Part 16. Ulang tahun The Ocean Group

806 92 0
                                    

"Bagaimana dengan merger perusahaan di Bogor? Apa sudah selesai."

"Heem, udah, mereka cukup puas dengan kerjasama kita."

"Bagus."

Ruang meeting yang hanya diisi oleh dua orang, tak lebih seperti kuburan di malam hari, begitu sepi. Violet yang sedari tadi berusaha menarik perhatian bosnya, tidak pernah mendapatkan apapun yang ia inginkan. Lelaki itu masih sibuk berkutat dengan beberapa lembar kertas dan iPad di tangan, menggulir layar dari atas ke bawah melihat statistik keuangan yang semakin naik.

"Sekarang, aku mau bicara serius sama kamu." Dia memberanikan diri untuk berbicara lebih mengenai hal yang lain, merasa tidak ingin kehilangan kesempatan lagi.

Sedangkan di seberang meja Aldric menaikkan sebelah alisnya bertanya-tanyam. Ia berpikir ada masalah kantor yang harus diselesaikan secepat mungkin. Ia lantas meletakkan iPad-nya dan berusaha menjadi pendengar yang baik, terlebih di depannya ini adalah seorang sekretaris perusahaan, pasti akan ada banyak informasi yang belum tentu ia dengar selama ini.

"Katakan."

"Aku pikir Keisya nggak pantes buat kamu. Selama ini dia cuma santai-santai doang dan nggak ngerawat kamu sama sekali. Kamu bilang kemaren udah sembuh dari insomnia, tapi kenapa akhir-akhir ini sering pusing? Dia-."

"Menurut saya tidak seperti itu." Aldric memotong ucapan Violet sesaat sebelum dia menyelesaikan kata-katanya.

"Nggak Aldric, dengerin aku sebentar doang. Kamu tau, aku liat dia ketemu sama cowok kemarin. Dia pasti main api di belakang kamu."

"Lalu, apa ada berkas yang harus saya tandatangani lagi?"

"Kamu ngalihin topik lagi." Violet menatap tidak suka. Selalu seperti ini, setiap kali ia berbicara tentang hubungan dan perasaannya, saat itu juga Aldric membahas yang lain.

"Apa yang anda katakan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Jika sudah selesai, saya akan keluar." Aldric menghiraukan Violet, lelaki itu menggerakkan tuas kursi rodanya ke arah pintu.

"Daddy pengen ketemu, katanya dia kangen. Nanti malam datang ya," ujar Violet sebelum Aldric menyentuh gagang pintu.

"Tolong katakan pada paman saya tidak bisa hadir, ada acara lain yang harus saya lakukan malam ini."

Aldric membuka pintu ruangan, keluar dan meninggalkan Violet yang sudah termakan emosi dan api cemburu. Tangannya mengepal kuat, tetapi sesaat kemudian terlihat senyum tipis di sudut bibir. Ia mendapatkan ide cemerlang, sesuatu yang mungkin akan mengubah keadaan saat ini. Tangannya meraih ponsel di atas meja, mencari nama seseorang dan melakukan panggilan.

"Dad, Aldric nggak bisa dateng. Gimana kalau rencananya kita ganti lain hari aja?"

"Baiklah, Sayang. Sesuai keinginanmu."

"Thanks, Dad."

***

Satu bulan sudah berlalu, pernikahan yang awalnya sekadar kontrak bisnis mulai berubah menjadi perasaan yang kian tumbuh. Ini tentang Aldric, hatinya yang dingin perlahan mencair dengan segala tingkah Keisya yang menurutnya sangat unik dan menggemaskan di saat bersamaan. Perhatian gadis itu yang diberikan, memang tidak banyak, hanya membuat makanan sehari-hari dan mengantarkan dirinya keluar rumah. Sesuatu yang sederhana, tetapi cukup berkesan.

Selain itu sifatnya yang keibuan benar-benar membuatnya terkesan. Ia tau Keisya saat ini dekat dengan anak kecil, Aland tetangga sebelahnya dan juga Ratu, gadis SMA yang super nakal tetapi di bawah Keisya dia seperti kucing yang tidak bisa berkutik. Entah apa yang dia berikan sampai banyak yang menyukainya, David pun juga turut berubah, yang biasanya cuek dengan perempuan tetapi tidak dengan Keisya.

Eternal Love Of Dream [End]Where stories live. Discover now