk tubuh Rega, yang bersandar di dinding. Dengan posisi duduk meringkuk. Matanya terus mengeluarkan air mata, pipinya di basahi dengan air mata. Matanya yang membengkak, dengan mata panda.

Pelukan yang begitu hangat dia rasakan, sangat hangat. Pelukan sosok ibu memang pelukan ternyaman. Setiap anak mungkin merasakan itu, tapi juga ada beberapa yang tidak merasakan, kehangatan sosok ibu maupun sosok ayah.

Di dalam dekapan yang sangat hangat, dia menangis terisak-isak. 

"Ini semua salah Rega mi. Rega gagal jadi kakak buat Diva, Rega gagal jadi sosok kakak yang baik buat dia. Rega gak pantas jadi sosok kakak bagi dia. Rega gagal mi, Rega gagal." Ujarnya, dengan terus menangis. Isakkan tangis yang begitu semakin terdengar kencang di telinga Zian. "Ini semua salah Rega" Dia terus memukuli tubuhnya sendiri.

Zian langsung menghentikan tindakan putranya, dia memeluk tubuh Rega lebih erat. "Please stop, ini semua bukan salah kamu. Kamu udah berhasil jadi kakak yang baik buat dia, kalau kamu bukan sosok kakak yang baik. Mungkin kamu gak akan mau terus di sakiti sama papi. Kamu gak boleh kayak gini terus rega, kamu harus bisa bangkit. Ya sayang." Ujarnya dengan mengelus punggung Rega dengan lembut. Untuk memberinya kekuatan.

Cowok itu hanya diam, dia tak menjawab perkataan Zian.

~~~

Si cowok misterius, berpakaian serba hitam. Dia menghampiri Diva kembali ke ruang kosong, sambil membawa nampan berisi obat dan makanan. Badan cowok itu berjongkok di hadapan diva. Nampan yang ia bawa, dia taruh di bawah kursi, tempat di mana Diva terikat. 

Satu gelas berisi air putih dan satu tablet obat, dia ambil. Lalu ia berikan ke Diva. Dia memaksa membuka mulut Diva dengan kasar, agar mulutnya terbuka. 

"Ayo minum!" Bentak si cowok. Sembari mencengkram dagu Diva. 

Mulutnya terbuka sedikit. Si cowok langsung memasukan satu obat ke mulutnya, dengan paksa. Setelah masuk ke mulutnya, dia memberikan air ke Diva. Masih dengan cara yang sama, ya, dengan pemaksaan.

Mau gak mau, diva harus meneguk obat yang di berikan si cowok  misterius. Setelah melihat Diva meminum obatnya, dia berjalan pergi meninggalkan Diva sendiri. Sebelum pergi, tak lupa mengambil nampannya terlebih dahulu.

~~~

Rahza berbaring di atas bed, dengan posisi tidur tengkurap. Sambil menonton film di laptop, film yang ia sukai, selalu tentang misteri atau psikopat. Ponsel yang ia taruh di meja belajar berdering, ia mengambil ponsel miliknya. 

Nama kontak Gio terpampang di layarnya. Ia langsung mengangkat panggilan, dari Gio sahabatnya. 

"Hem" Rahza kembali ke ranjangnya. Untuk kembali menonton film.

"Gue di depan rumah lo" 

Dia yang mendengarnya, sontak tak percaya. Ia langsung mengecek jendela, yang mengarah ke lantai satu. Terlihat dari bawah, Gio melambaikan tangan ke arahnya, sambil tersenyum manis.

Buru-buru Rahza mematikan panggilan dari Gio. Lalu dia berjalan dengan cepat, menuju ke bawah lantai satu, untuk menemui Gio di bawah. 

Terlihat Gio setia menunggu Rahza, dengan masih posisi duduk di atas motor. Bibirnya tersenyum manis, melihat ke hadiran Rahza.

sweet but fierce (REVISI)Where stories live. Discover now