33.

1.7K 397 17
                                    


Berbulan-bulan ia terus menunggu,ia selalu yakin akan kepulangan sang suami, tapi nyatanya, hingga satu tahun waktu telah berjalan, satu kabar pun tidak ada dari sosok laki laki yang ia cintai itu.

Dan pada akhirnya ia menyerah,dengan kebencian yang hinggap didalam hatinya. Tidak perduli bahwa orang itu adalah orang yang pernah mengisi hatinya.

Ia hanya kecewa,dan itu berjalan hingga kini sudah lewat lima tahun ia menjalani kehidupan sebagai wanita satu anak.

Seperti biasanya sekolah akan selesai pada pukul 10.10 siang harinya. Dan ini adalah waktunya untuk menjemput sang putri kecil nya, tapi mungkin itu hanya berlaku untuk orang luar.

Karena jika putrinya harus pulang, maka ia harus menemui sang mami dulu diruangannya.

"MamiA!!!" Teriakan begitu nyaring itu menggema diseluruh ruangan, yang dipanggil mami itu pun langsung memutar balik kursinya, hingga menatap sang putri.

Gadis kecil itu berlari dan langsung memeluk sang mami dengan sayangnya. "MamiA, hali iniey ateyl mawu matan golenganl" serunya.

Wanita itu menyerngit "Kok gorengan? Makan nasi dong" balas sang mami, sembari merapikan tasnya, bersiap untuk pulang, bersama putri tercintanya.

"Aniyo MamiA, ateyl mau Atan golenganl ajah, ateyl maci tenyangl" cebiknya, sembari menatap kesal sang mami.

"Aduhh si gemes Atheyya, mau makan apa sayang? Biar ibu guru Susan yang beliin" sahut seorang wanita yang lebih tua dari mami atheyya itu.

Atheyya menatap ibu guru Susan dengan binar "Beneyl ibu gulu? Au---"

"Terimakasi tawarannya buk, saya permisi ya" pamit wanita itu, dengan senyum terpecah dibibirnya.

Ibu Susan mengangguk saja, melihat tingkah ibu dan anak itu. Lalu ia juga ikut berberes, untuk segera pulang.

Diluar sekolah TK, Atheyya dan maminya baru saja masuk kedalam mobil. Maminya sendiri yang menyetir, dan ia duduk disamping kemudi.

"MamiAyisss! Ateyl mau golenganl hiks "

Atheyya tidak menyerah,ia tetap akan membuju maminya, tapi Alisa tetap tidak membalas ucapan sang putri, karena ia punya cara tersendiri untuk membujuk putrinya itu.

Merasa tidak digubris, Atheyya pun semakin menangis,ralat ia hanya berpura-pura, sepertinya sifatnya itu memang turunan dari kedua orang tuanya.

Em,membicarakan tentang orang tua, Atheyya juga kadang sering mencari papi nya, tapi ya begitu,Alisa selalu bisa mengatasi itu.

Dan akhir akhir ini Alisa sedikit bingung, kenapa gadis kecil itu tidak lagi menanyakan tenang papinya, entahlah,intinya Alisa bisa sedikit tenang, dan tidak perlu membahas atau membuat kebohongan lagi pada sang putri.

Alisa menghentikan mobilnya didepan rumah sederhananya, rumah ini ia bisa beli karena penghasilan dan tabungannya selama 3 tahun lalu, dan sekarang rumah ini sudah ia tempati lebih dari 2 tahun.

Tentang rumah Mira? Wanita itu menjualnya, dan memilih tinggal bersama Alisa ditempat sederhana ini, dan awalnya Alisa merasa tidak enak, tapi- Mira tetap bersikeras.

Dan ia sangat berterimakasih kepada Mira karena telah membiayainya kuliah selama tiga tahun itu, walau kadang, Alisa juga akan berkerja paruh waktu.

Dan sekarang, ia punya perkejaan tetap, yaitu menjadi guru TK.

"Tuan Puteri tidak mau turun? Kalau tidak, mami tinggal ya" ucap Alisa,membuka sabuk pengamannya dan sabuk sang putri.

Melihat Alisa benar-benar keluar, ia pun berteriak "AAAAAAA MAMIAA TUNGGUYL ATEYLL HUAA"

A & AWhere stories live. Discover now