13. Bertepuk Sebelah Tangan

33.9K 3.7K 320
                                    

Happy reading

***

Sudah seminggu Imam mengajar di MAN. Kini ia akan pulang ke rumah karena baru saja selesai mengajar.

Setelah tiga hari pernikahan, lelaki itu langsung saja mengajar dan diterima dengan baik di sana. Bahkan belum mengajar saja sudah banyak guru yang kenal dengannya, hanya karena Imam lulusan dari Yaman. Namun, memang lelaki itu sudah lumayan terkenal sejak remaja karena seorang hafiz.

Imam bertemu kembali dengan Zahro dan teman lamanya, yaitu Ibrahim. Imam mengajar Al-Qur'an Hadits, Zahro mengajar Fiqih, dan Ibrahim mengajar Bahasa Arab. Walaupun mereka bertemu, tetapi Zahro jarang bertemu dengan Imam karena gedung perempuan dan laki-laki bersebelahan, bukan satu gedung. Namun sepertinya tidak untuk hari ini.

Entah ada angin ribut dari mana, ketika Imam tengah menunggu taksi online di depan gedung sekolah, tiba-tiba seorang perempuan datang dari arah timur.

"Assalamualaikum, Gus Imam," sapanya ketika sampai.

Lelaki yang disapa pun menjawab, "Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Gus lagi nunggu jemputan?" tanya perempuan itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Ning Zahro. Siapa lagi yang berani mendekati Imam kalau bukan sahabatnya?

Gus Imam menjawab, "Saya lagi nunggu taksi online."

Ning Zahro pun membulatkan mulutnya. "Oh. Saya boleh numpang? Sampai rumah kamu aja gak apa-apa, Gus. Abi belum bisa jemput soalnya. Nanti saya minta jemput pas di rumah Gus aja."

Imam menghela napasnya. Kalau ditolak, Imam juga tak tega meninggalkan perempuan ini sendiri. Kalaupun tidak ditolak, Imam takutnya Zahro berharap kepadanya.

"Boleh, tapi saya hanya menolong kamu, bukan ada maksud lain," jawab Imam datar tanpa mengalihkan pandangannya dari depan, seakan objek jalanan lebih bagus daripada perempuan di sebelahnya ini.

"Ngomong-ngomong, selamat atas pernikahannya ya, Gus. Semoga menjadi keluarga yang selalu mendapat ridho Allah," kata Ning Zahro di sela-sela mereka menunggu taksi.

Biasanya Imam dijemput oleh Fahmi kalau tidak Farhan, tetapi hari ini kedua laki-laki berbeda usia itu tengah sibuk di asrama. Mungkin beberapa hari akan selalu pulang malam.

"Aamiin. Terima kasih atas doanya, Ning. Semoga kamu juga mendapatkan lelaki saleh sebagai pendampingmu," balas Gus Imam. Ning Zahro tersenyum miris mendengarnya.

Tak lama kemudian, taksi datang dan Imam mempersilakan Zahro untuk naik terlebih dahulu.

Ning Zahro kira, Imam akan duduk di sebelahnya. Namun ternyata tidak. Lelaki itu malah duduk di depan, sebelah kursi kemudi.

Setelah semua siap, taksi pun langsung melaju. Di belakang, Zahro melihat Imam dengan tatapan sendunya. Lelaki itu bermain ponsel yang sepertinya tengah bertukar pesan dengan seseorang, yang di mana itu adalah istrinya sendiri.

Zawjati

Kamu pulang jam berapa?

Anda

Ini udah mau pulang, kok. Kenapa? Kamu kangen?

Zawjati

PD banget. Tolong percaya dirinya kurangi ya, Gus. Gak mempan saya mah.

Anda

Saya bisa menerawang kamu, lho. Pasti pipi kamu lagi merah.

Imam tersenyum melihat balasan sang istri dan terkikik dengan apa yang dibalasnya, tanpa tahu bahwa ada hati yang lain, yang tengah memandangnya terluka.

Cinta Suci Gus Imam || New VersionKde žijí příběhy. Začni objevovat