08. Ikut Kajian

36K 3.9K 76
                                    

Happy reading

***

Liana tersenyum. Lalu melepaskan mukena yang ia pakai, melipatnya dengan rapi dan ditaruh ke tempat biasa dirinya menaruh mukena tersebut.

Sudah dua hari berlalu sejak Liana bertaubat, perubahannya semakin bagus, yang membuat Hawa ikut senang karena ternyata Liana memang benar-benar ingin kembali ke jalan-Nya.

"Nanti malam ada kajian di masjid dekat rumah Mbak. Yang ngisi Abi. Kamu mau ikut?" tawar Hawa. Perempuan yang baru saja selesai memasang hijab birunya itu ingin mengajak Liana, supaya dia juga ada temannya.

Namun, Liana membalas dengan kerutan di dahi, "Kajian? Kajian itu apa, Mbak?"

Dengan senyum yang mengembang, Hawa menjawab, "Kajian itu semacam ceramah, tapi lebih mempelajari hal-hal yang kaitannya sama Islam dari banyak aspek. Kalo umumnya kajian ini termasuk studi Islam. Cakupan dari kajian juga luas, gak cuma bahas tentang syariat sama ajaran Islam aja, tapi juga disiplin ilmu lain misalnya filsafat dan kebudayaan."

Liana mengangguk-anggukkan kepalanya. "Pasti manfaatnya banyak, ya, Mbak?"

"Pasti. Karena tujuan dari kajian juga, kan, buat ngasih muslim atau muslimah pemahaman mendalam tentang ajaran agama Islam, dan kalau bisa materi dari kajian itu langsung diamalkan setelah pulang," jawab Hawa dengan sabar.

Walau sebenarnya hal ini umum, tetapi tidak semua orang paham makna sebenar dari kajian itu apa. Bahkan di zaman sekarang, banyak yang mengikuti kajian hanya karena trend atau bahkan hanya ingin terlihat alim di mata orang lain.

Tidak semua seperti itu, tetapi beberapa ada yang seperti itu.

Jika kita mengetahui makna dari kajian sebenarnya itu apa, pastilah kita serius dan mengamalkan apa yang dijelaskan oleh pemateri kajian tersebut. Bukan hanya ikut tetapi tidak mengamalkannya.

Liana hanya memandang Hawa dan tersenyum tipis. "Aku ikut deh, Mbak. Tapi harus pakai hijab, ya?"

"Kalau ini iya, tapi sebagai seorang muslimah, berhijab itu hukumnya wajib, bukan cuma dipakai pas acara kajian aja. Kamu bisa mulai pakai dari acara kajian, siapa tahu lama-lama terbiasa," ujar Hawa.

Tiba-tiba, Liana memeluk Hawa tanpa aba-aba, membuat kakak kedua Imam itu cukup terkejut. Tangan yang tadinya tidak membalas pelukan itu, kini mengelus punggung Liana.

Hangat.

Liana merasakan kehangatan begitu memeluk Hawa. "Makasih, Mbak. Makasih banyak atas apa yang udah Mbak ajarin ke aku."

"Sama-sama, Liana. Selagi Mbak tahu dan bisa berbagi ilmu sama kamu, Mbak bantu."

Beberapa menit, Liana melepaskan pelukan itu. "Gak nyangka aku bisa ketemu orang sebaik Mbak Hawa dan keluarga Imam."

"Mbak juga beruntung ketemu kamu."

***

Telinga yang biasanya mendengar dentuman musik DJ, kini mendengar alunan-alunan salawat yang membuat hati merasa tenang. Liana, perempuan itu baru saja sampai di tempat kajian bersama Hawa, tersenyum lebar karena baru kali ini dirinya melihat keindahan yang berbeda di matanya.

Keindahan yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang kuat bertahan di sini.

"Mbak," panggil Liana lirih.

Karena suara dari para pemain hadroh itu besar, Hawa sedikit berteriak untuk menjawab, "Kenapa?"

"Rame," balas Liana.

Cinta Suci Gus Imam || New VersionWhere stories live. Discover now