21.

2.4K 430 35
                                    


"Tidak perlu khawatir, bayi yang ada didalam kandungan Alisa, baik baik saja, hanya saja, disini yang terguncang itu Alisa, dan tolong buat dia tenang,jangan sampai stres juga"

Ariel cukup lega mendengar penjelasan sang dokter kepadanya, ia yakin,anaknya cukup kuat melawan cobaan sebelum lahir ke dunia ini.

Ia juga mendengar kalau sahabat-sahabat nya membawa Novan kerumah sakit, Ariel jelas mengingat bagaimana ia menancapkan pisau kecil kedalam mulut laki laki itu.

Tapi ternyata itu tak bisa membuat Novan mati, buktinya sekarang laki laki itu masih bernafas.

Lidahnya hampir terpotong, dan Ariel yakin, lidahnya tidak akan bisa mengecap rasa lagi, dan itu membuat Ariel sedikit puas, seharusnya ia juga melakukan itu kepada Raden.

Raden menghilang entah kemana,dan Ariel berjanji akan mencarinya kemanapun, sampai laki laki itu membesuk dipenjara, atau ditanam.

Kalau saja Alisa tidak menceritakan hal yang sebenernya kepada Ariel, tidak mungkin sampai kini Ariel akan menemukan istrinya. Alisa jujur kepadanya dan Ariel senang akan itu.

Lamunannya buyar kala mendengar ringisan dari brangkar, sepertinya Alisa sudah bangun dari tidurnya. Lalu ia mendekat, mendapati Alisa yang masih memejamkan matanya, lalu beralih menatap tangan Alisa yang tengah berada diatas perutnya.

Ariel mendekat, menyentuh lengan Alisa, tapi respon Alisa membuat Ariel kaget, gadis itu terlihat ketakutan dan tak mau menatapnya.

Ariel mendekat, menyentuh lengan Alisa, tapi respon Alisa membuat Ariel kaget, gadis itu terlihat ketakutan dan tak mau menatapnya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


"Ini gue, suami Lo" Bisik Ariel pelan, lalu mengelus punggung tangan Alisa dengan lembut.

Perlahan, wanita itu melemah dan menatap Ariel dengan mata memerah, "Ayo cerai" Ujarnya tiba tiba.

Mendengar itu tentu Ariel dibuat lebih kaget lagi, ada apa dengan Alisa? Kenapa tiba tiba meminta hal seperti ini?

Ia melepaskan sentuhannya ditangan Alisa, lalu duduk dikursi samping Alisa "Kenapa ngomong gitu? Gue ada salah?" Tanya Ariel.

Alisa menggeleng, lalu ia mengelus perutnya sembari menatap perut buncit itu, dan Ariel mengikuti arah tatapan Alisa "Gak mau liat babynya dalam bahaya, mending kita pisah untuk sementara, gu-gue takut, mereka bakal nyakitin anak gue" Jelas Alisa, tak mau mengingat ingat kejadian kemarin.

Ariel menghembuskan nafas pelan "Istirahat" Ujarnya, lalu meninggalkan Alisa didalam ruangannya.

Ia tidak mau terus berada disana,disaat Alisa tengah dalam keadaan seperti itu, labil.

Alisa melihat punggung lebar itu, lalu ia menutup matanya, membiarkan satu bulir air mulai turun dari matanya. Mengucapkan kata kata tadi bukan hal mudah untuknya, Alisa tidak ingin seperti ini, ia sangat lemah.

"Ma-maaf..."

Disisi lain, ada Ariel yang tengah bergelut dengan fikirannya sendiri.

"Lo jauh dari gue, malah ngebuat Lo semakin dalam bahaya lii, ngelepas Lo itu gak mudah, dan Lo malah seenaknya ngomong kayak gitu? Lo gak mikirin perasaan gue!"

Laki laki itu terduduk dikursi rumah sakit, menatap lantai rumah sakit dengan sorot tatapan tajam. Laki laki itu menjambak rambutnya kuat, ia butuh sebuah pelampiasan saat ini, tapi tidak, ia harus menahan emosinya.

"Lho? Kok diluar sih riel? Alisa sama siapa didalam?"

Ariel mendongak mendengar suara mommynya, terlihat wanita itu menatapnya marah.

"Didalam, nangis" jawabnya.

Mata Mira melotot mendengar jawaban putranya "Dasar suami gak berguna, kenapa gak temenin istri kamu disana huh!"

"Yaudah sana! Mom aja yang temenin dia!" Tekan Ariel, lalu berjalan pergi meninggalkan sang mommy yang tengah dalam amarah.

