19. Liana Diculik

28.6K 3K 32
                                    

Happy reading

***

Ibrahim

Assalamualaikum, Ning

Anda

Waalaikumsalam. Kenapa, Im?

Ibrahim

Gak kenapa-napa, Ning. Ning kelihatan gak ada di lingkungan gedung siswi, jadi saya nanya abi Ning Zahro. Katanya nanti mau ada acara, ya?

Basa-basi. Menurut Ning Zahro, chat tersebut hanyalah alasan untuk Ibrahim bisa komunikasi dengannya.

Anda

Iya.

Hanya balasan itu yang Ning Zahro kirim, hingga pesan lain masuk ke layar paling atas, menandakan ada notifikasi pesan baru dari pengirim yang beda.

Ning Zahro mengerutkan kening, lalu tanpa membalas pesan itu, ia memasukkan ponselnya ke dalam tas dan memilih untuk melanjutkan kegiatan mencoba gamisnya.

Ketika baru saja membuka resleting, tiba-tiba suara ricuh dari luar fitting room terdengar. Ning Zahro yang penasaran akhirnya melangkah perlahan untuk keluar. Kakinya mendadak lemas ketika mengintip.

"Jangan mendekat, atau saya tembak perempuan ini!"

Ning Zahro ... tak berani menolong istri dari orang yang ia kagumi selama ini.

Setelah memastikan tiga orang pria berbadan besar itu keluar dari toko baju, Ning Zahro pun baru berani keluar dan menghampiri salah satu pegawai di sana. Kakinya benar-benar terasa lemas melihat kejadian barusan.

"D-dia... diculik?" Hanya pertanyaan itu yang keluar dari bibir Ning Zahro, sebelum tenggorokannya terasa tercekat.

Pegawai toko hanya mengangguk sembari bergidik ngeri, tak tahu harus melakukan apa.

Satu yang ada dalam benak Ning Zahro, yaitu menghubungi Gus Imam.

***

Sekitar 35 murid berisi laki-laki sekelas, tengah berkutat dengan lembar soal dan jawaban di meja masing-masing. Melihat beberapa tulisan Bahasa Indonesia bercampur Arab, di mana mereka harus menjawab soal-soal tersebut.

Satu laki-laki dengan kopiah hitam dimiringkan seperti Kabayan mendongak. Ia baru saja menyelesaikan ulangan hariannya dengan waktu yang terbilang lumayan singkat.

Siapa sangka, laki-laki yang biasa dibilang kurang baik dalam berperilaku dan sering melanggar aturan sekolah sudah lebih dulu menyelesaikan ulangan hariannya itu. Dia melangkah ke meja guru, di mana Imam tengah melamun.

"Pak? Saya udah selesai. Boleh ngantin, ya? Bentar lagi juga istirahat pertama," kata murid laki-laki itu, yang sudah menaruh kertas jawaban dan soalnya di sekat yang terpisah. Kiri untuk jawaban, dan kanan untuk soal.

Ilham namanya, memiliki otak cerdas, tetapi kurang mengamalkan ilmu-ilmu yang masuk ke otaknya itu.

"Pak?" Lelaki itu melambaikan tangannya di depan wajah Imam, yang membuat guru tersebut membuyarkan lamunannya.

"Eh, kenapa, Ham?"

Ilham membenarkan letak kopiahnya, takut-takut Imam menasihatinya lagi. Lalu berkata, "Saya sudah selesai mengerjakan ulangan harian. Jadi saya boleh keluar kelas? Bentar lagi istirahat juga."

Cinta Suci Gus Imam || New VersionWhere stories live. Discover now