Part 2. Destiny

1.9K 167 20
                                    

"Permisi, pak. Mr Watson sudah sampai di bandara."

"Terimakasih, Kamu boleh keluar."

Pagi ini di satu tempat yang ada di Jakarta pusat terlihat begitu sibuk. The Ocean Group, salah satu dari sekian perusahaan ternama di Indonesia tengah mempersiapkan kedatangan orang penting. Perusahaan yang tidak hanya bergerak di satu bidang tekstil dan manufaktur, tetapi juga di beberapa sosial media.

Aldric Al-Malik, CEO muda yang sudah bergelut dengan berbagai bisnis sejak lima tahun lalu, di usianya yang sudah dua puluh lima tahun ini ia berhasil menjadi salah satu CEO terkenal. Muda, berbakat, tampan, semuanya tampak sempurna dari luar, namun bila dilihat kembali, seorang Aldric nyatanya juga memiliki kelemahan.

Setelah kecelakaan lima belas tahun yang lalu, lelaki Pewaris utama keluarga Malik itu mengalami kelumpuhan, membuat tubuh bagian pinggang sampai kaki tidak bisa bergerak, setiap harinya ia bergantung pada kursi roda, namun meskipun seperti itu tak pernah sekalipun ia merepotkan orang-orang sekitar.

"Hufft ...."

Lelaki itu kini menatap jejeran gedung yang tinggi menjulang, cukup membosankan baginya karena hanya itu yang bisa ia lihat sehari-hari. Tangan kanannya sedari tadi meremas pulpen di genggaman, berharap rasa gugup yang bersarang seketika pergi, dan itu sungguh berhasil, kini ia sudah siap untuk bertemu dan menyapa para tamu. Ia lantas menekan tombol di kursi roda, membuat benda itu bergerak tanpa harus ada yang mendorongnya.

"Vi, panggil semua karyawan."

"Baik, pak."

Meskipun Aldric cacat, nyatanya dalam hal pekerjaan lelaki itu sangat lah unggul. Ia bisa melakukan apapun yang diinginkan, seperti sekarang contohnya, dengan mudah ia mengundang salah satu investor terkenal di Amerika untuk mengadakan kerjasama, tidak hanya itu ia juga dikenal sebagai CEO yang dingin, tidak ada senyum yang ia tampilkan. Wajahnya selalu datar, jika pun bibirnya bergerak, itu hanya akan membentuk seringai tipis.

Terlihat dari pintu depan, gedung pencakar langit yang berdiri menghadap sang Bagaskara itu dipenuhi jejeran mobil mewah, sepanjang pintu masuk dengan alas karpet berwarna merah samping kanan dan kiri dipenuhi karyawan. Mereka tengah menunggu seorang tamu terhormat, seorang Mr Watson. Aldric ingin memulai kerja sama dengan salah satu CEO terkenal dari Amerika itu.

"Good morning Mr Watson. Welcome to ocean group."

Aldric menjabat tangan sang tamu yang sudah datang dari beberapa menit yang lalu. Di sampingnya berdiri perempuan dengan jas hitam serta rok selutut yang tersenyum lebar sembari menyerahkan buket bunga indah sebagai hadiah sambutan, dia Violet, sahabat sekaligus sektretaris utama Aldric dan ocean group.

"Good morning, Mr Aldric."

Laki-laki dengan manik biru kobalt itu tersenyum cerah, pandangannya tak henti-hentinya menatap perusahaan Aldric yang terlihat menyegerakan. Benar memang jika dari bawah, perusahaan TOG ini memiliki taman mini seperti hutan hujan tropis, kadang tempat itulah yang menjadi salah satu favorit Aldric.

"Aku menyukai perusahaanmu," ujar Mr Watson.

***

Satu minggu sudah berlalu. Kini saatnya untuk Fathimah berangkat ke Jakarta. Dengan hanya bermodalkan cerita dari tetangga dekat, ia berani untuk meninggalkan kota kelahiran. Orang desa sepertinya tidak perlu bersusah payah untuk memesan tiket pesawat, karena jelas ia pun tidak akan mampu. Jangankan pesawat, handphone saja ia tidak punya.

Untuk sampai ke Jakarta, ia hanya bisa menaiki kereta, perjalanan dimulai dari kota sebelah, yaitu Jember, kemudian turun di malang untuk menjemput seorang teman baru dan melanjutkan kembali perjalanan menuju pasar Senen. Jika dihitung ia akan menghabiskan sekitar 18 jam untuk sampai di ibu kota. Air dan bekal selama perjalanan sudah Khadijah siapkan sejak pagi subuh.

Eternal Love Of Dream [End]Where stories live. Discover now