29.

2.1K 425 38
                                    

Ariel yang tadinya hendak membuat pintu, terhenti kala mendengar suara menangis dari alisa, ia berdiam diri dibalik pintu, hingga ia membukanya, lalu menutupnya.

Bisa ia lihat, Alisa mengusap wajahnya, lalu berpura-pura bermain ponsel. "Alisa" panggilnya, sembari mendekat kearah istrinya.

Laki laki itu memutar kursi rias Alisa, hingga menghadapnya. "Kenapa nangis? Athey gak papa, dia udah bobo cantik tauk!" Kata Ariel, mengangkat wajah istrinya.

Alisa menggeleng "gue gak nangis, ini cuma, kelilipan" elaknya, sembari mengipasi matanya yang kembali memanas.

Jari jempol Ariel tergerak menghapus air mata itu "Lo itu hebat tau gak! Umur masih muda, udah punya anak, udah bisa ngurus anak juga, hebat deh pokoknya, jangan dengerin omongan orang!" Katanya,seakan meyakinkan Alisa dan memberikannya semangat.

Mendengar itu membuat air matanya tambah ingin keluar, walau seberusaha mungkin ia tahan tapi tidak bisa. Hingga, tangisnya pun pecah ketika Ariel menarik tangannya tubuhnya kedalam dekapan laki laki yang berstatus sebagai suaminya.

Ariel menenangkan dengan mengelus lembut punggung bergetar wanita itu. Ia tahu, sangat berat bagi Alisa dalam hal ini, jadi ia akan berusaha untuk tidak merepotkan istrinya itu.

.
.

Menangis juga butuh tenaga ya, selesai menangis ternyata kita juga butuh makan, selesai menangis,wanita itu langsung berkata ingin makan.

Dan tentu saja Ariel yang tidak pelit soal makanan langsung membawa Alisa menuju ruang makan, dimana sudah tersedia beberapa jenis lauk pauk.

Melihat Alisa makan dengan lahap membuatnya merasa lega, setidaknya tidak ada lagi kesedihan diwajah istrinya.

Nada dering ponsel Ariel menghentikan suapan Alisa, "lanjut, gue mau angkat dulu"pamit Ariel, laki laki itu berjalan menjauh dari meja makan, menuju teras.

PakKetu-

"Kita udah ngumpul nih, kapan Lo kesini?"

Ah, Ariel lupa, mereka sedang merencanakan sesuatu. Buru buru ia melihat jam, ternyata sudah siang.

"Nunggu nyokap pulang dulu, biar Alisa gak sendirian" balasnya.

"Oh yaudah gak papa, biar kita yang siapin duluan, Lo cuma perlu siapin mental aja haha" bukan Leon yang membalas, melainkan Reno.

"Jomblo diem!" Sindir Ariel.

Ia bisa mendengar gelak tawa sahabat sahabatnya disana. Walaupun berbeda kampus, sepetinya persahabatan mereka tidak akan putus.

"Yaudah sat, gue matiin ya"

"Yoi jingan!"

Tuttt

Sambungan telepon terputus, dan Ariel tersenyum tipis, semoga rencananya malam ini tidak terganggu dan berjalan lancar.

Diawali dengan kesedihan dan diakhiri dengan kebahagiaan, itu yang ia mau dari hubungannya dengan Alisa saat ini.

"Ngapain? Kok sampe pergi gitu?" Celetuk alisa, saat Ariel sudah kembali duduk disampingnya.

Melihat tatapan tidak bersahabat dari istrinya membuat Ariel terkekeh "Urusan kampus yang" balasnya genit.

Alisa bergidik ngeri mendengarnya, lalu ia kembali melanjutkan makannya. Dengan tidak memperdulikan Ariel.

***

Seperti yang sudah mereka rencanakan,ariel pun menyusul menuju tempat para sahabatnya, yaitu tempat yang akan ia akan gunakan untuk memberikan sebuah hadiah kepada Alisa.

A & AWhere stories live. Discover now