Kalau saja saat ini Mira tidak berada dirumah sakit, ia pastikan Ariel tidak akan bisa melawannya. Kemudian wanita itu masuk kedalam kamar inap Alisa, ia sendiri yang akan mencari tahu, kenapa Ariel bisa seperti itu.

***

Setelah menginap dirumah sakit selama 2 hari 3 malam, akhirnya wanita hamil itu dinyatakan sudah bisa pulang. Dan sejak kejadian meminta cerai itu, Alisa tidak berbicara apa apa lagi, gadis itu lebih banyak diamnya, dan lebih dekat dengan Mira, ia seperti menjauh dari suaminya.

Begitupula Ariel, keduanya sama sama egois, saling menjauh secara tiba tiba, ia tidak lagi seperduli dulu kepada Alisa.

Dan disaat Mira berpamitan pulang dari rumah anaknya, Alisa terlihat tidak mau ditinggal, tapi Mira menenangkan menantunya, ia menyerahkan semua keputusan kepada Alisa.

Dari sepulang dari rumah sakit, Alisa mengurung dirinya didalam kamar, hingga malam baru kembali keluar untuk mengisi perutnya.

Disaat ia berjalan menuju dapur, ia kaget melihat Ariel yang juga sedang makan disana, padahal biasanya,suaminya akan menunggunya juga, tapi sekarang?

Ah entahlah...

Hening.

Hingga selesai makan, tidak ada yang memulai percakapan. Hingga, Alisa mendekat kearah sofa, dan duduk bersebrangan dengan Ariel.

"Riel...."panggilnya dengan nada tertahan, ia menunduk sebentar, lalu kembali mengangkat wajahnya.

"Gu-gue capek, lepasin gue pleaseee"

"Liii? Lo pernah mikir gak sebelum Lo ngomong kayak gitu, gak kan?!" Sentaknya, berusaha untuk tidak emosi. Laki laki itu mendekat dan duduk berhadapan langsung dengan istrinya.

Wanita itu menatap lama mata Ariel, "Gue selama ini kayak gini karena gue sayang sama Lo, gue gak mau kehilangan Lo, walaupun cara yang gue lakuin harus kasar dulu sama Lo!"

Mendengar ucapan Ariel sedikit membuat Alisa termangu, tapi ia sudah menduganya, bagaimanapun kasarnya Ariel, pasti akan terselit perasaan untuknya.

"Lo yang gak ngerti Riel, gue disana sendirian, mereka mau bunuh anak gue! Dan itu karena Lo! Mereka benci sama Lo, tapi kenapa anak gue yang harus mereka mau bunuh!" Balasnya, dengan mata yang perlahan mengeluarkan air mata.

Ia tidak bisa bayangkan kalau saja anaknya tidak selamat, bisa ia pastikan kalau hidup didunia sudah tidak berguna untuknya. Tapi Alisa bersyukur, ia masih diberi kesempatan untuk bisa bertemu dengan anaknya.

"Lo yang gak ngerti Alisa! Didekat gue aja Lo bisa dalam bahaya, apalagi Lo jauh dari gue anjing! Jangan gue buat marah!"

Alisa memutar bola matanya malas "Gue capek Ariel! Apa gak bisa kita sampai disini aja?"capek Alisa, gadis itu menahan nafas berat.

Kata kata ini sungguh kata kata yang menyakitkan untuknya. Apalagi dengan kondisinya yang hamil ini, fikirannya kacau.

Mendengar ucapan Alisa, cowok itu mengetatkan rahangnya, tangannya mengepal, tatapan tajam terus mengarah ke arah Alisa.

"Gue minta cerai, bukan minta dipukul lagi ril, Lo bilang sayang sama gue kan? Lepasin gue sama anak gue Riel!!" Ucapan Alisa kali ini membuat Ariel tidak bisa menahannya lagi.

Ia mencengkram pipi putih mulus itu "Gue gak bakal lepasin Lo! Lo mau cerai? Gue nolak!"Tegas Ariel, tangannya semakin menekan pipi wanita itu.

"Seenggaknya,kurangin kasar Lo Riel, gue hiks" gadis itu menggeleng, kala merasakan tangan Ariel berada dilehernya dan mencekiknya.

Itu yang akan selalu Ariel perbuat, mencari titik kelemahan istrinya sampai Alisa pingsan, "Kalo itu mau Lo, gue bakal turutin" Tegasnya.

Setelah Alisa kehilangan kesadarannya barulah Ariel berucap "4 tahun ini Lo gue bebasin, tapi setelah itu, jangan harap Lo bisa lepas dari gue"Ujar Ariel, memeluk tubuh yang tidak sadarkan diri itu. Dengan setitik bulir air jatuh dari pelupuk matanya.


___________

Tenang,sabar,rileks, jangan ovt okayy🤗

Vote,share dan follow🤩







A & ANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