69| Jebakan

10.6K 836 84
                                    

Ini part yang paling panjang teksnya, ada 2000 kata lebih di part 69 kali ini.
Sebenernya pengen selesai ceritanya di bab ini, tapi sayangnya kalau di terusin bakal dari 3500 kata lebih (perkiraan). Yang ada bakal ngantuk kalian. 
Segini dulu aja ya. Maaf malem-malem upnya, karena baru selesai ngetiknya. 

Bye bye gays :)

~~~

Banyak wartawan yang telah bersiap di depan rumah Yuda. Mereka berkerumun di sana, untuk menunggu Yuda keluar dari rumah itu.

Mereka berkumpul di sana, bukan tanpa alasan. Tetapi karena rekaman terjadinya kecelakaan, dan terdapat barang bukti bahwa Yuda di balik dalang semuanya. Seseorang telah mengumpulkan bukti kematian Adi dan Mella, dan juga Bintang yang telah di jadikan satu file.

Tanpa butuh waktu lama, file itu tersebar luas ke sosmed. Tujuan para wartawan ke sana, ingin mempertanyakan apakah itu benar adanya dari rekaman maupun file itu.

Kemana ya dia? Lama banget gak keluar-keluar.

Kayaknya dia kabur deh.

Ada benernya juga sih.

Kalau mereka takut, emang itu yang sebenernya terjadi kali ya?

Wah parah sih, kalau emang itu faktanya.

Mana sih mereka, udah tiga jam loh kita tunggu.

Para wartawan sibuk membicarakan Yuda.

Dari arah kejauhan, terdapat seseorang misterius. Orang itu mengenakan pakaian serba hitam, dia mengenakan hoodie hitam yang menutupi kepalanya. Tak lupa topeng badut putih di wajahnya.

Orang itu berdiri di atas rooftop. Untuk memantau pergerakan rumah itu, di depannya juga telah siap senapan.

~~~

Semua orang berkumpul di ruang rawat Diva. Gadis itu masih terbangun, tapi kondisinya masih sangat lemas. Tapi berbeda dengan Jefan, dia bukannya istirahat, tapi ikut berkumpul di sana.

Tangannya masih di pasang dengan infus. Jefan, Nicole, Tiger duduk di sofa putih untuk tamu. Rega sendiri duduk di samping ranjang sang adik. Tara, Bara, dan Ergan sibuk bermain game di layar ponsel mereka, sambil duduk bersila di lantai.

"Lo gapapa kan. Masih ada yang sakit?" Tanya Rega dengan lembut.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, dengan tersenyum tipis. "Nggak ada kak, gue baik-baik aja kok" Tangannya menyentuh pipi, yang di balut perban. Dia teringat betapa menyiksanya, saat terjadi penculikan waktu itu.

Tiba-tiba Diva menangis. Mereka semua yang melihatnya kaget, sekaligus heran.

"Eh div. Lo kenapa nangis?" Tanya Tiger yang penasaran.

"Kak.. gue ngerasa bersalah sama Bintang. Ini semua salah gue, kalau gue gak lakuin itu semua ke dia. Mungkin kalian semua baik-baik aja. Gue bener-bener ngerasa bersalah..." Ujarnya dengan terus menangis.

Cowok itu memeluk tubuh Diva dengan erat, dia menangis di pelukan kakaknya itu. "Semua udah terjadi. Ini memang yang seharusnya kita terima, kita harus bisa terima ini semua. Maafin gue ya, gue gak bisa bimbing lo jadi adik yang baik. Gue minta maaf." Bisiknya. Sembari memeluk tubuh Diva.

"Lo tenang ya. Semua udah selesai" ujar Rega.

Mendengar perkataan Rega. Yang tadinya Ergan fokus bermain ml, kini tangannya berhenti memainkan ponselnya itu.

"Belum, semuanya belum selesai." Ucap Ergan tiba-tiba.

Mereka semua bingung, dengan maksud sang tertua mereka. 

sweet but fierce (REVISI)Where stories live. Discover now