26. Kenapa, Zahro?

29.3K 3K 122
                                    

Happy reading

***

"Ning Zahro?"

Ning Zahro berdiri. Dia menundukkan kepala, memundurkan langkah karena merasa sedang disudutkan. Kenapa malah dia yang kena? Bukankah mereka ...

"Bagaimana, Zahro? Bisa dijelaskan?" tanya tante Liana dengan senyum kemenangan. Ning Zahro mendongak dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Katakan saja, lagi pula kamu yang punya ide. Ya, 'kan?"

Seketika Imam menghentakkan tubuhnya. Dilepaslah tubuh yang sudah banyak memar itu oleh dua pria berbadan besar. Ning Zahro semakin mundur ketika Imam melangkah ke arahnya. Sorot mata yang biasanya dijaga untuk tidak menatap yang bukan mahram, kini menatap penuh benci pada Ning Zahro.

"Kenapa? Kenapa mundur, Ning?" tanya Imam yang merasakan dadanya naik-turun. Baru kali ini lelaki itu tak bisa menahan amarah juga tak bisa lagi sabar.

Istrinya, apa salah istrinya pada mereka semua? Lalu, mengapa malah harus mendengar nama Ning Zahro untuk kasus penculikan ini?

"Jawab, Ning!" sentak Imam. Kini lelaki itu sudah berhenti tak jauh dari Ning Zahro. Tatapan kebencian itu masih sama, sesekali meludah ke samping untuk menghilangkan amis darah di bibir.

Hawa hanya bisa menyaksikan dan masih terduduk di sebelah Liana, berharap perempuan itu masih bisa bertahan.

"S-saya... saya terpaksa melakukan ini," lirih Ning Zahro yang masih bisa terdengar oleh mereka, menunduk dalam, memilin gamisnya di sisi tubuh, menggigit bibir bawah karena takut, dan mengatur dirinya supaya tidak menangis.

"Apa yang terpaksa? Apa ini ada kaitannya dengan penolakan saya waktu itu?" tanya Imam, entah dari mana pertanyaan itu muncul.

"Ya. Itu alasannya."

Sabtu pagi, sehari sebelum Ning Zahro pergi dengan Liana, perempuan berhijab syar'i itu pergi ke minimarket dekat rumahnya. Namun, ketika baru saja keluar dari minimarket tersebut, dia dicegat oleh tiga pria berbadan besar dan satu perempuan.

"Permisi? Saya boleh tanya sesuatu?" tanya perempuan itu pada Ning Zahro.

Terpaksa, Ning Zahro mengangguk kecil. "Mau tanya apa?"

"Kamu pernah lihat orang ini? Kali saja dia pernah ketemu kamu. Soalnya kami sudah cari dari ujung ke ujung, gak ada yang tahu. Dia anak saya, kabur dari rumah."

Ning Zahro sedikit terkejut, tetapi dia masih diam tak menjawab. Air liurnya serasa tercekat ketika ingin ditelan. Foto itu ... foto Liana?

Jadi ini orang tuanya Liana? batin Ning Zahro sembari meneliti perempuan di hadapannya itu.

"Hai? Bagaimana? Kamu tahu atau pernah lihat?" tanya perempuan itu seraya melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Ning Zahro.

Ning Zahro menggeleng kecil. "S-saya gak tahu. Kenapa kalian gak lapor polisi aja soal kehilangannya? Mungkin bisa lebih cepat dicari," tanya Ning Zahro.

"Emm, soal itu kami mau cari sendiri. Kami yakin dia gak pernah pergi jauh apalagi sampai pergi dari kota ini."

"Kalau pernah?" tanya Ning Zahro.

"Apa maksud kamu?"

"Gak, saya nanya aja."

Perempuan itu pun mengangguk-anggukkan kepalanya. "Baiklah kalau begitu. Terima kasih, ya?" Ning Zahro mengangguk dan keempat orang yang bertanya itu kembali berjalan untuk menanyakan keberadaan Liana pada orang lain.

Cinta Suci Gus Imam || New VersionWhere stories live. Discover now