09. Keseriusan Imam

34.2K 3.9K 116
                                    

Happy reading

***

Liana memberanikan diri untuk keluar dari kamar, lalu duduk di antara Hawa dan Zulaikha. Perempuan yang tidak memakai hijab karena belum terbiasa itu menunduk malu, serasa seperti akan dilamar.

Namun, memang sebenarnya begitu, 'kan? Kedatangan Imam dan keluarga ke sini untuk membahas pernikahan mereka.

Hawa tidak memaksa Liana untuk memakai hijab, karena mungkin memang perempuan tersebut masih merasa dirinya belum pantas. Ya, mungkin setelah menikah dengan Imam, Liana bisa dibimbing lebih lanjut nantinya.

Imam dan Liana sama-sama menunduk.

Keadaan canggung. Liana merasa asing duduk di antara keluarga yang nyaris sempurna ini. Ah, bahkan bisa dikatakan sempurna karena semuanya paham agama.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam Farhan, membuka obrolan mereka daripada berlama-lama.

Semua menjawab dengan kompak, "Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Farhan menarik napas dan mengembuskannya perlahan sebelum berbicara lebih lanjut. Abi dari Gus Imam itu melirik ke anaknya yang kini sudah fokus memperhatikannya, bukan lagi menunduk.

Tersenyum tipis, Farhan melanjutkan, "Baiklah. Dari apa yang sudah Imam katakan kepada saya, dari apa yang sudah Imam yakinin ke saya, saya rasa memang ini saatnya."

Baru juga mendengar kalimat itu, jantung Liana sudah berdegup kencang.

"Nak--Liana? Benar?" Liana mengangguk ketika namanya disebut. "Baik, Nak Liana. Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan ke kamu. Saya harap kamu mau menjawabnya dengan jujur."

Hawa yang berada di sebelah Liana, merasakan gugupnya perempuan itu. "Kamu tenang aja, Abi memang tegas kalau bicara. Tapi aslinya baik, kok," bisik Hawa pada Liana.

Liana pun menoleh dan hanya bisa mengangguk kecil. Farhan memang terlihat begitu tegas. Auranya, kharismanya, tidak bisa dibantahkan lagi, persis seperti Kiai Sulaiman dan mungkin Imam akan mewarisinya juga.

"Jadi begini, Imam sudah cerita ke saya tentang pertemuan awal kalian dengan jujur. Dan, Imam yakin kamu adalah pilihan yang tepat, karena Imam sudah menemukan jawaban dari salat Istikharah-nya. Padahal, kita semua kasih waktu satu minggu sebagaimana maksimalnya permintaan doa mengenai jodoh dalam salat itu. Tapi, Allah beri jawaban itu dengan cepat. Pertanyaan saya, apa kamu juga sudah menemukan jawaban itu?" tanya Farhan tanpa ada nada emosi atau apa pun. Abi dari Imam ini bertanya lembut tetapi tidak mendayu.

Liana menoleh sekilas ke arah Hawa dan Zulaikha bergantian. Rasanya sungguh deg-degan.

"S-saya masih belum tahu, Ustaz. Saya belum yakin bisa memantaskan diri untuk anak Ustaz," jawab Liana jujur.

Farhan melirik ke arah Imam. "Gimana, Mam? Masih mau kasih Liana waktu?"

Imam menggeleng pelan.

"Ekhem," deham Farhan. "Apa masih belum ada tanda-tanda dari jawaban salat Istikharah yang Nak Liana kerjakan?"

Hawa menyenggol perempuan itu. Lalu berbisik, "Kamu mimpi sesuatu setelah salat gak? Yang kemarin Mbak bilang? Kalau iya, ceritain aja."

Liana menatap bingung kakak kedua Imam itu.

Zulaikha ikut menyahut dengan berkata lirih, "Ceritain aja gapapa, Li. Kata Hawa, kamu ada mimpi Imam lagi pake baju putih terus kayak keliling di tempat indah, 'kan? Sambil zikir? Itu udah termasuk jawaban dari salat kamu."

Cinta Suci Gus Imam || New VersionWhere stories live. Discover now